bc

PENA KERAMAT

book_age16+
4
IKUTI
1K
BACA
HE
friends to lovers
powerful
heir/heiress
lighthearted
mystery
loser
campus
small town
teacher
assistant
like
intro-logo
Uraian

Terkadang sebuah suara sudah cukup untuk membuat seorang laki-laki jatuh cinta, mengubah takdir perjodohan yang dijanjikan sekian lama, dan memenuhi impian diri sendiri. Pena Keramat bisa menjadi jalan terjalinnya dua hati yang berkeinginan saling memiliki. Bersembunyi bukan solusi, karena cinta sejati tidak akan lelah mencari.

chap-preview
Pratinjau gratis
KEJUTAN SORE
Sore yang cerah. Tidak ada awan, tidak ada hujan, sinar mentari juga mulai meredup. Angin bertiup sepoi membuai, membawa kesegaran jika tidak rasa mengantuk. Sekitar tiga puluh pasang sandal rapi berjajar di anak tangga masjid An-Nur, pada bagian yang tidak bertanda ‘suci’. Rata-rata sandal itu berukuran sedang dan besar, hanya dua pasang sandal kecil. Rupanya sore itu tidak ada aktivitas anak-anak. Pun tidak ada dengung suara mengaji disertai jeritan dan tawa yang khas saat santri TPQ beraktivitas rutin. Sore itu memang kegiatan mengaji diliburkan, sebab guru mengaji mereka menghadiri undangan musyawarah Takmir terkait kegiatan yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Dua sandal kecil itu milik dua balita yang mengikuti orang tuanya. Mereka tidak ikut duduk, sebab sebagaimana anak-anak pada umumnya, mereka merasa disambut dengan sangat terbuka di rumah Allah. Area kosong yang luas adalah wilayah merdeka sehingga mereka bebas berlari ke sana ke mari. Selagi kedua bocah itu sibuk mengelilingi area dalam masjid, ayah-ayah mereka duduk bersama undangan yang lain di salah satu sisi belakang tempat salat laki-laki. Mereka duduk membentuk lingkaran, sehingga dialog terasa nyaman. Setiap orang bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berbicara. Sekitar lima remaja putri dan dua ibu duduk di luar lingkaran, tepatnya di balik tabir pemisah saf laki-laki dan perempuan. Meski terpisah, mereka berada sedekat mungkin agar tetap bisa menyimak dengan jelas apa yang sedang dibicarakan. Sesekali mereka juga ikut menyumbang pendapat dan saran untuk kebaikan bersama. “Sebaiknya sebelum 1 Muharam, kegiatan sunat masal ini sudah siap. Menurut saya, satu minggu sebelum hari pelaksanaan, kita seharusnya sudah punya daftar pasti jumlah dan identitas peserta sunat,” ucap Pak Ali. “Sepakat, Pak. Saya pikir satu minggu itu juga pas untuk memastikan berbagai pendukung lain, seperti bingkisan alat salat. Bukan begitu, Ibu-ibu?” Tanya Pak Agus. “Betul, Pa. Kami sih yang bagian membelikan tidak ada masalah, karena toko-toko rata-rata kan selalu ada stok sarung. Tetapi Ayana dan teman-temannya yang bagian mengemas, tentu butuh waktu. Merekan kan juga masih pada sekolah dan bekerja,” jawab Bu Agus. “Bu, ini kita sedang rapat. Memanggil Pa kalau di rumah saja, bagaimana,” goda Pak Ali. Seluruh peserta musyawarah tertawa. Tawa mereka terhenti ketika sejumlah mobil hitam terlihat tergesa memasuki halaman. Mereka parkir berjajar di depan masjid. Jelas terlihat berbagai merek dan varian, namun rata-rata harga pasarannya masih di atas 2M. Permukaan luarnya bersih mengkilat, mulus, dan terawat. Kedatangan kendaraan yang tidak biasa mengundang tanya tidak hanya peserta musyawarah, beberapa warga yang tinggal di sekitar masjid ikut melihat. Pintu-pintu mobil membuka nyaris bersamaan, disusul keluarnya sekelompok pria berbadan besar. Mereka berpakaian serba hitam, bersepatu bot hitam dengan sol tebal, serta mengenakan topi. Wajah mereka marah dan menakutkan. Para pria asing itu meringsek menuju masjid, di mana sekelompok pria dewasa dan beberapa remaja putra putri tengah serius mengikuti musyawarah. Kedatangan para pria itu membuyarkan musyawarah yang sedang seru. Apa yang dibahas memang penting dan tidak bisa ditunda lagi, namun kedatangan pria asing dengan penampakan seperti mereka jelas tidak bisa ditunda dihadapi. Pak Ali, Ketua Takmir yang memimpin musyawarah langsung menghentikan diskusi untuk menatap para pria itu. “Ada apa ini?” tanya Pak Ali tegas. Para pria itu tidak menjawab. Salah satu dari mereka menatap wajah demi wajah peserta musyawarah. Saat melihat sosok seorang pria muda, ia langsung masuk ke tengah lingkaran rapat. Pria asing ini seolah-olah tidak mengenal sopan santun apalagi perilaku baik. Meski yang dilewati orang tua, mereka menyelonong saja tanpa permisi. Kecenderungannya malah dengan sengaja asal lewat dengan kasar, bahkan melangkahi kepala. Sonne, pria yang dituju tetap tenang. Detik berikutnya, pria asing itu mencengkeram kerah leher Sonne. Saat Sonne hendak melawan, pria asing lain segera mendekat. Jika pun Sonne ahli bela diri, mungkin ia tidak akan sanggup melawan tiga orang dengan badan seukuran gerbang. “Pak, ini rumah Tuhan. Saya yakin Anda bisa berlaku baik di tempat seperti ini. Kami tidak punya masalah dengan Anda, jadi, silakan bersikap baik agar kami juga menghormati Anda,” ucap Sonne tanpa terdengar sedikitpun rasa takut. Pria yang tengah mencengkeram lehernya menarik nafas, lalu menghempas tubuh Sonne seolah-olah dia seonggok karung. Sonne tetap tenang, lalu bangkit duduk kembali. “Ada yang bisa kami bantu?” Tanya Sonne, “atau sebaiknya kita memisahkan diri agar bisa berbicara dengan tenang?” “Tidak perlu. Di sini saja, agar banyak yang mendengarkan betapa b***t moral Anda,” ucap pria itu. Sonne mengerutkan kening. “Bisa jelaskan lebih detil apa masalah yang sedang Anda bicarakan?” Tanya Sonne. Pria asing itu mencibir. Rekan-rekannya ada yang mendengus, ada yang tertawa pelan. “Kami keluarga Ella. Kejutan besar bagi kami saat Mama Ella, kakak kandungku berniat menjodohkan gadis itu dengan seorang dosen. Dosen, hah. Bisa memberi apa untuk Ella yang terbiasa hidup dengan segala kemudahan dan kekayaan. Sayangnya, kami tidak bisa menghalangi dan melakukan apa-apa untuk mencegahnya. Benar saja. Anda mungkin tidak bisa memberinya harta dan kemudahan, tetapi Anda sukses membuat Ella bertekuk lutut. Tidak seperti gadis lugu yang kami kenal seumur hidupnya, Ella menyerahkan keperawanan kepada Anda begitu saja. Setelah ia hamil, Anda dengan santainya melenggang pergi. Kami datang untuk menuntut pertanggungjawaban Anda. Seorang pria boleh saja tidak punya harta dan tahta, tetapi setidaknya dia harus punya harga diri. Berani berbuat, beranilah pula bertanggung jawab. Jelas tidak akan mudah memenuhi kebutuhan hidup Ella, namun jika Anda bertanggung jawab, kami akan pertimbangkan untuk memberikan subsidi, sampai Anda mampu mandiri nanti.” Sonne mengerutkan dahi. Pada sisi lain tempat musyawarah, kelompok remaja putri duduk menyimak. Tidak hanya sepanjang musyawarah, tetapi sepanjang dialog antara Sonne dengan pria asing berbadan besar. Dalam pandangan mereka, Sonne adalah pria lajang baik-baik yang aktif dalam kepengurusan masjid secara sukarela. Pria itu rela berkorban waktu, tenaga, bahkan dana. Tidak disangka Sonne terlibat pada urusan pelecehan seksual. Ini … menarik. “Masa sih Kak Sonne seperti itu?” bisik Laura. “Aku memilih tidak percaya saja. Idola seperti dia tidak layak menanggung fitnah sekeji ini,” jawab Yani. “Ah, kamu tidak percaya karena kamu nggak pengen dia seperti itu. Bagaimana kalau ternyata beneran Kak Sonne menghamili seseorang? Cowok kayak dia kan mudah sekali membuat cewek meleleh. Dia melirik saja mungkin semua cewek sudah mau menyerahkan segalanya,” ucap Inge. “Semua cewek? Kamu saja kali,” goda Laura. Ketiganya terkikik pelan di balik tirai. Tidak menyadari salah satu pria berbadan besar melirik terganggu. Ayana menyikut teman-temannya. Saat ketiganya menatap Ayana, dia segera mengalihkan pandangan kepada pria asing terdekat yang masih terus mengerutkan dahi ke arah mereka. Dari tempat Ayana duduk, wajah pria itu jelas terlihat. Ketiga gadis itu terpaku. Bukan karena pria besar itu terlalu memukau, namun mereka takut dikira sengaja mencari masalah, yang kemudian malah membuat mereka berada dalam masalah. Ketiga gadis segera diam. Ayana kembali memusatkan perhatian kepada Sonne dan penyerangnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook