Part 3

1164 Kata
Suasana restoran dengan kelas vvip, mendadak jadi terasa mencekam, terutama untuk seorang Andra. Bahkan keringat dingin menghiasi wajahnya. Padahal, Ac di ruangan ini sangat dingin. Maura hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu. “Maura, tante mau bicara sama kamu berdua.” Sedikit berbisik, kali ini justru Maura yang menegang. Dengan anggukan, mamah Andra atau berpamitan pada ke tiga laki-laki itu, lalu membawa Maura menjauh dari mereka. “Ra, Tante mau kamu pikirkan lagi tentang ini.” wow, apakah Maura baru saja mendapatkan penolakan dari calon ibu mertuanya. Sejenak dia berpikir, apa dia tidak pantas untuk seorang Andra. Mengingat wanita yang ada dihadapannya saat ini, sudah menganggap Maura seperti anaknya sendiri. Sering kali, Andra kesal dengan mamahnya itu, karena jika sudah menyangkut dengan Maura Andra seperti dianak tirikan. Pernah waktu itu Maura sakit thypus, justru mamah Andra lah yang mengurusnya. Bahkan rela tidur di rumah sakit. Maura tersenyum menutupi keterkejutannya. Kemudian, mulai bicara dengan pelan. “Maaf Tante, apa Tante keberatan, kalau Maura yang jadi istri Andra?” “Bukan begitu sayang, justru tante takut kamu malah terpaksa dengan pernikahan ini. kamu pasti kasihan kan sama Andra,” ucapnya dibarengi dengan air mata yang mengalir begitu saja. “Tante, aku kenal Andra bukan satu tahun dua tahun, aku yakin dengan pilihanku. Lagi pula tidak ada manusia yang sempurna tante. Seberapa kurangnya Andra adalah kewajiban aku untuk melengkapinya begitu pun sebaliknya.” “Tapi kata dokter,” belum selesai mamah Andra bicara langsung dipotong oleh Maura “Kita semua serahkan kepada Allah saja tante, aku ikhlas menerima pernikahan ini, aku berjanji tidak akan meninggalkan Andra selain maut yang menjemput kita.” “Terima kasih Maura, tante sangat bahagia mengenal gadis setulus kamu.” Maura mengangguk lalu memeluk calon ibu mertuanya itu. Acara makan malam itu pun selesai dengan senyuman yang tidak mau berhenti dari wajah Andra. Banyak hal baik yang dia terima akhir-akhir ini. tentu saja dirinya sudah mengantongi restu dari calon papah mertua. Bila ada kejangggalan, justru datang dari keluarga Maura, sang ibu yang tinggal di negara berbeda dengannya, tidak bisa menghadiri acara pertemuan dua keluarga ini. Kini, Maura dan Andra sedang di perjalanan. Berniat untuk mengantarkan Maura pulang sekaligus membahas tentang persiapan pernikahan mereka. “Ra, kamu punya dream wedding tidak?” “Enggak. Aku bahkan tidak mimpi untuk menikah.” “Aku serius, Maura.” “Kapan sih aku bilang pengen nikah.” Dengan memutar bola matanya, Maura mencebik dengan pertanyaan Andra. “Ok, aku percaya. Pasti pernikahan kita akan sangat meriah dan ramai, kamu tidak keberatan kan?” “Dengerin aku baik-baik ya Dra, aku akan ikutin semua dan mencoba untuk menikamati pernikahan ini. so, aku tidak akan nolak sekalipun kita nikah dengan adat yang berlangsung tujuh hari tujuh malam sekalipun.” Melihat Maura yang tidak selera dengan pembahasan pernikahan mereka, Andra mencoba untuk memahami, mungkin Maura butuh waktu atau sedang datang bulan. Setelah percakapan itu, tidak ada percakapan lainnya, Andra mengantarkan Maura yang sedang ketiduran itu pulang. Andra paham sekarang, Maura kesal tadi karena dirinya ngantuk. Padahal andra pikir Maura terpaksa untuk menerima pernikahan mereka. Setelah mengantarkan Maura pulang, Andra mendatangi sebuah club, tempat biasa dirinya menemui sang pacar. Pacar Andra adalah seorang disc joke atau biasa disebut Dj. “Hai Babe, kamu gak bilang mau ke sini.” Seorang perempuan dengan pakaian gaun hitam tanpa lengan, panjangnya di atas lutut, perempuan itu langsung memeluk dirinya. “Hai Sintia, sengaja kan surprise, kamu sudah tampil?” Andra bertanya sambil melepaskan pelukan sang pacar, karena sintia mulai mencoba untuk menggoda Andra dengan menaruh kepalanya di ceruk leher Andra. “Selalu jadi Andra yang alim haha, belum Yang, masih sore ini tuh,” ucap Sintia sambil tertawa, dia sudah biasa dengan segala penolakan dari andra. Tapi wanita itu tidak ambil pusing selagi, mesin atmnya itu bisa terus berjalan. Andra tidak menimpali omongan Sintia, dia memilih untuk duduk lalu membuka ponselnya, ada berita yang sedang viral dan ramai diperbincangkan. Tentang seorang artis yang memilih untuk bercerai. Dan sialnya, dia kenal dengan artis tersebut. Rahangnya mengeras, tersirat raut ketakutan yang cukup kentara di wajahnya. Andra segera memasukan handphonenya lalu bergegas untuk keluar dari Club tersebut. Andra memang biasa untuk pergi tanpa pamit, lagi pula sang pacar mungkin sedang sibuk untuk persiapan tampil. Andra segera melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota, yang tidak terlalu padat kendaraan. Andra masih memikirkan berita tersebut, sampai tidak sadar jika darah sudah mengalir keluar dari hidung mengenai bibirnya, segera dia mengambil tisu. Lalu memaki dirinya sendiri. Ketakutan berlebihan terkadang, secara tidak langsung mempengaruhi kinerja otak kita, sampai semua anggota tubuh menjadi ikut merasakannya. Ketakutan itu bisa saja datang dari rasa tidak percaya diri atau pun memang sedang dalam keadaan terancam. Cara yang paling mudah mengatasi diri sendiri adalah kendalikan dulu diri kita, baru pecahkan masalahnya. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Andra harus merasa ketakutan.waktu yang akan menjawabnya. Maura sudah berada di kantor pagi-pagi sekali, setelah kasus yang sedang ditangani sudah selesai beberapa hari yang lalu, kali ini Maura mendapatkan kasus baru dan calon kliennya meminta untuk bertemu hari ini di kantor. “Bu, klien kita sudah sampai.” “Persilahkan masuk Nev, dan jangan lupa bawakan minuman nanti.” “Baik Bu, permisi.” Neva keluar dari ruangan itu. tidak lama setelahnya, seseorang dengan pakaian kasual masuk ke ruangan tersebut. sangat terlihat tampan dan karismatik. siapa sangka orang yang berdiri dihadapan Maura adalah orang yang sudah Maura kubur, secara kenangan dan tidak berniat dia gali lagi, tapi kenapa orang itu justru keluar dengan sendirinya. Siapa yang mengijinkan orang tersebut berdiri di depannya. Maura menajamkan pandangannya, dia sangat membenci takdir yang seolah memepermainkannya. Bagai mana bisa, dia bertemu kembali, sementara hati dan raganya belum siap. “Bintang,” setelah mengucapkan nama itu, Maura segera mengendalikan dirinya, “Silahkan duduk,” “Selamat pagi Maura, senang bisa bertemu kamu kembali,” Maura tegagap, dia kaget dengan apa yang baru saja lelaki itu katakana, sapaan yang sangat baik, untuk seseorang yang sudah disakiti. “Aku ambil minum dulu yah,” Maura belum bisa mengendalikan dirinya, debaran jantung yang tidak beraturan. “Tidak perlu, mari kita duduk dan bicarakan mengenai diriku,” “Bintang,” lirih Maura memanggil pria tersebut. “Kenapa?” “Aku mau minta maaf sama kamu,” “Aku maafin, lagi pula memang kamu punya salah apa? Sampai harus minta maaf sama aku,” suara yang terdengar santai, namun sarat akan makna. “Lupakan, jadi apa alasan kamu untuk bercerai?” Maura memang tidak seharusnya membahas masa lalu, lagi pula dirinya pasti sudah dilupakan laki-laki tersebut. “Karena tidak ada cinta diantara kami,” ujar Bintang sambil terus menatap Maura, membuat Maura risih. “Lalu, kenapa kalian menikah, jika tidak ada cinta.” “Apa perlu untuk dijawab? Saya ingin bercerai bukan mengenag masa lalu,” terlihat ketidaksukaan Bintang dengan pertanyaan Maura. “Kalau begitu, maaf saya tidak bisa mengambil kasus ini,” dengan mantap, Maura mengatakan hal itu. Baru saja Bintang akan berbicara, Neva datang membawakan 2 gelas minuman. Maura mendapatkan jus alpukat, sementara Bintang, kopi luak khas Indonesia. “Maura tidak bisa meminum jus alpukat, dia bisa mual, selama ini dirinya hanya akan minum air putih.” Kedua wanita itu kaget, tetapi raut wajah Bintang yang datar, membuat Neva tersadar akan kesalahannya. “Maaf Bu, Pak, baiklah saya ganti,” “Tidak usah, saya akan tetap meminum ini,” “Tidak boleh!” “Andra!” Tuhan selalu mempertemukan kita dengan berbagai manusia yang berbeda dengan sifat-sifatnya. Tidak ada yang tahu apa maksud dibalik semua itu, tapi sebagai hambanya kita hanya perlu berprasangka baik. Mungkin akan ada kebaikan yang datang padanya setelah bertemu orang tersebut, seklipun kita tidak menyukai orang itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN