Elsa tertawa mengejek, mengingat seberapa brengseknya Rey, ia sama sekali tidak mempercayai apa yang lelaki itu ucapkan. “Setelah kau meniduri banyak wanita, kau masih berani berkata soal cinta? Astaga, cupid saja malas melihat wajahmu.” ejek Elsa yang sukses membuat Rey membuka selimutnya dan terduduk dengan wajah tak terima.
“Apa?” tanya Elsa dengan wajah menantang. Mendapatkan berbagai bentuk u*****n dari pihak pemotretan jelas membuat Elsa memiliki mood yang buruk di pagi hari. Dan ia membutuhkan Rey untuk melampiaskan kemarahannya. Biasanya, lelaki itu akan berbalik takut kepada Elsa jika sudah mengetahui bahwa wanita itu sedang marah, apalagi karena dirinya.
Rey menunduk dan mendesah kesal. Bukan salahnya jika ia menjadi lelaki b******k, salahkan saja para wanita yang mau-mau saja ia jadikan teman ranjang dalam semalam. “Itu bukan salahku, dia yang mau!” katanya membela dirinya sendiri. Mengacak rambutnya yang memang sudah awut-awutan dan menendang-nendang selimut yang kini sudah jatuh dari ranjang.
Rey dapat mendengar dengusan dari Elsa, wanita paruh baya itu mengambil selimut dan melipatnya dengan telaten. Membuat Rey sedikit tersentuh dan merasa bersalah telah bersikap kekanakan selama ini. “Kau jelas tahu apa kesalahanmu kan?” tanya Elsa yang kini meletakkan lipatan selimut berwarna biru dongker itu diujung ranjang.
Lelaki itu hanya terdiam, jelas ia tahu, hanya saja ia enggan mengakui, salah satu sifat buruk yang membuatnya menjadi pria egois hingga saat ini. “Kau merusak hubungannya dengan sang pacar,” ucapan itu seakan menohok ulu hatinya. Wanita yang sudah menjadi managernya lebih dari tujuh tahun itu jelas selalu bisa membuat dirinya merasa bersalah.
“Kuharap kau bisa berpikir dewasa Rey, tidak selamanya kau bisa bermain seperti ini.” Elsa menatap Rey dengan pandangan hangat. Tentu saja Rey tahu bahwa wanita itu mencemaskannya, dan dalam hati ia akan mencoba untuk mulai menata kehidupannya yang terlihat bagai ranjang sehabis b******a. Acak-acakan.
Ia lalu mengambil selimut yang berada di ujung ranjangnya, membukanya tanpa rasa bersalah dan kembali menghangatkan dirinya. “Katakan pada Yuri aku sedang tidur dan tidak ingin di ganggu, lain kali saja bicaranya.” ucapnya dengan mata tertutup, membelakangi Elsa yang kini membuka tutup mulutnya. “Kumohon, aku sangat lelah,” imbuh Rey yang membuat Elsa tak mampu berkutik. Lelaki itu sangat jarang mengucapkan kata tolong dan sebagainya. Elsa menghela napas saat melihat lelaki itu kini kembali membelakanginya.
Sedetik kemudian Elsa memutuskan untuk turun dan menemui Yuri, dari ujung tangga ia bisa melihat wanita dengan dress hijau toska selutut itu berdiri dari duduknya. Sorot matanya nampak kecewa saat tak melihat Rey ikut turun bersamanya. “Rey sedang tidur,” Elsa berjalan menghampiri wanita itu. Duduk dihadapannya lalu mengisyaratkan wanita itu untuk melakukan hal yang sama.
“Dia tidak ingin menemuiku?” Yuri merasakan sebuah percik yang menyakitkan di dadanya. Seakan dadanya sesak saat mengetahui lelaki itu menolaknya lagi.
Elsa melipat tangannya di d**a, jujur saja ia tidak terlalu menyukai wanita ini. Sedikit kasihan memang, namun itu tidak cukup untuk membuat Elsa bersimpati pada wanita itu. “Pulanglah,” Elsa berujar pelan, membuat Yuri tertunduk melihat ujung sepatu high heelsnya.
“Aku ingin berbicara dengan Rey,” Yuri mendongak menampilkan keteguhan dari sorot matanya. Seolah mengatakan aku tidak akan pergi sebelum bertemu dengannya.
“Rey sedang tidur, jangan membuatku mengucapkan kalimat itu hingga tiga kali.” Desis Elsa yang mulai kesal dengan Yuri.
Yuri bergumam, hampir putus asa. “Aku benar-benar ingin berbicara dengannya.” Dan hal itu sontak membuat Elsa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Datanglah ke Portal Night, kau akan bertemu dengannya. Malam ini.” titah Elsa yang terdengar bagai keputusan final yang tidak dapat di ganggu gugat. Yuri menggigit bibir bawahnya sebentar, sedikit membungkuk lalu mengucapkan terima kasih pada Elsa.
“Kuharap aku benar-benar bisa menemuinya malam ini,” katanya menegaskan bahwa ia tidak mau dibohongi. “Sampai jumpa,” lanjutnya sembari berdiri dari duduknya.
Elsa menahan diri untuk tidak melemparkan asbak kepada wanita itu. Oh, astaga. Yuri adalah wanita paling menyebalkan yang pernah Rey tiduri. Biasanya mereka hanya akan mengganggu selama seminggu, paling parah dua minggu namun setelah itu mereka lelah sendiri karena tak mendapatkan tanggapan dari Rey. Nah ini? Yuri, wanita itu sudah hampir satu bulan terus mengusik kehidupan Rey.
*- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Senna hanya pasrah saat Angel menarik tangannya, memecah kerumunan para penggila malam. Sesekali ia harus menahan napas saat kepulan asap rokok mengenai wajahnya, juga aroma alkohol yang menyengat saat orang asing menyenggol bahunya. Ia bisa sedikit bernapas lega saat ruang VIP sudah menyambutnya, mengibaskan tangannya di hidung tepat ketika Angel melepas genggaman tangannya.
“Sebenarnya kau perempuan macam apa sih?” Angel menghempaskan tubuhnya pada sofa beludru merah muda dengan motif kotak-kotak, menatap Senna yang masih berusaha menyesuaikan dirinya. Ia menggeleng pelan, menatap penampilan Senna yang hari ini sangat aneh menurutnya. Perempuan itu memakai jaket biru dongker yang sama sekali tidak menunjukkan lekuk tubuhnya, celana jeans hitam yang sobek sebelah di lututnya, sepatu kets abu-abu, topi biru dongker dengan pin keroppi yang sungguh bertolak belakang dengan style-nya yang macho.
“Ada yang salah?” acuh Senna yang kini duduk di samping Angel, mengamati salah satu ruangan club yang menurutnya di desain cukup hangat. Ruang VIP di lantai dua ini terbentuk dari kaca satu arah, di mana orang yang berlalu-lalang tak bisa melihat kedalam, namun ia dapat melihat semua aktivitas mereka diluar sana. Terdapat meja hitam panjang di tengah ruangan dengan ukuran sedang yang dikelilingi oleh sofa pasangan, corak sofa sangat mempengaruhi suasana dalam ruangan itu. Setelah puas, ia melemparkan pandangannya kearah Angel yang menatapnya masam. “Apa?” tanyanya agak sewot.
“Lihat pakaianmu! Harusnya kau mengerti situasi Senna, kita pergi ke club malam paling terkenal dan kau masih sempat-sempatnya salah kostum?” Angel menahan dirinya untuk tidak memekik. Berhadapan dengan sahabatnya ini sungguh menguras kesabarannya.
Senna memainkan kakinya, wajahnya cemberut tidak terima. “Aku tidak salah kostum Angel. David bilang ia akan pulang besok pagi, dan kau tahu sendirikan bagaimana kebiasan monster itu.”
Gadis dengan celana jeans dan baju trop sebatas pusar itu hanya mendecih, mengejek sikap David yang menurutnya terlalu posesif.
“Apa yang akan kita lakukan hari ini?” tanya.
“Let’s dance!” teriak Angel dengan tangan kanan yang terangkat sepenuhnya. Gadis itu lalu menarik Senna yang nampak tak kalah antusias. Lupakan soal David dan tugas dengan dosen yang selalu marah tiap harinya.
*- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -