bc

30 Hari Tertawan Mafia

book_age18+
1
IKUTI
1K
BACA
HE
friends to lovers
badboy
drama
bxg
city
like
intro-logo
Uraian

Nadira Aisyah tidak menyangka hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat setelah ayahnya meninggal. Nadira di culik oleh Farel Aditya seorang Mafia yang tak tersentuh polisi. Saat Nadira di sekap, dia baru mengetahui kebenaran bahwa ayahnya adalah seorang mafia. Nadira harus menjalani hidup selama 30 hari bersama Farel.  Farel sengaja menculik Nadira karena pesan dari Hartono-ayah Nadira untuk melindunginya, dan di saat itu pula Nadira tahu ternyata ayahnya meninggal bukan karena kecelakaan melainkan di bunuh oleh Mafia lain. Kini para mafia itu mengincar Nadira, bagaimana nasib Nadira selanjutnya? Dapatkah dia membalas kematian ayahnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
BRAK! Sebuah mobil hitam melesat dari arah berlawanan, menghentikan laju mobil Nadira secara paksa. Ban mobil berdecit, dan tubuh Nadira terdorong ke depan. Sebelum sempat berpikir, pintu mobil terbuka kasar. “Turun!” suara berat menggema. Seorang pria bertopeng menarik lengan Nadira dengan kuat, membuat tulangnya nyaris terlepas. Nadira mencoba melawan, tapi cengkeraman pria itu sangat kuat. “Apa- apaan ini?! Lepaskan aku!” teriak Nadira. Nadira tidak mengerti apa-apa, dia yang baru saja pulang dari pemakaman ayahnya. Merasa terkejut tiba-tiba ada yang menghentikan mobilnya. “Tidak usah banyak tanya? Ayo ikut aku!” Nadira diseret keluar, sepatu hak tingginya terpeleset di aspal basah. Tak lama Dua pria lain muncul dari mobil hitam, masing-masing memegang senjata. Belum sempat Nadira menghirup udara bebas, selembar kain basah menutup hidung dan mulutnya. Seketika membuat pandangan Nadira berputar, suara hujan mengabur… lalu gelap. Dua jam kemudian Nadira terbangun dengan kepala berat dan rasa logam di lidah. Matanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan cahaya redup lampu gantung yang berayun pelan. Tangan Nadira diikat di belakang kursi dengan tali nilon dan kaki juga terikat. Nadira melihat sekeliling ruangan tampak dingin, lantainya beton kasar, dan ada bau lembap menusuk hidung. “Sudah bangun, Princess?” suara itu datang dari sudut ruangan. Nadira menoleh. Terlihat seorang pria duduk santai di kursi, memutar pisau lipat di tangannya. Wajahnya setengah tertutup bayangan, tapi tatapannya tajam seperti elang. Tubuh tinggi, bahu lebar, jas hitam yang tampak terlalu rapi untuk tempat seburuk ini. “Apa mau kalian?!” suara Nadira bergetar, dengan tatapan penuh amarah. Pria itu tersenyum tipis, lalu berdiri, mendekat langkah demi langkah. “Kita belum saling kenal, Nadira,” kata pria itu, suaranya tenang namun mengandung ancaman. “Namaku Farel Aditya.” Nadira terdiam. Nama itu terdengar familiar—bisik-bisik di kafe, berita kriminal samar, dan cerita gelap dari lorong belakang pasar. Farel… bos mafia yang kabarnya tak pernah tersentuh hukum. “Aku tak peduli siapa kau,” jawab Nadira keras, meski jantungnya berdegup liar. "Oh, kau akan peduli,” kata pria itu sambil jongkok di depan Nadira kemudian berkata “Mulai malam ini, hidupmu milikku.” Tak lama Pintu besi di belakang terbuka, dan seorang pria berbadan besar masuk “Bos, semuanya sudah siap. Lokasi aman.” Farel mengangguk. “Bagus. Pastikan tidak ada yang tahu dia di sini.” Nadira mencoba menarik napas panjang, mengatur pikirannya yang kacau. Dia berusaha mencari celah. Tapi tali di pergelangan tangannya terlalu ketat, membuat peredaran darah seolah terhambat. “Kamu pikir aku akan diam saja?” kata Nadira menantang. Farel mendekatkan wajahnya, hanya beberapa inci dari Nadira “Kalau kau pintar, kau akan diam. Kalau tidak… dunia di luar sana akan jauh lebih kejam daripada aku.” Kata-kata Farel terdengar aneh, seperti ancaman yang juga menyimpan perlindungan—membingungkan bagi Nadira. Malam itu, Nadira dipindahkan ke sebuah ruangan lain—lebih besar, tapi tetap tanpa jendela. Tempat tidur di pojok, meja kecil, dan pintu baja tebal. Satu-satunya suara hanyalah kipas ventilasi yang berputar pelan. Sebelum pergi, Farel berdiri di ambang pintu. “Nanti kita punya kesepakatan untuk dibicarakan. Dan percayalah… itu akan menentukan apakah kau hidup atau mati.” Setelah itu pintu menutup. Nadira sendirian berusaha mencerna apa yang terjadi. Setahunya dia dan ayahnya tidak pernah punya musuh. “Apa maksud pria itu,” guman hati Nadira. Nadira mencoba untuk terlelap, namun dia tidak bisa tidur nyenyak. Setiap kali Nadira memejamkan matanya, bayangan wajah Farel dan tatapan dinginnya kembali menghantui. Ruangan tempat Nadira di sekap begitu sunyi, tidak ada jam, tidak ada cahaya matahari. Bahkan Nadira tak tahu apakah sekarang sudah pagi atau masih tengah malam. BRAK! Tiba-tiba Suara pintu terbuka kasar membuat Nadira tersentak. Dua pria lalu masuk, membawa nampan berisi makanan. Nasi putih, ayam panggang, dan segelas air. “Bos bilang kamu harus makan,” kata salah satu dari mereka, suaranya serak seperti kerikil. Nadira tidak menyentuhnya. “Kalau aku menolak?” Dua pria itu hanya tersenyum miring. “Kita bisa lakukan dengan cara mudah atau cara sulit, katanya lagi. Akhirnya, Nadira makan beberapa suap—bukan karena lapar, tapi karena butuh tenaga. Dia tahu, tubuhnya harus tetap kuat. * Beberapa jam kemudian, langkah sepatu kulit terdengar dari luar. Pintu terbuka, dan Farel masuk. Kali ini tanpa jas, hanya kemeja hitam dengan lengan tergulung, memperlihatkan otot lengannya dan tato samar di pergelangan tangan. “Kita bicara,” kata Farel sambil menarik kursi di depan Nadira. Nadira duduk di tepi ranjang, menatapnya dengan mata waspada. “Aku tidak punya urusan denganmu,” kata Nadira tegas. “Oh, kau punya. Bahkan lebih besar dari yang kau kira.” Farel menyandarkan tubuh, menyilangkan kaki, dengan tatapan menusuk. “Ayahmu adalah mafia dan sekarang musuhnya sedang mencarimu. Deg Jantung Nadira seolah berhenti sejenak. “Ayahku bukan Mafia!” Nadira tidak percaya, karena selama hidup ayahnya tidak pernah menunjukkan tanda-tanda seperti mafia. “Kau mau percaya atau tidak itu terserahmu, yang terpenting saat ini musuh ayahmu sedang mengincarmu.” Nadira menelan ludah, rasa takut bercampur amarah “Kenapa mereka menginginkanku? Apa salahku?” “Karena mereka mengira kau mengetahui rahasia Ayahmu.” Farel memberitahu Nadira. “Rahasia apa?” tanya Nadira tak mengerti. “Rahasia data gelap mereka, selama ini Ayahmu yang menyimpannya. Mereka takut data itu jatuh ke tangan polisi,” jawab Farel menjelaskan. Nadira memegang dadanya, dia merasa syok dengan apa yang baru saja di ketahui nya. Nadira tidak menyangka Ayah yang selalu bersikap lembut dan perhatian padanya, ternyata adalah seorang mafia. “Sekarang apa maumu?” tanya Nadira. Farel tersenyum kecil. “Tiga puluh hari. Selama tiga puluh hari kau akan tinggal di sini, sampai aku bisa mengatasi mereka.” Mata Nadira membelalak. “Itu penculikan!” “Tidak, kalau kau setuju. Anggap saja ini kesepakatan. Aku memberimu makanan, tempat tinggal, dan keamanan. Sebagai gantinya, kau patuh pada semua perintahku.” “Aku tidak mau jadi mainanmu,” kata Nadira keras. Farel tertawa kecil, tapi tawanya tanpa kehangatan. “Kau pikir aku menginginkan itu? Tidak. Kau hanya perlu memainkan peran kecil, selama kau bersamaku mereka tidak akan bisa menyentuhmu.” “Haruskah aku melakukan semua itu?” tanya Nadira ragu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
315.3K
bc

Too Late for Regret

read
322.1K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
145.3K
bc

The Lost Pack

read
441.1K
bc

Revenge, served in a black dress

read
154.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook