BAB 4

1010 Kata
5 tahun lalu . . . . . Jakarta, ibu kota Indonesia Seorang pria berjas tampak sibuk dengan setumpuk file di mejanya. Terkadang pria itu tampak melirik jam tangan yang melilit di pergelangan tangan kanannya. Mengalahkan! Mengalahkan! Mengalahkan! “Masul,” katanya tanpa melihat koran di depannya. Seolah pria itu sudah tahu siapa yang akan masuk ke kamarnya. Bahkan, seorang wanita dengan tubuh langsing dan sempurna memasuki kamar pria. Di tangannya dia memegang file lain yang sepertinya merupakan tugas pria itu berikutnya. menjembatani! “Ini adalah dokumen tambahan yang perlu Anda periksa, Pak. Mereka minta diberitahu secepatnya agar pembelian tanah bisa diproses,” kata perempuan itu. Pria itu menoleh untuk melihat tumpukan dokumen, "Memiliki Alaska?" dia bertanya. "Itu benar, Tuan." “Tolak saja. Saya tidak akan setuju dengan penggusuran kebun stroberi di area yang Anda minta. Katakan padanya jika saya tidak setuju dan tidak akan pernah, Ayu, ”kata pria bernama lengkap Mahawira Rasendriya. "Tetapi-" "Menolak." "Tapi kenapa?" “Mereka bermain dengan negara di sana. Saya sudah tahu bahwa tanah di sana sangat murah. Juga, tidak ada penguasa di sana. Jadi mereka membeli tanah murah, menjual harga tinggi untuk mendapatkan banyak keuntungan. Permainannya sangat nyaman,” kata Mahawira, lalu kembali fokus pada rekor. Ayu yang mendengar penjelasan Mahawira hanya tersenyum, “Sepertinya sudah paham Pak. Tidak heran jika Anda menjadi CEO sebelum berusia 30 tahun," kata Ayu. "Ya. Saya jenius," jawab Mahawira. "Kalau begitu saya akan siapkan surat penolakan resmi, yang bisa ditandatangani sendiri nanti. Kalau begitu saya minta maaf," kata Ayu. Saat Ayu hendak berbalik dan meninggalkan Mahawira, tiba-tiba Mahawira memanggil Ayu, membuat wanita itu menoleh. "Aju." "Katakan pada istri saya, saya akan bekerja lembur hari ini," lanjut Mahawira. "Nona Callista?" tanya Ayu. "Ya. Dan siapa istriku?" Seketika wajah berseri Ayu berubah. “Tuan, bukankah Anda harus mengirim seseorang untuk menengahi antara Anda dan Nyonya Callista? Setidaknya kamu bisa menjaga istrimu tanpa khawatir,” saran Ayu. Mahawira pun menyetujui saran Ayu: “Nanti saya carikan orang yang tepat. Terima kasih atas sarannya." Sejak itu, hari-hari Mahawira akhirnya mereda, meski terkadang ia sering khawatir. Memang, memiliki istri yang terlalu pengertian menempatkan bebannya sendiri di pundak Mahawira. Dia ingin memastikan istrinya baik-baik saja sepanjang waktu dan apa yang dia lakukan. Akhirnya, atas saran Ayu, Mahawira menyewa seorang pria untuk menjaga istrinya selama dia bekerja dan pulang larut malam untuk memastikan Callista baik-baik saja. Malam itu akhirnya tiba, malam ketika Mahawira pertama kali menemukan kehadiran Eric yang baru saja tiba di rumahnya. Ketika Mahawira menerima kabar bahwa Callista mengundang orang asing, dia tiba-tiba kembali ke rumah. Namun sayang untuk Mahawira, Eric kembali. Mahawira mencoba bertanya kepada utusan itu sudah berapa lama mereka bersama. Dan tiba-tiba. Cting! Cting! Cting! Puluhan foto dan video di ponselnya. Menunjukkan Callista duduk di dekat Eric dengan pakaian minim. Marah, Mahawira percaya bahwa istrinya tidak bisa melakukan hal seperti itu. Mahawira juga menghapus semua fotonya. Tapi sebenarnya itu tidak berlangsung lama. Saat Callista hamil, Mahawira juga punya bukti lain. Namun alih-alih mengutuk istrinya, Mahawira justru memarahi pria bernama lengkap Gilang Saputra itu. “Hapus foto dan video ini! Dan jangan kirimkan resume seperti itu lagi, atau aku akan memecatmu! “teriak Mahawira melalui telepon. Ayu yang berdiri di ambang pintu dengan secangkir kopi membeku untuk pertama kalinya ketika melihat penampilan seorang pria berteriak seperti orang gila. "Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Ayu sambil membuatkan Mahawira secangkir kopi. Mahawira tampak memijat pelipisnya dan menatap Ayu: "Ya, aku akan pulang lebih awal hari ini." "Memesan." Hari demi hari Mahawira menjadi normal kembali. Mahawira tidak lagi menerima kabar buruk tentang istrinya. Namun herannya, Mahawira terus bertanya-tanya mengapa Callista selalu mengenakan pakaian minim saat menyiram tanaman. Namun Mahawira dengan cepat menepisnya. Hingga ketertarikannya memuncak ketika ia harus pergi ke Jepang. Terpisah dari Callista sejak lama. “Pastikan dia baik-baik saja. Beritahu saya jika terjadi sesuatu, ”perintah Mahawira sebelum Mahawira selesai bertemu dengan orang Indonesia yang akan bekerja untuk perushaannya di Jepang, Mahawira mendapatkan sebuah kiriman foto. Entah dari mana foto itu berasal dan yang jelas nama pengirimnya adalah Gilang Saputra. "Kenapa dia mengirim ini?" gumam Mahawira. Mahawira pun terduduk di tepi tempat tidur sembari membuka amplop cokelat tersebut. tepat saat ia melihat sebuah foto seorang wanita dan pria yang betelanjang bulat. Kedua orang itu tampak berhubungan intim dengan mesra. "Apa apaan ini?!" pekik mahawira. Tangan Mahawira kembali melihat foto lainnya dan menunjukan beberapa gambar lain dengan tanggal dan tahun yang berbeda. "s****n! mereka sudah berselingkuh sedari lama!" geram Mahawira. Di akhir, Mahawira menemukan sebuah flashdisk di dalam amplop tersebut yang langsung saja Mahawira sambungkan pada laptop milik. menatap kembali saat melihat sebuah video panas yang menampilkan istrinya dan juga laki-laki yang tak pernah ia suka sejak awal. Dan di video terakhir, terdapat sebuah rekaman lain. Rekaman suara yang mirip dengan suara milik Callista. "Aku hamil anakmu. Jangan sampai Mahawira tahu," ujar sang wanita dalam video itu dalam posisi yang kurang jelas, terlebih dahulu dengan posisi wajah yang tak menghadap ke kamera. rem! Mahawira membuang laptopnya. Tangannya mengepal dengan keras. Mahawira berteriak sekencang mungkin dan memukul tembok kamar hotel itu hingga bergetar. "Silan!" pekik mahawira. "Selama ini aku mencari uang untukmu. Bukannya menjaga diri tapi malah bersama lelaki lain. Pantas saja kamu selalu sulit dihubungi jika aku tidak sedang di rumah, Callista! Tunggu saja, aku akan meminta tes DNA pada kandmu yang ! , sebaiknya kita berpisah dan pernikahan" ini akan segera berakhir," gumam Mahawira dengan matanya yang memanas. Wajah Mahawira bahkan sampai berubah menjadi merah akibat emosi yang terputus. * * * * * Di sisi lain, seorang wanita dengan rok mini yang ia gunakan tampak tersenyum penuh kemenangan. Sambil membocorkan langit langit kamar hotel, wanita merasa telah memenangkan situasi. "Dasar bodo, apa dia jika orang suruhannya sudah membohonginya? Selama ini dia tidak percaya permainanku kamu sangat bagus, Gilang," ujar itu pada pria yang berada di sambungan teleponnya. "Terima kasih sudah melakukannya dengan baik bahkan sampai terlihat nyata. Kita tunggu saja, apa dia akan langsung menceraikannya atau tidak," sambung Ayu. "Kau berhutang besar padaku, Ayu," ujar Gilang dari seberang sambungan telepon. "Tinggal satu langkah lagi untuk memanfaatkan wanita manja itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN