“Dra, kata mba kamu masih sering minum kopi yah, kalau pagi.”
“Mbaaa, sogokan aku kurang yah, ko bilang-bilang ke Maura sih.” Maura segera menjewer telinga Andra, lelaki itu selalu aja membuatnya naik darah.
“Awsss, aku kira setelah menikah, kamu akan jadi lemah lembut, ini makin jahat ish.” Sambil mengusap-ngusap telinganya yang memerah.
“Masih pagi, udah teriak-teriak aja nih Andra,” ucap mamahnya,
“Maaf yah Maura, kamu harus nikah sama anak kecil jadinya,” ucap papah Andra, sambil geleng-geleng kepala meilihat kelakuan anaknya.
“Seneng kamu yah, jadi anak emas di sini,” ucap Andra sambil mengecup kening istrinya itu. Maura malu bukan main, begini ternyata saranya menikah. Sangat menyenangkan. Ternyata dia tidak salah ambil keputusan.
“Mari sarapan.”
Hari ini, Maura membujuk suaminya agar mau cek-up, karena kemarin Andra melakukan aktivitas yang lumayan menguras tenaga. Dengan dibumbui ancaman, akhirnya, Andra setuju.
“Dokter gak bosen kali yah, ketemu aku mulu. Aku aja bosen.”
“Sinting”
“Apa? Ganteng? Iya dong.”
“Kamu tuh, harusnya bukan ke rumah sakit jantung, tapi rumah sakit jiwa.”
“Marah-marah mulu, cepet tua nanti.” Maura tidak menanggapi ucapan konyol Andra, setelah 1 jam pemeriksaan, akhirnya mereka dibolehkan pulang.
Setelah itu, Andra ijin untuk pergi, menemui seseorang, yang Maura sangat yakin sekali, pasti orang itu Sintia. Maura tidak melarang yang terpenting Andra sudah cek-up dan hasilnya baik. Diperjalanan pulang dia mampir di sebuah café, dekat dengan pusat perbelanjaan. Nyaris café ini selalu dia datangi, karena hanya di café ini, dia menemukan minuman yang tidak memakai gula tapi manis.
Setengah gelas minuman itu sudah diteguknya, Maura melanjutkan, kembali bacaannya.
“Boleh saya ikut duduk di sini,” ucap seseorang, yang memakai pakaian formal, dan dibalut hijab kekinian yang memebuatnya menjadi cantik dan elegan.
“Boleh, silahkan,” ujar Maura, perempuan itu duduk, dan meletakan minumannya.
“Kamu Maura kan?”
“Iya, maaf memang anda siapa? Bisa tahu saya dari Mana?”
“Perkenalkan saya Manda, istri dari Bintang.”
“Istri? Maksudnya?”
“Iya, tidak perlu kaget Maura, saya bukan orang jahat.”
“Maaf, saya hanya terkejut.”
“Kamu pasti sudah bertemu dengan Bintang kan?”
Maura, menjawab dengan ragu-ragu, pertemuannya dengan istri Bintang secara tidak sengaja ini, membuat Maura bingung bukan main. Sebelumnya, memang Maura belum mendalami kasus ini. jadi dia belum buka berkasnya. Sehingga sama sekali, dia tidak mengetahui bahwa perempuan ini istri Bintang.
“Sudah, tapi saya belum mendalami kasusnya, jadi saya tidak tahu anda, maaf,”
“Tidak apa, kamu mungkin juga tidak tahu bahwa aku sama sekali tidak ingin berniat, berpisah dengannya,” Maura semakin kaget,
“Hubungan pernikahan kami baik-baik saja, hanya hati Bintang yang sudah hancur, sehingga aku tidak mampu untuk memperbaikinya, bahkan dia tidak ingin menerima hati baru, yang aku tawarkan.”
Sekarang Maura, seperti selingkuhan seseorang yang sedang dilabrak istri dari selingkuhannya. Dia tidak mengerti untuk apa perempuan ini mendatanginya, dia yakin ini bukan karena faktor ketidaksengajaan, mereka bisa bertemu.
“Jadi, maksud kamu mendatangiku apa?”
“Kamu Maura, perempuan yang selalu suamiku pikirkan, bahkan saat tidurnya, selalu mengigau namamu, aku bahkan hafal, di mana kalian bisa bertemu, bisa jatuh cinta, dan bagai mana kamu meninggalkan dia, nyaris, membuatnya gila,” ucap perempuan itu, dengan rahang yang mengeras.
“Gila?” fakta baru kembali terungkap, bagai mana dia bisa melewatkan hal ini, yang diirnya tahu adalah. Bintang menjadi lulus kuliah dan menjadi model, lalu bermain film layar lebar dan karirnya sangat melesat.
“Aku adalah seorang Psikolog, aku yang tahu seberapa menderitanya dia, bagai mana broken heart shyndrom, yang dia derita, karena kegagalan dalam hubungan kalian. Jujur aku sangat membenci kamu Maura, tapi aku bisa apa. Ketika suamiku sendiri meminta bercerai dan dibantu oleh kekasih tak sampainya ini.”
“Manda, kita bisa bicarakan ini terlebih dahulu, aku juga belum seratus persen masuk ke dalam kasus ini, jika memang masih bisa dipertahankan, aku siap membantu kalian.”
“Sebuah rumah tangga harus didasari dengan cinta, karena cinta akan menumbuhkan kepercayaan, karena cinta bisa saling menguatkan, karena kami, bukan, karena Bintang tidak mencintaiku, rumah kami terbentuk, tapi tanpa tangga, selalu stuck di bawah, dan aku adalah percobaan yang gagal. Karena aku menguji diriku sendiri lalu terjebak di dalamnya, kemudian keluar dalam keadaan kalah,” ucapnya sambil terisak.
Flashback
Seorang lelaki tampan, berpakaian kasual, mendatangi seorang Psikolog, dia mengeluh terhadap keadaan dirinya, yang semakin hari semakin tidak tenang. Karena mengalami broken heart shyndrom, penyakit yang dialaminya dari 4 tahun yang lalu, walau pun, sudah disibukkan oleh pekerjaan, namun, Bintang tetap belum bisa move on. Ternyata, faktor utamanya, adalah keluarga. Dia mengalami trauma karena terlahir dari keluarga broken home, sehingga saat dia merasakan cinta lalu patah hati. Rasanya menjadi berkali-kali lipat, dibandingkan melihat keluarganya berantakan.
Hal ini membuat, Manda, seorang Psikolog, yang baru saja menyelesaikan S2 nya, sebagai seorang Psikolog, tergerak hatinya, untuk menyembuhkan pasien pertamanya ini. banyak cara yang Manda lakukan, sehingga membuat Bintang, sedikit demi sedikit melupakan Maura, sampai di mana hal gila pun dia lakukan. Manda bersedia untuk menjadi pasangan hidup Bintang, dengan segala konsekuensinya, dia tidak akan menuntut untuk dicintai, tapi dirinyalah yang akan berusaha membuat Bintang jatuh cinta.
Berangkat dari rasa nyaman, akhirnya Bintang menyetujui ide gila itu. pernikahan mereka terasa aneh, di mana mereka tidur terpisah, pulang malam berangkat pagi sehingga jarang bertemu. Tapi, itu semua Manda tidak permasalahkan, yang Manda permasalahkan adalah, bagai mana mereka akan berhasil jika Bintang tidak bisa bekerja sama. Pria itu seperti sengaja menghindar dari Manda. Tidak pantang menyerah, Manda selalu mencari celah, hingga kabar buruk datang, Bintang berhasil menemukan Maura. di situ lah, Manda baru menyadari, sekeras apapun kita ingin memiliki seseorang, jika orang itu tidak menginginkanmu usahamu seperti 100 x 0 = 0.
Sekarang Manda merasa dirinya, gagal menjadi psikolog dan istri yang baik. Dia tidak lebih korban dari percobaan yang dia buat sendiri. Tidak ada jalan keluar yang lebih baik selain dari sebuah perceraian, yang sudah disiapkan oleh suami sekaligus pasiennya itu.
Manda belajar, jika dirinya sudah tidak menginginkanmu, maka lepaskan, banyak orang lain yang menginginkanmu, sekalipun kamu tidak menginginkan mereka, tapi setidaknya di sana kamu akan lebih dihargai.