ADC43

1603 Kata
“Siap pak!” jawab karyawan. “Ada lagi ga keluhannya!” tutur Garvi. “Yang penjualan lagi bagus! Coba bantu kasih solusinya! Gimana kalo ga kalian daya tuker aja! Yang penjualannya bagus ke tempat yang penjualanya menurun, kalo masih menurun emang tempatnya kurang stategis, kalo naik bearti pelayanan kalian yang kurang!” jelas Garvi. “Kan nanti keliatan kinerja kalian! Gimana salah tempatnya atau emang kaliam kurang baik melayani custumer!” sambung Garvi. Siap pak, kalian atur dan serahkan nama-nama orang yang ada di toko tersebut dan yang pindahnya kemana biar saya tau!” ujar Garvi “Udah selesai ya! Kalo gitu saya udah selesai! Silakan kalian urus! Saya tunggu laporannya!” ucap Garvi. Setelah Garvi menyelesaikan ucapanya, Garvi kembali keruangan melanjutkan pekerjaanya kemudian bermaksud untuk pergi ke caffenya mengontrol karena sudah lama tidak mengontrolnya karena super sibuk dengan kantornya. Saat sudah merencakanan semuanya yang ingin di lakukan, keinginan tidak berjalan lancar, Garvi di minta untuk mencari gaun untuk pernikahannya dengan Aurora, tidak ada yang bisa di lakukam kecuali mengikuti keinginan mamihnya karena hari pernikahannya pun semakin hari semakin dekat. ~pesan Kayra~ “Nak hari ini kalian cari gaun pengantinya sekalian feeting kalo bisa! Kalo gabisa ya cari dulu aja! Sama ajak Aurora untuk beli seserahan apa yang di inginkannya!” isi pesan Kayra. Garvi yang membaca pesan ini dengan niat hati yang tidak begitu senang namun harus melakukannya membuatnya segera menghubungin Aurora. ~pesan Garvi~ “Lu kosong jam berapaa?! Nyokap nyuruh gua sama ku nyari gaun pengantin!” isi pesan singkat. Tidak ada balasan apapun dari Aurora, Garvi juga tidak memperdulikanya hal ini dan tetap melaksanakan keinginanya. ~Place Ganendra~ Ganendra yang semakin hari semakin membaik keadaanya, Akhirnya hari ini bisa di pulangkan namun dengan satu syarat, Ganendra harus tetap badres dan tidak boleh melakukan pekerjaan berat. Dokter memasuki ruangan Ganendra dan memberitahukan keadaanya yang sudah membaik dan stabil kemudian membolehkannya untuk pulang namun masih tidak boleh melakukan pekerjaan berat. “Ada keluhan apa pak sekarang!” tanya dokter. “Ga ada pak!” jawab Ganendra. “Kondisi bapak sudah mulai membaik, dan bapak sudah boleh pulang! Namun bapak belum boleh melakukan pekerjaan berat! Ada baiknya bapak pensiun sekarang! Karena keadaan bapak akan buruk kalo di paksa bekerja!” ujar Dokter. “oke baiklah dok! Terima kasih kalo begitu!” sahut Carissa. Setelah berbicara dengan Carissa dan Ganendra dokter kembali ke ruanganya dan Carissa sibuk mengurus biaya dan kepulangan suaminya, Ganendra yang merasa sedih melihat keadaanya sekarang yang tak bisa banyak berbuat apa-apa dan hanya merepotkan istri dan anaknya. Setelah Carissa selesai mengurus kepulangan suaminya dan membayar biaya rumah sakit, Carissa membereskan barang-barang suaminya dan anaknya kemudian menyuruh supir menjemputnya. Kini sekarang Carissa dan Ganendra sudah berada di perjalanan menuju rumahnya, Ganendra yang masih terdiam membuat Carissa tak mengerti apa yang sedang di fikirkanya saat ini. Namun Carissa membiarkan Ganendra bergelut dengan perasaanga terlebih dahulu karena tidak enak jika harus berbicara namum ada orang lain di antara mereka. Tidak lupa Carissa memberitahukan kepada anaknya agar nanti jika pulang tidak lagi kerumah sakit, tapi kerumahnya. ~pesan~ “Ra, daddy udah pulang! Sekarang mommy lagi di perjalanan pulang! Nanti langsunh pulang kerumah aja ya!” isi pesan. Untuk beberapa saat akhirnya Ganendra sampai dan di bantu oleh supir dan bibi di rumahnya untuk membawakan barang-barangnya. ~Place Aurora~ Aurora yang belum selesai dengan urusannya membuatnya pusing karena terlalu banyak hal yang belum di kerjakan namun waktunya sangat sempit! Tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja namun juga tidak bisa menegerjakannya dengan waktu cepatpun tak bisa hingga akhirnya Aurora membiarkan begitu saja, mengerjakan yang mampu di kerjakan dan meningglakan yang belum di kerjakan. Akhir-akhir ini Aurora merasa cepat lelah, karena semua pekerjaanya di kerjakan oleh dirinya sendiri di tambah Ganendra yang tidak bisa bekerja lagi dan sakit, mulai saat ini pekerjaan kantor akan di kerjakan oleh Aurora seratus persen membuatnya harus membiasakan dirinya dan mulai mengatur waktunya dengan baik. Aurora mengundurkan waktu bertemunya dengan Devandra karena saat ini Garvi yang sudah ada lebih dulu di kantor Aurora hal ini membuat Aurora sedikit risih karena tidak biasa di datangi oleh laki-laki. Aurora juga tak meyangka bahwa ada Garvi yang menunggunya di ruang tunggu jika tidak di beritahukan oleh karyawannya, “Tok tok ...!” suara ketukan pintu. “Iya masuk!” jawab Aurora. “Ada apa ..!” tanya Aurora. “Itu ada tamu yang ingin menemui ibu! Katanya sudah menghubungi ibu!” jawab karyawan. “Hm yaudah oke! Makasih!” kata Aurora. Aurora berfikir siapa yang datang menemuinya di waktu jam makan siang ini, Devandra kah, lalu Aurora melihat ponselnya untuk memastikan siapa yang datang mengujunginya namun saat melihat pesan teryata Garvi. Aurora berjalan keluar menghampiri Garvi, dan menanyakan akan kemana pergi dan kenapa datang kesini tanpa memberitahu terlebih dahulu. Garvi yang sedang duduk santay sambil membaca koran di lobi kantor Aurora, menyadari akan kedatangan Aurora yang sudah berdiri di depannya dengan raut wajah seakan meminta penjelasan. Garvi meletakan korannya dan kemudian berdiri tanpa berbicara satu kata patahpun Garvi langsung menarik pergelangan tangan Aurora, Aurora yang tak paham dengan maksud Garvu bukannya menjelaskan maksud kedatanganya malah justru menarik tangan Aurora tak terima dan berusaha melepaskan gengaman tangannya. “Lu apan sih! Dan lu tuh ngapain kesini!” protes Aurora. “Ya gua kan udah kirim pesan sama lu! Kenapa lu ga bales! Gua males berurusan sama nyokap gua! Jadi lebih baik gua langsung kesini aja! Dan gua udah berusaha ngehubungin lu! Tapi lu yang ga bales! Terus siapa yang salah disini! Gua apa lu!” ungkap Garvi geram. “Ya ga gitu juga! Gua ga suka kalo ada cowok nyamper-nyamperin gua pas lagi kerja!” protes Aurora. “Lah salah siapa? Gua udah coba ngebuhungib lu! Terus lu yang ga bales! Terus salah gua gitu!” gerutu Garvi. “Yaudah sekarang lu naik mobil! Kita cari gaun pengantin!” perintah Garvi. Aurora yang tak bisa lagi mengelak pun akhirnya mengikuti perintah Garvi dengan raut wajah yang tidak suka dan cemberut, selama perjalanan tidak ada pembicaraan apapun dari mereka berdua, Garvi dan Aurora tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Sampai akhirnya Garvi memarkirkan mobilnya di sebuah restoran niat ingin mengajak Aurora makan terlebih dahulu. “Gua tau lu laper! Belum makan siang kan! Kita makan dulu aja!” ajak Garvi. Aurora yang terdiam 1000 bahasa hanya mengangguk saja, mengiyakan ajakan Garvi dan memang sudah saatnya Aurora makan juga. Aurora berjalan di belakang Garvi mengikuti langkah Garvi, Garvi langsung masuk dan memesan pesanan yang akan di santap siang ini, dan kemudian memilih tempat duduk yang kosong. “Kenapa sih diem aja!” ujar Garvi. “Gapapa! Cuman pengen diem aja! Lagian ngapain banyak ngomong sama lu, baru kenal juga!” ucap Aurora ketus. “Aa.... benar juga! Sama sih saya juga males berbicara sama orang baru, apalagi ngeselin!” sindir Garvi. “Udah tuh makan! Mau makan kan!” celetuk Garvi. “Aurora yang tidak mengerti akan sifat Garvi yang berubah-rubah membuat Aurora berfikir keras seperti apa orang yang ada di hadapanya ini!” batin Aurora. Garvi dan Aurora makan tanpa ada obrolan di antara mereka, hanya saja isi kepala mereka berisik mempertanyakan dan merasa canggung satu sama lain, tidak enak rasanya makan dengan seseorang namun seperti sendiri tidak ada keharmonisan di sini. Setelah selesai makan Garvi membayar makanan dan segera mengajak Aurora beranjak dari sana. “Ayo !” ajak Garvi. “Duh bentar kek! Tunggu lah sebentar! Ini masih kenyang banget! Nanti sakit perutnya!” protes Aurora. “Ya terus lu mau disini aja! Katanya lu sibuk! Kalo sibuk ya ayo cepet biar cepet kelar! Nanti giliran kerjaannya ga kelar gua yang di salahin!” ungkap Garvi. “Apan gaya lu! Kayak pernah aja gua nyalahin lu!” tutur Aurora. “Ya ga pernah tapi kan! Gua mencegah daripada ujungnya gua kena omel lu!” sela Garvi. “Idih pd banget siapa juga yang mau ngomel in lu! Bodo amat gua mah!” ucap Aurora tak terima. “Yaudah hayu, atuh eneng! Kan biar cepet! Jadwal kita tuh padet!” ucap Garvi merayu. Setelah perdebatan itu, Aurora pun mengiyakan permintaan Garvi untuk segera pergi dan mencari gaun pengantin. Saat sedang di perjalanan Aurora teringat sahabatnya Aurel yang kejadianya sama persis seperti apa yang di ceritakan oleh Garvi, karena Aurora ingin tau yang di maksud Aurel itu Garvi bukan akhirnya Aurora memutuskan untuk bertanya kepada Garvi. “Eh wait! Gua mau nanya boleh ga?!” ujar Aurora. “Cewek yang lu maksud boleh tau siapa!?” sambung Aurora. “Emang kenapa?! Kok mau tau! Bukannya tadi bilang bodo amat ya sama gua!” jawab Garvi. “Sumpah sih gua ga paham sama lu! Kenapa lu begitu banget ya allah!” geram Aurora. “Ya iya gua bodo amat sama lu! Cuman ya gua tuh tadi ketemu sama sahabat gua! Dan apa yang lu ceritain semalem ke gua tuh sama kayak yang lu alamin! Dia putus sama pacarnya setelah pacaran 4 tahun lamanya putusnya pun karena di jodohin!” jelas Aurora. “Bukan masalah gua kepo! Itu masalahnya sahabat gua! Kan gua kasian!” ujar Aurora. “Mantan lu Aurel bukan, kuliah di universitas gunadharma tadinya!” desak Aurora meminta jawaban. “Aurel .. yang ini bukan!” kata Garvi sambil menyodorkan foto Aurel yang ada di mobilnya. “Iya itu sahabat gua!” jawab Aurora axited. “Iya itu mantan gua! Terus lu ketemu dimana! Dan gimana keadaan dia!” ungkap Garvi lebih axited. “Gua ketemu di rumah sakit pas mau berangkat! Ya keadaan dia ya gitu lesu gitu!” ucap Aurora seakan tak terima dengan keadaan ini. Untuk beberapa waktu Aurora terdiam tidak memperdulikan ucapan Garvi di kepalanya sangat berisik dan hatinya merasa kecewa.     ||bersambung ...|| 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN