bc

Terpaksa Menikahi Ustaz Muda (Dear Naira)

book_age18+
17
IKUTI
1K
BACA
family
secrets
like
intro-logo
Uraian

Saudari angkatnya lari di hari pernikahan. Naira dipaksa menggantikan hanya karena tuntutan balas budi, wanita itu menjadi pengantin pengganti. Menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya bahkan bersikap abai padanya. Nasibnya menjadi istri pajangan, tidak ada yang namanya keharmonisan. Naira terjebak dalam kubangan nestapa dan lara yang mendera. Cinta? Ya, dia merasakannya. Mencintai tanpa dicintai kembali oleh suaminya. Hingga saat doanya terjawab, cinta dan bahagia mulai datang menghampiri rumah tangganya. Masa lalu kembali datang menghantui, menciptakan prahara yang mengusung derita tak berkesudahan. Ilmi—yang lari di hari pernikahan kembali lagi dan meminta haknya pada Naira. Padahal baru saja wanita itu mendapatkan cinta dari suaminya, semua itu diminta kembali oleh saudari angkatnya. Bagaimana akkhir dari kisah mereka?Subscribe, Like, Komen, and Share!

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 : Pengantin Penggantin
"Kamu harus gantikan aku di hari akad," pinta ilmi memelas. Naira bingung. Bagaimana mungkin dia melakukan hal itu. Dia tidak ingin mempermalukan Zayyan dan Hanifa, yang merawatnya sedari kecil pasca kecelakaan kedua orang tuanya. Namun, di sisi lain dia sudah menganggap Ilmi saudarinya. Meski tak dilahirkan di rahim yang sama, tetapi mereka tumbuh bersama-sama sejak usia lima tahun. Orang tua Ilmi sangat berjasa dalam hidupnya. "Naira," panggilan Ilmi membuyarkan lamunan gadis itu. "Ilmi, kasian abah sama umi kalau kamu lari. Kenapa gak terus terang aja," ucap Naira. "Umi sama abah gak mau dengerin aku. Abah tuh kekeh dengan keputusannya. Aku gak mau nikah sama Khalid, aku cintanya sama Mas Zafar," kata Ilmi. "Kamu belum pernah ketemu Khalid kan. Liat aja dulu," ucap Naira. "Terus kamu nyuruh aku ninggalin Mas Zafar? Kami itu udah janji sejak mondok dulu. Setelah lulus kuliahnya, Mas Zafar akan melamarku, aku tidak bisa," jelas Ilmi. "Nanti Abah sama Umi malu, Ilmi. Bagaimana maruah mereka," ucap Naira dengan mimik wajah khawatir. "Mereka tidak akan malu, kalau kamu mau menggantikan posisiku." Naira terdiam. *** Ba'da subuh, pondok pesantren dihebohkan dengan hilangnya sang putri kiayi. Akad nikah akan dilakukan pada besok hari, sedangkan mempelai wanita tidak tahu keberadaanya di mana. "Umi," Naira menghampiri Hanifa yang menangis tersedu di tepian ranjang. Hanifa menangis di pelukan putri angkatnya tersebut. Zayyan menghampiri Naira. "Nak, kamu benar tidak tahu di mana Ilmi berada?" tanyanya. "Abah, Demi Allah Naira tidak tahu di mana Ilmi, tapi katanya dia akan pulang setelah pernikahannya batal. Ilmi mencintai lelaki lain, lelaki itu akan melamarnya setelah lulus kuliah," jelasnya. Hanifa semakin tersedu, kecewa dengan keputusan yang diambil oleh putrinya. "Kita akan bilang apa pada keluarga Habibah, bagaimana kehormatan pesantren," ucap Hanifa dengan isak tangis. Zayyan mendudukan dirinya di tepian ranjang. Lalu menghembuskan napas pelan. "Abah akan mencoba bicara dengan mereka malam ini. Kita masih punya putri lainnya," ucap Zayyan. Hanifa menatap suaminya. Sedangkan Naira diam tertunduk. "Naira, abah mohon gantikan posisi Ilmi. Pernikahan tidak mungkin dibatalkan, semuanya sudah dipersiapkan. Selamatkan kehormatan abah, umi, dan pesantren ini," ucap Zayyan mengusap lembut kepala Naira. Hanifa mengusap kepala Naira seraya menganggukan kepalanya. Pertanda meminta hal yang sama pada putri angkatnya tersebut. *** "Khalid tidak mencintai gadis itu, Umma," ucapnya. Habibah menghampiri putra tunggalnya tersebut. "Nak, kita tidak punya pilihan lain. Undangan sudah disebarkan," jelasnya. Khalid menghembuskan napas pelan. "Aku kecewa pada Ilmi. Aku sudah jatuh cinta pada dirinya dari cerita Umma, aku tak pernah mencintai wanita lain sejak Umma bilang aku telah dijodohkan," jelasnya. "Maafkan Umma, Nak." "Umma tidak salah. Gadis itu yang salah, dia mempermalukan keluarganya sendiri. Lalu, gadis yang bernama Naira itu, dia ingin menjadi pahlawan? Begitu?" "Istigfar, Khalid," ucap Habibah. Khalid beristigfar lirih, lelaki itu tak menyangka akan menikahi gadis lain. Zayyan dan ayahnya Khalid memang berteman sejak lama. Hingga saat Khalid berusia delapan tahun dan Ilmi berusa lima tahun, orang tuanya berinisiatif menjodohkan mereka. Habibah menerangkan perjodohan itu pada Khalid sejak usia dua belas tahun. Menceritakan sosok Ilmi pada putranya, membuat lelaki itu jatuh cinta dengan ekspetasinya tentang gadis itu. *** "Saya terima nikahnya Syafiqah Al-Naira binti Abdurrahman dengan maskawin tersebut tunai." "SAH!" Bisik-bisik kian terdengar kala Khalid mengucapkan ijab qobul dalam satu tarikan napas. Nama wanita yang disebutkan berbeda dengan yang ada di undangan. Pernikahan tersebut diadakan di gedung. Pernikahan yang begitu meriah, sebab yang menikah adalah ustadz kondang muda yang viral di sosial media. Ustadz Sultan Khalid Ar-Rasyid Lc, Ma. Lulusan S1 Kairo dan S2 Yaman. Naira dituntun oleh Habibah dan Hanifa ke pelaminan, gadis itu begitu cantik dengan polesan makeup dan gaun pengantin bewarna putih. Seperti seorang tuan putri. Wajahnya mirip sekali dengan ibunya yang berdarah turki. Abdurrahman dulu kuliah di negara tersebut, lalu menikahi Zulaikha—ibu Naira. Sesaat, Khalid tenggelam dalam pandangan mata Naira. Tatapan mereka beradu temu. Pesona mata bening bewarna hazel milik Naira mengikat mata Khalid yang bewarna hitam legam. "Masya Allah," ucapnya tanpa sadar. Naira menyalami tangan Khalid yang kini sah menjadi suaminya. Sedikit gugup, Khalid memegang ubun-ubun Naira seraya berdoa. Hatinya berdegup kencang, dia tak menyangka istrinya secantik itu. Dia memang tak pernah bertemu Naira ataupun Ilmi. Ummanya pun hanya menceritakan Ilmi dan perkembangan gadis itu padanya. Dia baru mengetahui Naira pada malam musyawarah yang dilakukan Zayyan di rumahnya. *** Seusai pernikahan, Naira diboyong ke rumah mertuanya. Kini, wanita itu tengah duduk di ranjang yang berhiaskan kelopak mawar. Kamar khas pengantin baru. Seusai salat isya, Khalid merebahkan dirinya. Lelaki itu terlelap begitu nyenyak. Mungkin lelah dengan serangkaian acara yang dijalaninya. Naira bingung. Ingin membangunkan lelaki itu, tetapi dia sungkan. Wanita itu pun mengeluarkan selimut tebal dari dalam lemari lalu membentangnya di lantai. Dia tidur di sana dengan masih memakai jilbab. Pikirannya menerawang entah ke mana. Berpikir bagaimana keadaan Ilmi sekarang apakah baik-baik saja, bagaimana nasib pernikahannya nanti ke depannya. Bagaimana dia harus beradaptasi dengan Khalid. Hingga akhirnya dia menutup matanya karena lelah. Naira terbangun kala merasa sesuatu menimpa tubuhnya. Matanya membulat diiringi jantungnya yang berdegup kencang. Kala melihat dirinya kini berada di atas ranjang dan dipeluk oleh seorang lelaki. Naira berteriak kencang tepat di telinga Khalid. Membuat lelaki itu tersentak kaget dan terbangun. Telinganya sakit, untung saja kamarnya di desain kedap suara sehingga teriakan Naira tak terdengar sampai keluar. Naira memeluk tubuhnya. "Kamu kenapa sii?" tanyanya. Naira memandang Khalid dengan sorot mata yang sulit diartikan. Kemudian beristigfar lirih. "Ma-maaf, aku lupa kalau sudah menikah," ucapnya malu. Khalid tercengang, lalu memutar bola matanya. Naira tersadar, dirinya sudah tidak memakai jilbab lagi. Jantungnya berdetak kencang, apakah Khalid sudah melakukan sesuatu padanya. Pikirannya dipenuhi oleh praduga. "Aku tidak menyentuhmu," ucap lelaki itu. Seolah mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh wanita yang telah sah menjadi istrinya itu. "Aku tidak akan menyentuhmu, karena aku tidak mencintaimu," ucapnya lagi. Naira terdiam. "Lebih tepatnya belum," lanjutnya seraya melangkah ke kamar mandi. "Tapi aku sudah jatuh cinta padamu," gumam Naira diiringi senyuman tipis. *** Naira turun ke bawah, dilihatnya sang mertua yang tengah menyiapkan sarapan. Niat hatinya hendak membantu. Namun, karena sungkan dia hanya berdiri di belakang Habibah yang tengah memasak. "Loh, Naira? Ada apa, Nak?" tanyanya ketika berbalik badan. "A-ada yang bisa Naira bantu, Umi?" Habibah tersenyum, " Panggil Umma saja, Nak. Kamu tolong hidangkan saja ya," ucapnya. Naira menata piring di meja. Di saat yang bersamaan, Khalid tampak baru pulang dari lari pagi. Lelaki itu memang gemar berolahraga. Baju kaos putih yang dikenakannya basah oleh keringat, dahinya dipenuhi peluh. Naira menelan salivanya, Khalid terlihat begitu tampan pagi ini. Naira tak habis pikir mengapa Ilmi menolak menikah lelaki seperti Khalid. "Umma, Kak Fatimah dan Mas Ridwan akan ke sini. Katanya mau sarapan bersama," ucapnya menghampiri. "Kamu mampir ke rumah mereka?" tanya Habibah. Khalid mengangguk. Habibah yang telah selesai memasak pergi ke luar memanggil suaminya. Dia juga menunggu kedatangan putrinya dan suaminya. Fatimah adalah kakak perempuan Khalid. Khalid melihat Naira yang sedang mencuci piring. Perlahan dia mendekati wanita itu, berdiri di belakangnya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Membuat bahu Naira menempel pada dadanya, jantung wanita itu tak karuan. Dia tau itu suaminya meski tanpa menoleh sekali pun. d**a Naira naik turun karena gugup, dia berpikir Khalid akan memeluknya. "Aku hanya ingin mencuci tangan, bukan memelukmu," bisik Khalid tepat ditelinganya. Naira memejamkan matanya, lalu menghembuskan napas pelan. Khalid tersenyum miring menatap istrinya itu, lalu segera mencuci tangan, kemudian melangkah pergi. "Menyebalkan sekali," gumam Naira. *** "Sosial media heboh dengan kabar Khalid yang menikahi wanita lain," ucap Fatimah. Mereka semua tengah berada di meja makan. Semua mata menatap pada Fatimah. "Beberapa akun gosip membuat berita itu trending topik, kabarnya nama yang disebut Khalid berbeda dengan nama yang ada di kartu undangan," lanjut Fatimah. Naira diam tertunduk. Dia malu, sadar posisinya di sini adalah sebagai pengantin pengganti. "Itu menganggu nama baik Khalid?" tanya Ridwan—suami Fatimah. "Sepertinya akan, warganet menanti klarifikasi dari Khalid. Apa yang sebenarnya terjadi," sahut Fatimah. "Khalid, Abi harap kamu tahu solusi untuk masalahmu ini. Bagaimana kamu harus memberikan klarifikasi tanpa mencemari nama baik istrimu ataupun mertuamu," ucap Harun yang sedari tadi diam. "InsyaAllah, Bi. Khalid tau apa yang akan Khalid lakukan," sahutnya. "Aku baru tau kalau Kiayi Zayyan punya putri angkat," ucap Fatimah. "Abi, Zayyan, dan ayahnya Naira dulu adalah teman saat mondok. Allah memanggil Abdurrahman lebih dulu, Naira dititipkan pada Zayyan. Karena itu Abi setuju ketika Ilmi digantikan oleh Naira," jelas Harun. "Abi gak pernah cerita pada kami," sahut Fatimah. "Sudahlah Fatimah," sahut Habibah. Khalid melirik pada Naira yang diam sedari tadi. Rasa iba muncul di hatinya, mendengar sang istri yang seorang yatim piatu. *** Naira tengah bersantai di balkon kamarnya, wanita itu bersantai seraya berselancar di sosial media. Jempolnya menggulir beranda i********:. Khalid tidak menyadari bahwa Naira adalah salah satu followersnya. Berita tentang pernikahan Khalid menjadi trending topik. Banyak wanita muda yang mengaku telah patah hati karenanya. Khalid adalah seorang konten kreator yang kerap membuat video dakwah dan juga motivasi. Hal itu ditunjang dengan wajahnya yang tampan dan kearab-araban. Membuatnya begitu menjadi idola tak hanya di kalangan kaum muda. Itu karena publik speakingnya yang bagus. Naira melihat akun sosial media Khalid. Melihat foto-foto masa lajang suaminya. Kemudian tersenyum sendiri bak orang gila. Kemudian satu pesan masuk ke akunnya. Dari Khalid Ar-Rasyid_ [Beraninya kok stalking, liat langsung dong] Naira terdiam, dahinya mengernyit. Dulu dia selalu berharap mendapatkan pesan dari Khalid, sekarang akhirnya harapan itu terwujud. Namun, agak sedikit aneh menurutnya. Deheman seseorang membuyarkan lamunana Naira, membuat wanita itu menoleh ke belakang. Ternyata lelaki itu telah berdiri di belakangnya. Naira menggigit bibirnya, malu karena ketahuan melihat foto suaminya diam-diam. Khalid mendudukkan dirinya di samping Naira. Kemudian menatap wanita itu dengan sorot teduh. Naira tak berani mengangkat wajahnya, dia malu seraya tersipu. Pipi putihnya menjadi kemerahan karenanya. "MasyaAllah, kuyakini Tuhan sedang bahagia saat menciptakan sosokmu. Kamu adalah defenisi bidadari surga," ucap Khalid. Jika saat ini Naira punya sayap, mungkin saja wanita itu sudah terbang karena ucapan Khalid. Lelaki itu pandai membuatnya salah tingkah dan tersipu. Ini baru hari pertama, bagaimana hari-hari berikutnya. "Sayangnya, aku tidak mencintaimu," lanjutnya. Senyuman Naira pudar. "Tapi kupastikan suatu saat aku akan mencintaimu," ucap Khalid. Naira bingung dengan lelaki di hadapannya. Dia sungguh pintar sekali menaikturunkan suasana hati wanita itu. Khalid mengangkat dagu Naira, membuat wajah indah yang semulanya tertunduk itu, kini mendongak. Tatapan mereka bertemu, Khalid sangat suka menatap mata istrinya tersebut. Untuk pertama kalinya, Naira menatap wajah lelaki yang dikaguminya selama ini dari jarak yang begitu dekat. Biasanya hanya menatap dari layar ponsel. Mata elang lelaki itu, hidung mancungnya. Semuanya menggetarkan hati Naira. Khalid mengusap pelan pipi Naira, lalu mendaratkan kecupannya. "Semua yang ada padamu adalah milikku, suatu saat setelah aku mencintaimu. Akan kupinta lebih dari ini," ucapnya. Setelah itu melangkah pergi keluar dari kamar. Naira hanya diam mematung, apa yang baru saja terjadi sungguh membuatnya membeku. Dia tak bisa berhenti tersenyum, pipinya memerah karena bersemu. "Tenang Naira ... tenang," ucapnya mengatur napasnya yang memburu. "Terima kasih, Allah, Engkau mengabulkan doaku," gumamnya. *** 8 April 2019 ```Allah, kalau boleh aku meminta. Bolehkah aku inginkan dia sebagai jodohku? Aku mengagumi semua yang ada padanya. Sultan Khalid Ar-Rasyid. Bahkan, namanya saja begitu indah. Menulis tentangnya membuatku bahagia``` Naira membuka buku hariannya. Itu adalah catatan yang dituliskannya satu tahun yang lalu. Semua perasaannya dia tuangkan ke dalam tulisan, bagaimana dia mengagumi seseorang. Dan bagaimana nama seseorang itu tertulis indah dengan tinta bewarna emas di buku hariannya. *** "Ilmi akan dijodohkan dengan anak teman Abah yang bernama Khalid Ar-Rasyid. Umi dengar dia terkenal di sosial media, beruntung sekali putri Umi," ucap Hanifa. Ilmi dan Naira saling pandang. Saat itu raut tak suka jelas tergambar pada wajah ilmi. Sedang Naira, raut wajahnya tak terbaca, tetapi tampak jelas ada gurat kesedihan di sana. "Emangnya harus ya, Mi, dijodohkan?" tanya Ilmi yang sedang melipat pakaian. "Umi sama Abah tau yang terbaik untukmu. Khalid itu yang terbaik untuk putri Umi sama Abah," sahut Hanifa. Ilmi hanya diam seraya melanjutkan pekerjaannya. Mereka tengah berada di dalam kamar. Naira yang sedang memasukkan pakaian ke dalam lemari tersenyum getir. Dadanya terasa sesak. "Ya, Ilmi itu putri Abah sama Umi. Aku hanya putri angkat, jadi wajar jika Khalid diberikan pada Ilmi. Istigfar Naira," gumamnya pelan. Memang selama ini perihal apapun Naira selalu mengalah pada Ilmi. Ilmi selalu dinomorsatukan oleh kedua orang tuanya. Menurut Naira itu wajar, sebab dirinya hanyalah putri angkat. Walaupun demikian, Naira sangat bersyukur dapat merasakan kasih sayang yang tulus dari Zayyan dan Hanifa. "Naira," panggil Khalid yang baru saja tiba. Panggilannya menyadarkan Naira dari lamunannya. Dengan segera wanita itu menutup buku hariannya, lalu memasukkannya dalam lemari pakaian miliknya. Dia teringat masa lalu. "Ya?" "Buku apa itu?" "Ah, gak penting, kok," sahutnya. Khalid mengernyitkan dahi. "Ya sudah, dipanggil sama Umma ke bawah," ucapnya. "Iya, Sayang," sahut Naira. Langkah Khalid terhenti. Kemudian berbalik pada Naira. "Apa? Sayang? Berani banget manggil gitu," ucapnya. "Ma-maaf," ucap Naira tertunduk malu. Khalid terdiam sejenak. Kemudian, meninggalkan wanita itu tanpa sepatah kata pun lagi. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook