BAB 1
Bab 1
"Eh, suami sudah pulang. Mau makan?" tanya Dita yang tengah asyik menonton sinetron populer Indonesia saat ini berjudul "Pingatan Love."
"Gak, mau ke toilet nih, istri," kata Dimas sambil menyusun sepatunya di atas rak sepatu yang terletak di sebelahnya.
"Santai aja kali, suami. Makanan sudah aku sediakan tuh di meja ya!" ucap Dita tanpa memalingkan wajahnya dari televisi.
"Sinetron itu lagi ya?" tanya Dimas sambil berjalan mendekati Dita.
"Iya, suami. Romantis banget nih Mas Iqbalnya... so sweet!" sambung Dita yang terlihat gemes dengan aktor dalam sinetron tersebut.
"So sweet banget, kayak aku..." goda Dimas yang membisikkan di telinga Dita.
"Ih... beda banget kali, suami. Suami aja gak romantis." balas Dita, lalu membuat Dimas sontak mencubit hidungnya seraya menggelengkan kepalanya.
"Siapa bilang?" sanggah Dimas sambil duduk di sebelah Dita dan mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Dita.
"Dit, yok!" ajak Dimas sambil berusaha membaringkan tubuh Dita di sofa, tetapi Dita masih kekeh menahan dorongan suaminya itu.
"Ga ah, malu." sanggah Dita dengan raut wajah sedikit malu.
"Malu kenapa?" tanya Dimas sambil menjulurkan lidahnya ke pipi Dita.
"Kalau adik kamu nanti lihat kita gimana?" tanya Dita dengan raut wajah manja.
"Ini masih jam 8 malam, lagian cuma 2 jam aja kok." pinta Dimas memohon pada Dita, namun Dita masih menggelengkan kepalanya.
"Dit, ayolah!" pintanya sekali lagi dengan raut wajah memelas.
"Em... gimana ya?"
Tanpa menunggu jawaban dari Dita, tanpa basa-basi segeralah Dimas melakukan French Kissing, di mana dia mengulum bibir istrinya itu dengan sedikit lidahnya yang bermain. Dilain sisi bisa terlihat jika Dita sedikit kaget, namun ia juga benar-benar menikmati tindakan dari suaminya. Tak beberapa lama mereka berciuman, lantas tangan Dimas berjalan perlahan-lahan masuk ke dalam baju Dita. Saat Dimas akan menggerakkan tangannya ke atas, tiba-tiba Dita menghentikan gerakan itu dengan tangannya.
"Pelan-pelan ya, Mas!" pintanya Dita seraya melepaskan tangannya dari tangan sang suami. Mendengar perkataan istrinya, lantas membuat Dimas mengangguk saja. Setelah menyetujui hal itu, Dimas kembali mengulum bibir Dita, dan tangannya pun kembali beraksi menuju salah satu bukit indah milik Dita. Setelah tangan Dimas sampai di atas bukit itu, lantas Dimas segera meremasnya perlahan-lahan sesuai pinta Dita.
"Ah...!" desah Dita berulang-ulang. Pemandangan malam ini terlihat indah bagi kedua pasangan ini, namun kebahagiaan di antara keduanya tiba-tiba saja hancur bagai dilempar bom setelah adik iparnya Dita masuk ke dalam rumah dan melihat apa yang mereka lakukan.
"Kalian lagi ngapain kok mbaknya ngedesah?" tanya Keelan yang masih berdiri di depan pintu masuk yang kebetulan tidak terkunci, sambil melepaskan sepatunya. Mendengar suara Keelan lantas membuat menghentikan tindakan mereka dan duduk berjauhan, kira-kira setengah meter.
"Lihat tuh, apa kubilang, suami gak percaya sih," ujar Dita kesal, dicampur perasaan malu karena digerebek oleh adik iparnya sendiri.
"Ya, aku juga gak tahu kenapa cepat banget pulang. Lagian, santai aja, istri," ujar Keelan dengan cengengesan, sambil menggerakkan tangannya ke pipi Dita bermaksud untuk mengelus, tetapi baru setengah jalan, Dita segera menolaknya.
"Abang lagi pijitin tangan mbakmu ini, pegal-pegal, makanya mendesah," bohong Dimas, yang sangat meyakinkan.
"Oke deh bang, aku ke dalam dulu ya," ujar Keelan sambil berjalan melewati Dimas dan Dita, menuju ke kamarnya yang terletak di sebelah kamar mereka. Sementara Dimas hanya mengangguk, menandakan persetujuannya terhadap perkataan adiknya, disertai senyuman yang tersirat di wajahnya. Setelah Keelan tak terlihat lagi di mata Dimas dan Dita, lantas Dita segera mendekatkan bibirnya ke arah telinga Dimas.
"Lain kali hati-hati ya, suami," ledak Dita, seakan mencairkan suasana, dan membuat tawa Dimas pecah. Dimas yang sedang asyik tertawa lantas memalingkan kepalanya menghadap Dita, seakan wajah mereka saling berhadapan satu sama lain, dan jika diukur hanya berjarak 1 jengkal saja.
"Siap, cinta!" teriak Dimas penuh semangat dengan keras. Mendengar teriakan suaminya, lantas segeralah Dita mencoba menutup mulut Dimas. Tak mau kalah, Dimas malah menangkis tangan kanan Dita dan mencium kening Dita dengan spontan, hingga membuat Dita malu.
"Ih, apaan sih, suami. Aku deg-degan nih!" ujarnya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dimas yang melihat tingkah Dita segera mengelus rambut istrinya itu, sembari tertawa lepas.
"Tuh, dah habis kan sinetronnya, kamu sih, suami!" ujarnya dengan sedikit sebal, dicampur bahagia karena melihat sinetron kesukaannya telah habis untuk malam ini. Dimas yang melihat istrinya cemberut lantas merangkul pundak Dita dan membiarkan Dita bersandar di lengannya.
"Kan masih ada besok lagi, di internet pun masih bisa ditonton, sayang," ujar Dimas pada Dita, sembari mencium pipi istrinya itu.
"Ganteng, banyak banget ya alasannya!" ledek Dita, membuat tawa Dimas pecah.
"Kring...kring..." terdengar suara alarm yang berisik sehingga membangunkan pasangan tersebut. Awalnya, Dita enggan untuk beranjak bangun, namun ia teringat jika hari ini Dimas akan ada rapat, sehingga ia memutuskan untuk bangun dan berinisiatif memasak sarapan pagi buat Dimas dan Keelan. Saat akan memakai bajunya, tangan Dimas menggenggam lengan kiri Dita.
"Kok udah bangun, sayang?" tanya Dimas, masih setengah sadar.
"Ya nih, suami. Aku mau buat sarapan untuk kita," jawab Dita, sembari mengelus rambut Dimas.
"Ngelihat kamu aja aku dah kenyang, apalagi makan masakan kamu, makin cinta deh," goda Dimas kepada Dita, yang seketika membuat Dita malu-malu kucing.
"Yaudah deh, aku ke dapur dulu ya, suami." Dimas hanya mengangguk, melihat kepergian Dita, dan memutuskan untuk melanjutkan tidurnya lagi.
Terlihat di dapur, Dita mulai kebingungan karena ini pertama kalinya ia memasak masakan untuk suaminya.
"Aku masak apa ya? Telur aja deh!" pikirnya di dalam hati, sembari mengambil telur yang ada di kulkas.
"Aku pernah sih ngelihat mama masak telur, tapi dah lama banget. Coba deh ku ingat-ingat lagi," kata hatinya Dita. Dita lantas mengambil teflon yang tergantung di paku, lalu ia meletakkannya di atas kompor. Setelah itu, ia menghidupkan apinya dengan api yang besar. Setelah apinya panas, ia langsung menuangkan sedikit minyak dan memasukkan sebutir telur, padahal minyaknya belum panas.
Saat sedang serius memasak, seketika Dita terkejut karena mendengar suara dari seorang pria.
"Lagi apa, mbak?" tanya Keelan yang membuka kulkas.
"Kamu buat mbak kaget aja, lagi masak nih buat sarapan nanti."
"Oke, aku ke kamar ya, mbak." Keelan lantas segera beranjak pergi meninggalkan Dita.
"Tadi malam... sebenarnya..." belum sempat Dita mengatakan sesuatu, seketika Keelan memotong perkataan Dita.
"Wajar, mbak. Gak usah dipikirkan." Keelan lantas pergi menuju ke kamarnya.
"Oke, Lan... makasih ya, sudah ngerti." Ucap Dita, meskipun ia gak tahu apakah ucapannya didengar oleh Keelan atau enggak.
"Susah sih dekat sama adik ipar, gapapa deh, lebih baik kayak gini daripada dibenci," pikirnya dalam hati karena kecanggungan antara mereka berdua.