Part 10

1151 Kata
Berulang kali, Maura menatap dirinya di cermin, sedikit tidak menyangka, bahwa yang dilihatnya saat ini adalah Maura, wanita dengan segala keraguan, wanita yang menolak keras untuk menikah. Wanita yang sudah mati rasa. Maura yang berdiri saat ini seperti kebanyakan wanita pada umumnya akan menikah. Deg-degan, dia takut lelakinya bukan. Dia belum bisa menyebutnya dengan kata lelakinya karena belum sah. Sinar matahari pagi, menelusup dari jendela yang terbuka, membuatnya semakin bersinar dengan gaun pengantin yang dipakainya, belum lagi riasan untuk wajahnya sangat natural, sama sekali tidak menutupi aura kecantikan dari perempuan berdarah Jawa dan Sunda ini. Ada senyum tipis menghiasi wajahnya. Namun, seperti malu-malu. Setelah semuanya siap, Maura berjalan keluar dari kamar riasnya dengan beberapa Bridesmaids yang mengiringinya. Membukakan pintu lift, dan sampailah dia di tempat yang sudah disiapkan untuk menggelar akad sekaligus resepsi pernikahan mereka. Dengan nuansa yang anggun, romantis dan tentunya sangat mewah. Membuat setiap tamu yang datang terkesima melihatnya. Harusnya pernikahan ini bisa dikenangnya di sepanjang masa. Dengan gagahnya, Andra memakai pakaian yang senada dengan Maura, terlihat seperti pasangan yang sangat serasi. Mereka duduk berdampingan. Kemudian dilangsungkan akad nikah tersebut, hanya dengan satu tarikan nafas Andra bisa menyelesaikan akad nikah. Wajah hadirin yang menegangpun akhirnya terlihat senyum. Semua mengatakan kata syukur secara bersamaan. Ada yang menangis, ada yang seperti flashback dengan masa lalunya ketika menikah. Ada pula yang membayangkan jika dirinya yang berada di posisi mereka. Intinya semua terlihat bahagia. Diiringi dengan ucapan sah dari hadirin yang menyaksikan akad tersebut. kini, Maura dan Andra sudah sah menjadi pasangan suami istri. Mereka saling berbicara lewat tatap dan senyuman. Begitu kentara kebahagian yang Andra rasakan, dia mengedipkan matanya pada Maura dibalas senyum sambil geleng-geleng kepala saja. Dia juga ikut tersenyum walaupun diujung matanya berjatuhan air mata. Sangat terharu, melihat semua orang bahagia. Sepintar apapun manusia dia tidak akan bisa menghitung kapan jodoh akan datang. Tidak bisa menghitung peluang antara dirinya dan sang pasangan itu berjodoh atau tidak. Karena yang paling akurat sudah Tuhan tuliskan. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Hubungan yang lama tidak menjamin seseorang bisa berjodoh. Manusia memang hanya akan bisa berencana. Jika tidak sesuai rencana, tidak bisa menyalahkan siapapun lagi, hanya bisa pasrah dan terima. Karena yang menurutmu benar belum tentu menurut Tuhan benar. Terkadang kita hanya mencari apa yang kita inginkan, bukan yang dibutuhkan. Maura mencoba untuk menikmati setiap proses pernikahan ini, dia melihat begitu banyak tamu undangan yang datang bersama keluarganya. Ada yang Maura tunggu. Siapa lagi jika bukan sang ibunda, dia pikir ucapan papahnya kala itu, hanya kemungkinan terburuk, ternyata itu memang nyata. Sekuat tenaga dia menahan air matanya. Kenapa dari sekian banyak tamu undangan, mamahnya justru tidak ada. Pernah Maura bertanya pada dirinya sendiri, apakah dia bukan anak kandung dari mamahnya. Namun sayangnya, dia tidak sedang ada di dalam novel ataupun serial drama. Karena golongan darah dirinya dengan sang mamah sama. Apa sangat menyakitkan menjadi manusia yang dibuang seperti ini. terlebih hal ini dilakukan oleh mamahnya sendiri. Beberapa senyum terpaksa harus dia lakukan saat melakukan sesi foto bersama. Andra mengetahui kegelisahan sang istri. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.karena sejak dulu Maura akan marah jika Andra ikut campur dalam urusan keluarganya. Dia hanya bisa menggenggam tangan Maura sebagai tanda dirinya tidak sendiri sekarang. Acara pernikahan mereka, dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah dan hampir semua rekan bisnis. Pukul 10 malam baru lah mereka bisa beristirahat. “Kamu gak kelelahan Dra, mandi gih, terus tidur," ucap Maura yang sudah bersiap dengan baju tidurnya. Dia sudah bebersih lebih dulu. Dia sudah sangat lelah dan matanya sudah 5 watt. “Siap istri,” Andra segera berlari ke kamar mandi, jika tidak sebuah bantal pasti akan mengenai kepalanya. Maura sendiri memang sudah selesai mandi sedari tadi. Rasa pegal membuatnya harus terkapar di kasur. Tidak lama Andra keluar dengan pakaian tidurnya. Ada rasa kikuk yang mereka rasakan ketika Andra ikut berbaring di kasur yang sama dengan Maura. “Ra, kamu?" Tanya Andra menggantung. “Apa Dra, kamu gak minta jatah itu malam ini kan.” Maura tetap Maura, yang selalu to the point. Sebenarnya itu hanya cara agar Andra tidak memintanya. Demi apapun Maura belum siap. “Pikiranmu yah, siapa juga lagian. Aku hanya mau tanya, kamu pernah mikir gak sih. Kita bakal sampai di titik ini?" “Enggak, aku malah mikir, aku akan menyaksikan kamu dan Sintia menikah, lalu aku akan menyibukkan diri dengan bekerja. Karena aku mengerti, saat kamu menikah, aku bukan lagi proritas kamu lagi. Lebih tepatnya, kita beda prioritas," ujar Maura sembari menatap langit-langit. Mengenang kembali rencananya dahulu. “Ouh jadi, kamu mau gila kerja dan jadi perawan tua gitu. Syukur deh, aku justru takutnya kamu punya keinginan, atau mungkin pernah jatuh cinta sama siapa gitu terus nikah sama dia, tapi gagal karena aku.” “kamu kan tahu Dra, aku gak pernah jatuh cinta," ujarnya pelan. Karena takut ketahuan bohong. “Mustahil banget, ada orang yang gak pernah jatuh cinta Maura. mungkin kamu belum sadar aja kali,” balas Andra. Masih belum percaya. Deg. Maura sedikit tersentak,ucapan Andra memang benar, namun dia tidak mungkin jujur. “Tidur Dra, obrolan ini makin melantur.” Maura menarik selimutnya. “Ok istri, selamat malam, Aku sayang Kamu.” Mau tersenyum dalam tidurnya, dia sudah biasa dengan ucapan sayang dari Andra, namun rasanya sedikit berbeda ketika status mereka bukan lagi seorang sahabat melainkan suami istri, kemudian, mereka berdua terlelap. Ada yang harus kita simpan dalam-dalam. Yaitu kisah percintaan. Kenapa? Karena biar hanya kamu yang merasakan dan menyelesaikannya sendiri. Jangan libatkan siapapun nikmati setiap proses bahagia dan sakitnya. Karena semua orang punya ceritanya masing-masing dan porsinya yang sudah diatur-Nya. Di lain tempat, Sintia menggila di Club dia melupakan rasa sakitnya dengan terus menari dan mengalunkan musiknya. Entah, sudah berapa botol yang diminumnya, dia sedang menyiapkan neraka untuk dirinya sendiri. entah, mungkin dirinya masih ada atau tidak esok hari. Hanya semesta yang akan menjawabnya. Hal berbeda dilakukan Bintang, pria itu memilih untuk meninggalkan Indonesia dari pada harus menyaksikan pernikahan mereka. Namun sejauh itu dia pergi, pikirannya masih tetap tertinggal untuk Maura. Lelaki itu bukan pengecut. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain, dan dia menghargai perasaannya sendiri. Dia tidak ingin sakit hati sendirian di antara mereka yang sedang berbahagia. Ada satu hal yang jarang bisa diterima oleh manusia, yaitu kenyataan, kepahitan atau kejujuran yang menyakitkan. Namun, semua hal selalu ada penawarnya. Yaitu keikhlasan, memang tidak semudah seperti yang dikatakan. Namun perlahan kita semua akan ikhlas dengan sendirinya, ketika sudah menerima kenyataan tersebut. Jangan pernah menyesal terlahir seperti apa dirimu, karena sebaik dan sehebat manusia tidak ada manusia yang sempurna. Mungkin saat ini kamu merasa menjadi manusia paling menyedihkan, namun kamu lupa begitu banyak manusia dengan rasa sakit yang mungkin lebih parah dari yang kamu rasakan, tapi mereka tidak selemah dirimu, yang sebentar-sebentar menyalahkan, kenapa dirimu bisa terlahir di dunia. Karena dengan begitu kamu seperti menyalahkan Tuhanmu sendiri. Karena yang membuat dirimu hadir dan hidup dengan segala kerumitan adalah Tuhanmu. Semua punya kekurangannya dan kelebihannya masing-masing. Terlepas dari seberapa besar kamu berusaha mengubah nasibmu tetap kamu akan mengikuti garis takdir yang sudah dituliskan. Hanya tinggal menunggu kapan waktu yang indah itu menghampirimu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN