Surya mencari tahu tentang keberadaan mbok Tukiyem yang tinggal di Desa Lok Serapang.
"Bro lu sibuk nggak" tanya Surya ke Rio.
"Kenapa?" ujar Rio.
"Ikut gue nyari mbok Tukiyem buat bantu kita ngurusin masalah Nyai Dasima" jelas Surya.
"Siapa Nyai Dasima?" tanya Rio.
"Dia wanita misterius yang selalu ganggu kita".
"Maksud lo penampakan wanita tersebut" kata Rio terkejut.
" Iya" jawab Surya.
"Gue bakal ikut sama Dira" kata Rio.
"Lu sudah hubungi Agung buat ikutan?" tanya Rio.
"Sebentar lagi dia bakal datang ke sini" jawab Surya.
Tidak berapa lama datang Agung yang sedang dibicarakan mereka berdua.
" Lu seriusan sudah tau cara buat kita terbebas dari penampakan wanita berkebaya merah tersebut? " tanya Agung.
" Ayo cepat kita pergi ke Desa Lok Serapang sekarang, takutnya nanti kita ke sorean" ajak Surya.
Mereka semua pun pergi Surya bersama Amora, Rio bersama Dira dan Agung sendiri. Mereka melaju dengan mobil masing-masing.
Sepanjang jalan mereka bertanya kepada warga sekitar dimana tempat tinggal mbok Tukiyem. Hingga pada akhirnya mereka sampai di halaman sebuah rumah yang begitu sederhana. Namun, mata Rio tersudut ke arah sebuah mobil silver yang terparkir di halaman rumah tersebut. Sepertinya dia sangat mengenali siapa pemilik mobil tersebut. Namun dia masih berpikir benar atau tidak.
"Permisi" Ucap Amora sambil mengetuk pintu.
"Iya,mencari siapa neng? " tanya seorang wanita paruh baya.
"Saya mencari mbok Tukiyem, benar ini rumahnya bu? " tanya Amora dengan nada lembut dan sopan.
Berbeda sekali tutur katanya seperti kesehariannya. Memang Amora selalu berbicara sopan dan bersikap santun kepada orang yang lebih tua darinya. Dan hal itu pun sudah diketahui oleh Rio cs. Meskipun Amora terkadang kasar namun sebenarnya dia juga bisa penuh kasih.
"Silahkan masuk nak" ajak perempuan tadi sembari mempersilahkan mereka masuk dan duduk.
"Tunggu sebentar saya masuk ke dalam dulu, silahkan kalian duduk disini dan tunggu sebentar" katanya wanita tersebut sambil melangkah ke arah bilik yang bersekat dengan bambu.
"Selamat sore"kata seorang wanita yang terlihat lebih muda dari wanita sebelumnya. Mungkin diperkirakan umur sekitar empat puluhan.
"Ada perlu apa ya kalian kemari? " tanyanya sambil ikut duduk lesehan didepan Rio cs.
"Kami kemari mau bertemu dengan mbok Tukiyem" kata Surya tanpa basa basi mengutarakan alasan kedatangan mereka.
"Oh, begitu. Memangnya ada perlu apa dengan beliau?" tanyanya dengan lembut walau bernada penuh selidik.
"Ibu,mbok Tukiyem ya?" tanya Agung dengan penuh penasaran.
Perempuan tersebut hanya tertawa sedikit, dan kemudian menggelengkan kepala.
"Saya anaknya, nama saya Rianti".
" Memangnya kalian ada perlu apa dengan ibu saya?" tanyanya sekali lagi.
"Kami tidak bisa menjelaskan kepada ibu, kami cuma mau bertemu dengan mbok Tukiyem" jelas Surya kepada bu Rianti.
"Kalian bisa menceritakannya ke saya,karena kalau kalian menceritakan kepentingan kalian ke ibu saya rasanya tidak mungkin" katanya sambil tersenyum tipis.
"Kenapa memangnya bu?" tanya Agung dengan nada cemas.
"Oh, itu. Ibu saya baru meninggal seminggu yang lalu".
Mendengar kata-kata tersebut Rio cs terkejut. Surya mengacak-acak rambutnya seperti tengah frustasi. Sedangkan Amora menangis, merangkul ke tangan Surya. Rio pun terkejut mendengarnya dan hanya menarik nafas panjang. Dan menggenggam tangan Dira sambil memberikan isyarat semua baik-baik saja.
"Memangnya ada perlu apa kalian dengan ibu saya? Sehingga kalian terlihat frustasi dan bersedih mengetahui ibu saya sudah tiada?".
" Sepertinya juga saya belum pernah melihat kalian datang kesini? Ini pertama kali kalian kemari ya?" tanya bu Rianti lagi, karena beliau merasa iba kepada Rio cs yang terlihat gusar.
"Kami diteror wanita berkebaya merah"kata Agung dengan nada bergetar.
"Kami kesini ingin tau bagaimana cara lepas dari teror wanita tersebut" kata Agung ketakutan.
"Nyai Dasima.... " kata bu Rianti.
Sontak Rio cs terkejut karena bu Rianti ternyata tau tentang nyai Dasima. Mereka merasa lega mungkin bu Rianti bisa menolong mereka. Itulah yang terlintas dalam pikiran mereka.
"Bagaimana caranya untuk bisa lepas dari gangguan makhluk itu bu?" tanya Agung dengan spontan.
Bu Rianti tersenyum dan hanya menggelengkab kepalanya.
"Mustahil untuk memusnahkannya kali ini. Sepertinya orang yang menjadi wadahnya memiliki hasrat yang jauh lebih kuat daripada waktu dulu" jelas bu Rianti.
"Apakah dulu pernah kejadian seperti ini juga bu? " tanya Rio dengan lembut.
Bu Rianti hanya mengangguk dan mengamati Rio dengan seksama. Seolah-olah wajah Rio tampak tidak begitu asing.
"Iya dulu ada. Seorang gadis yang meminta pertolongan kepada nyai Dasima untuk merebut hati seorang pria. Namun nyai Dasima memberikan satu syarat dan si gadis itu pun menyetujuinya demi mendapatkan cinta pria tersebut. Namun gadis itu tak kuasa untuk memenuhi syarat tersebut. Sehingga nyai Dasima meneror karena menagih janji yang sudah disepakati"cerita bu Rianti kepada Rio cs.
"Namun saat itu ibu saya masih hidup jadi beliau lah yg membantu gadis itu untuk terlepas dari nyai Dasima".
"Apakah ibu bisa membantu kami?" tanya Amora.
"Saya tidak bisa menjanjikan itu" jawab bu Rianti.
Sesosok wanita paruh baya menghampiri mereka dengan membawa sebuah nampan berisikan gelas minum dan juga teko dan seorang gadis yang berjalan mengekori membawa sebuah toples berisikan kerupuk dan satu lagu berisikan kacang goreng.
Namun tak disangka ketika wanita paruh baya tersebut bertatap muka dengan Rio dia tampak begitu kaget. Begitu juga sebaliknya,Rio tampak begitu kaget dengan kemunculannya. Beribu pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya. "Kenapa? Kenapa? dan Kenapa? "
"Riiiiiiioooooooo" kata wanita paruh baya itu dengan nada yang terkejut. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan putranya disini.
"Bu Karin mengenal mereka?" tanya bu Rianti kepada dokter Karin.
"Dia adalah putra saya" kata dokter Karin membuat semua yang mendengarnya terkejut.
Surya yang sudah berteman sejak kecil dengan Rio baru pertama kali ini melihat ibunya Rio. Surya mengira kalau ibu Rio sudah meninggal karena itu Rio selalu tidak ingin ditanya tentang masalah ibunya atau membahas tentang ibunya.
Rio langsung mengubah ekpresi wajahnya seketika mengenali wajah dokter Karin. Wajahnya menjadi merah seperti menahan marah dan kebencian yang tak terbendung.
Bu Rianti pun tak kalah terperanjat kaget mendengar perkataan dokter Karin. Berulang kali dia menoleh ke arah dokter Karin dan Rianti. Inilah sebabnya kenapa dia merasa tidak asing dengan wajah Rio seperti pernah bertemu sebelumnya. Bu Rianti hanya terdiam dan berpikir sejenak. Dan kemudian berkata.
"Sekarang saya mengerti. Jadi inilah yang dicarinya" kata bu Rianti menatap ke arah Rio.
Dokter Karin kaget, dan tiba-tiba saja tersungkur lemas namun langsung di bantu oleh gadis belia tadi. Dan membantu dokter Karin untuk duduk.
"Diyah. Sekarang Diyah boleh masuk ya nduk"kata Bu Rianti dan gadis belia yang bernama Diyah itupun mengangguk mematuhi permintaan bu Rianti.
" Sekarang masalah ini sudah tidak bisa ditunda melainkan harus segera diselesaikan secepatnya " Ujar bu Rianti.
Dibalas anggukan oleh dokter Karin. Namun Rio masih menatap tajam ke arah ibunya. Seolah ingin mengungkapkan seribu pertanyaan yang tersimpan di dalam hatinya.
"Semua ini salah ibu. Maafkan ibu Rio" Ucap dokter karin menunduk karena bersalah kepada Rio.
"Ibulah yang telah membuat makhluk itu hadir di hidup kita. Ini karena ibu terlalu mencintai ayahmu dan ibu tidak ingin kehilangan dia" dokter Karin mulai bercerita.
"Maksud tante apa?" tanya Surya bingung.
"Saya telah membuat perjanjian dengan nyai Dasima agar ayah Rio tidak meninggalkan saya dan memutuskan pertunangan yang ditentukan oleh orang tua kami".
"Ayah Rio memang laki-laki yang suka gonta ganti perempuan. Itulah kenapa dia harus secepatnya menikah. Kedua orang tua kami pun menjodohkan kami. Karena mereka berdua adalah sahabat dan semua itu berlangsung secara cepat" Dokter Karin mulai bercerita tentang masa lalunya.
"Karena terlalu mencintai dan menyayangi nya akhirnya saya menuruti segala yang diinginkannya. Termasuk melakukan hal tersebut sebelum hari pernikahan kami. Ketika saya mengatakan kalau saya sedang hamil dan dia marah serta memaki saya. Dan berkata kalau itu bukan anak dia dan akan memutuskan pertunangan serta membatalkan pernikahan kami. Saya merasa sangat frustasi dan teringat dengan legenda air terjun pengantin tersebut"cerita dokter Karin mengingat asal muasal hadirnya nyai Dasima.
Flashback.....
Dalam gelapnya malam Karin datang seorang diri ke air terjun pengantin untuk memenuhi keinginannya. Walaupun dilanda ketakutan tapi tetap mencoba meneguhkan hatinya untuk tetap melangkah menuju ke air terjun pengantin. Tanpa ada yang menemani tanpa ada yang memberikan penjelasan tentang resiko apa yang dihadapinya. Benar-benar modal nekat apa yang Karin coba lakukan.
Dia coba mengingat tentang legenda bagaimana cara memanggil penghuni air terjun tersebut dari cerita neneknya sewaktu dia masih kecil.
Hanya setetes darah untuk memanggilnya, Karin pun mengeluarkan sebuah silet dari dalam tasnya dan melukai sedikit ujung jarinya dan meneteskan ke dalam air di air terjun pengantin. Tubuh Karin merinding dan ketakutan yang besar tiba-tiba menjalar kedalam tubuhnya. Tidak terjadi apa-apa setelah beberapa saat dia meneteskan darah tadi.
"Hah, mungkin hanya sebuah cerita. Aku terlalu banyak berharap" ucapnya penuh kesedihan.
Karin pun berbalik melangkahkan kakinya untuk pergi, tiba-tiba saja ada suara yang memanggil namanya.
"Aku akan membantumu Karin" ujar suara tersebut.
Sontak membuat Karin memutar badannya kembali. Dan terkejut ternyata sosok perempuan cantik berkebaya merah itu sedang berdiri dihadapannya. Mulutnya kaku tak bisa bersuara apa-apa antara kaget dan juga takut melihat sosok yang bukan manusia tersebut berdiri didepannya.
"Kamu siapa?" kata itulah yang tiba-tiba terucap dari bibirnya.
"Akulah penghuni air terjun perawan ini. Bukankah kau ingin meminta bantuanku?" tanya sosok tersebut dan dibalas anggukan oleh Karin.
" Aku akan membantumu tapi dengan satu syarat" ucapnya dengan bibir tersenyum.
"Apapun itu syaratnya saya akan memenuhunya asalkan kamu bisa membantu saya untuk mencapai semua keinginan saya" jawab Karin penuh pengharapan.
"Aku inginkan anak yang berada didalam kandunganmu" ucap sosok tersebut membuat Karin terkejut dan bergetar pilu.
Haruskah dia menyerahkan anak yang berada didalam kandungannya tersebut?