Fiona Hilang?!
Di sebuah ruangan, ada dua orang pria bersama dengan seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA. Gadis tersebut terlihat terlelap di pangkuan salah satu pria tersebut. Sedangkan pria yang satunya lagi sedang menurunkan suhu ruangan agar terasa lebih nyaman. Tak lama kemudian terdengar suara seseorang membuka pintu, terdengar langkah kaki mendekat. Tiga orang pria lain memasuki ruangan tersebut.
Pria yang sedang memangku gadis itu meletakkan jari telunjuknya di mulut agar ketiga pria yang baru saja masuk agar tetap tenang. Pria yang terakhir masuk ke dalam ruangan tersebut ternyata sedang menelpon.
"Shut!" desis empat pria yang lain.
Pria yang terlihat paling muda itu langsung mematikan ponselnya. Salah satu diantara ketiga pria tadi, tiba-tiba melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuh gadis itu dengan jas. Setelah itu mereka bertiga langsung duduk di sofa. Mereka berenam yang ada di ruangan ini adalah 6 bersaudara A, B, C, D, E, F. Anak pertama bernama Arga, anak kedua bernama Bian, anak ketiga bernama Calvin, anak keempat bernama Davendra, anak kelima bernama Egy, dan anak terakhir sekaligus satu-satunya anak perempuan di keluarga ini bernama Fiona.
Fiona baru saja pulang dari sekolahnya dengan dijemput oleh Bian. Fiona langsung diantarkan ke kantor Arga, karena mereka mendapatkan informasi dari sang ayah bahwa mereka harus berkumpul hari ini. Fiona yang tidur terlalu larut semalam, membuat dirinya menjadi mengantuk dan terlelap dalam pangkuan kakak tertuanya itu.
Beberapa menit kemudian, terlihat pintu ruangan kembali terbuka. Dinatha— ayah dari keenam bersaudara itu baru saja masuk ke dalam ruangan bersama sang istri yaitu Sabrina.
"Fiona tidur?" tanya Dinatha begitu memasuki ruangan. Dinatha berbicara dengan suara lirih agar tidak membangunkan Fiona.
Kelima anaknya yang lain mengangguk. Mereka tidak berani bersuara.
"Kita pindah ke ruangan sebelah saja," ucap Sabrina dengan suaranya yang lembut.
"Iyah, Bunda," jawab yang lain agak berbisik.
Arga mengambil bantal sofa, dan memindahkan kepala Fiona secara perlahan dari pangkuannya. Setelah itu baru mereka semua berjalan meninggalkan ruangan untuk memulai pembicaraan keluarga kali ini.
Satu jam sudah berlalu, Fiona membuka matanya secara perlahan, ia menatap langit-langit ruangan yang terlihat tidak asing.
"Tunggu, ini bukan kamar gw. Trus, ini di mana?" guman Fiona. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia menepuk jidatnya karena baru teringat bahwa dirinya sedang berada di kantor Arga.
"Astaga, gw lupa kalo lagi di kantor kakak. Berati tadi gw ketiduran dong? Kenapa gak ada yang bangunin? Trus ini orang-orang pada kemana kok cuma gw sendirian?" cerocos Fiona.
Fiona merubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk sambil bersandar pada sofa. Fiona mengambil tasnya yang tergeletak di meja, tanganya merogoh ponsel dari dalam tas. Fiona melihat jam yang ada di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Fiona akhirnya memilih untuk memesan taxi online, ia langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar ruangan dengan santai.
***
30 menit kemudian.
Kelima pria tadi kembali ke ruangan, mereka kaget bukan main saat melihat ruangan tersebut kosong melompong, padahal mereka berniat untuk menemui adik perempuan mereka.
"Fiona?! Bang Arga! Fiona gak ada!" seru Bian.
Mereka semua langsung panik bukan main.
"Kok bisa?!" seru Arga sambil berjalan ke arah sofa, dan benar saja, di sana sudah tidak ada Fiona.
"Padahal tadi jelas-jelas anaknya masih ada di sini. Sekarang dia pergi kemana?" tanya Arga kepada adik-adiknya. Keempat adiknya hanya saling tatap, mereka tidak ada yang tau kemana perginya Fiona.
"Fiona gak chat salah satu dari kalian?" tanya Calvin.
"Gak ada Cal, kalo Fiona ngabarin kita semua pasti tau," ujar Egy.
"Cal Cal, gw abang lo! Sopan dikit kek! Malah manggil nama doang!" seru Calvin sambil memukul belakang kepala Egy.
"Udah! Gak usah ribut! Gw coba telepon Fiona dulu!" seru Arga menengahi pertengkaran Calvin dan Egy.
Arga berjalan agak jauh dari yang lain. Ia mulai mencoba untuk menghubungi Fiona namun ponsel Fiona sedang tidak aktif.
"Gimana Bang?" tanya Davendra.
Arga menggeleng pelan. "Gak ada jawaban dari Fiona, ponselnya mati."
"Kok bisa? Gak biasanya HP dia mati," guman Bian.
"Gw juga gak tahu," lirih Arga.
Arga mengacak rambutnya Frustasi.
"Fiona Fiona, lo tuh kemana sih! Kita semua khawatir," desah Arga pelan.
"Bang, kenapa kita gak coba cek aja dulu ke rumah? Lagian Fiona udah besar ini, jadi dia gak mungkin hilang kayak bocah," usul Davendra.
"Wih, tumben otak lo lancar Dav!" seru Egy sambil merangkul pundak Davendra, sang empu hanya melirik ke arah Egy.
"Paan sih lo!" ujar Davendra sambil menyingkirkan tangan Egy.
"Bener juga tuh. Yaudah, sekarang kita langsung ke rumah aja. Semoga dugaan kita semua benar dan Fiona baik-baik aja," ujar Bian.
Yang lainnya mengangguk setuju, dengan langkah lebar, mereka berjalan keluar ruangan. Mereka berjalan dengan tergesa-gesa menuju parkiran. Sesampainya mereka di basement, mereka segera masuk ke dalam mobil mereka masing-masing dan langsung mengendarainya menuju kediaman Dinatha.
Mereka menambahkan laju kecepatan mobil mereka dari batas normal. Mereka hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk bisa sampai di rumah. Setibanya mereka di rumah, mereka segera masuk ke dalam rumah dengan raut wajah panik.
Fiona yang sedang menonton televisi di ruang keluarga sambil memakan camilan tentu saja kaget dengan kehadiran lima kakaknya yang bersamaan.
"Astaga! Fiona! Lo itu tau gak seberapa paniknya kita nyariin lo!" teriak Egy saat melihat Fiona tengah duduk dengan santainya, lengkap dengan wajah tanpa dosanya.
Arga langsung mendekap tubuh mungil Fiona.
"Kakak kita kamu hilang atau diculik. Soalnya pas kakak telepon HP kamu mati," ucap Arga.
"Oh, HP Fiona lowbat batrenya, lagu Fiona charger di kamar," jawab Fiona.
"Lain kali jangan gitu Fi, kalo mau pergi kemana-mana itu harus ngabarin biar kita gak khawatir, apalagi sampe panik kayak gini," omel Bian.
"Iyah Kak Bian, Fiona minta maaf. Maaf ya, gak ngabarin kalian kalo Fiona mau pulang, soalnya pas Fiona bangun tidur di sana tuh sepi gak ada siapa-siapa. Fiona kita kakak semuanya udah pada pulang," jelas Fiona.
"Gak lah, mana mungkin kita ninggalin adik kita yang cantik ini sendirian di sana. Kita tadi ada urusan bentar, Fiona. Maaf ya, kamu pasti kaget pas bangun tidur trus liat ruangan kosong," ujar Calvin.
"Sedikit sih Kak. Kak Arga, bisa lepasin pelukannya gak? Fiona gak bisa napas," ujar Fiona.
"Ah, maaf. Habisnya kakak khawatir banget sama kondisi kamu. Inget, lain kali gak boleh gitu ya!" ujar Arga memperingati.
Fiona tersenyum manis ke arah Arga.
"Iyah Kak Arga," balas Fiona.