“Aurel!” panggil Aurora.
“Lu ngapain disini!” tanya Aurora.
“Ya ini nganter mamah sakit!” jawab Aurel.
“Oh terus lu ngapain disini!” tanya Aurel balik.
“Bokap gua di rawat disini!” tutur Aurora.
“Owalah gitu toh! Lu sama nyokap lu aja! Bokap lu ga ikut nganter nyokap lu!” kata Aurora.
“Ga bokap gua kan kerja! Jadi gua yang anter! Bokap lu sakit apa!” tanya Aurel.
“Biasa kambuh lagi penyakit lama!” ucap Aurora.
“Oh iya lu kerja dimana sekarang Rel!” tanya Aurora.
“Ga kerja gua! Gua mau keluar negeri lagi! Lanjutin kuliah gua disana lagi!” ungkap Aurel.
“Lah kenapa kok gitu! Baru balik udah kesana lagi sih!” cakap Aurora.
“Pantes muka lu kayak yang lesu gitu kenapa! Habis nanggis lu ya!” tebak Aurora.
“Ga kok gua biasa aja!” tangkas Aurel.
“Hilih udah lah gausah bohong sama gua! Gua tau kali lu tuh habis nanggis! Lu kenapa! Lu cerita ke gua kalo ada masalah!” pinta Aurora.
“iya sebenernya gua baru aja putus sama pacar gua!” ungkap Aurel.
“Lah kok bisa sih, pacar lu yang ketemu pas lu di luar negri itu kan! Bukannya lu udah lama ya pacaranya kok bisa putus!” ujar Aurora.
“Iya emang udah lama, udah 4 tahun! Ya gatau namanya juga ga jodoh kayaknya mah! Ya gua sedih banget sih pasti, tapi gua berusaha ihklas!” lirih Aurel.
“Emang susah kalo ga jodoh mah! Mau selama apapun gua pacaran sama dia tapi kalo ga jodoh ya bakal pisah! Dia di jodohin!” tandas Aurel.
“Di jodohin! Dianya bilang ga kalo dia udah punya pacar gitu! Ya siapa tau ga jadi di jodohinkan!” celoteh Aurora.
Mengigat apa yang di bicarakan oleh Aurel mengigatkanya pada kejadian semalem. Lelaki yang di jodohkan olehnya juga berbicara bahwa dia memiliki kekasih, mendengar hal ini membuat Aurora semakin merasa bersalah dan tak tau harus berbuat apa, di sisi lain i Aurora tak ingin merebut apa yang bukan miliknya, namun di sisi lain Aurora tak kuasa menolak permintaan ayahnya, jadi harus bagaimana Aurora.
“Apa jangan-jangan cowok yang di maksudn oleh Aurel adalah cowok kemaren!” batin Aurora.
“Udah katanya doi gua udah bilang sama orang tuanya! Tapi ya emang keinginan orang tuanya dia gabisa nolak ini! Ya jadilah kita yang harus mengalah! Gua juga gamau ngehalangin dia yang mau berbakti sama orang tuanya!” tutur Aurel.
“Hm gitu ya! Ya iya sih! Gua juga binggung gimana! Soalnya gua juga korban perjodohan! Gua ga ngerti kenapa sampe orang tua gua harus ngejodohin gua! Apa karena gua gabisa nyari cowok! Selama ini kan gua jomblo bae!” beber Auror.
“Lu di jodohin juga! Kok bisa sih! Wah selamat ya! Semoga dia yang terbaim buat lu!” harap Aurel.
“Ya begitu lah ga paham gua! Oh iya lu semangat ya! Jangan sedih! Gua yakin suatu saat nanti lu bakal bisa dapetin yang lebih baik lagi dari mantan lu! Gua tau lu wanita yang kuat! Lu pasti bisa melewati ini semua!” ujar Aurora memberi semangat.
Ketika sedang berbincang-bincang dengan asik, Aurel merasa namanya di panggil dan benar saja saat melihat siapa yang memanggilnya teryata ibunya yang memanggilnya ingin mengajaknya pulang.
“Aurel ..!” panggil mamah Aurel.
“Iya mah, udah selesai tah mah!” jawab Aurel.
“Eh Ra udah dulu ya! Gua pulang dulu! Nyokap udah selesai! Kasian mau istirahat!” pamit Aurel.
“Eh iya hati-hati Rel, cepet sembuh ya buat nyokap lu!” imbuh Aurora.
Setelah Aurel pamit pulang, aurora pun melanjutkan kembali perjalanan yang sempat tertunda, Aurora bermaksud ke kantornya mengurus pekerjaan kemarin yang tertinggal dan mengontrol keadaan disana.
Aurora ke kantor menggunakan mobil dengan kecepatan standar dan mendengarkan musik namun saat di lampu merah, Aurora tak sengaja mobilnya mengenai belakang mobil orang tersebut, membuat Aurora di gedor oleh pemilik mobil yang tak terima mobilnya di tabrak dan terjadilah perdebatan kecil.
“Aduh Ra kok bodoh banget! Kenapa sih sama diri lu! Belakang ini s**l terus!” batinya dalam hati.
“Lu gabisa apa ga nyebabin masalah sehari aja!” sesalnya dalam hati.
“Tok tok ..!” suara ketukan pintu di jendela mobil Aurora.
Aurora dengan berat hati membuka jendelanya dengan perlahan, dengan wajah yang sedikit merasa bersalah.
“Mba ngantuk atai gimana mba! Mobil saja lagi diem aja! Kok bisa di tabrak dari belakang!” ujar pemuda.
“Aduh maaf mas! Saya ga niat nabrak beneran!” jawab Aurora datar.
“Maaf enak aja ngomong maaf mah ya gampang! Terus giman dong mobil saya penyok dikit tuh!” protes pemuda.
“Ya udah gini aja mas! Ini kartu nama saja! Mas bawa ke bengkel nanti kuetansinya kirim le no saya! Nanti saya transfer ke orang bengkelny! Sekalian mintain nomor rekening bengkelnya!” pesan Aurora.
“Ya gabisa gitu dong! Kalo gitu enak aja mbanya! Saya yang repot!” omel pemuda.
“Terus masnya maunya gimana! Kan saya udah mau tanggung jawab! Kurang aoalagi! Kecuali sayanha kabur baru masnya ga terima! Kok gitu aja di bikin repot!” gerutu Aurora.
“Udah lah gitu aja! Saya tunggu totalnya! Jangan lupa kirim! Saya harus pergi!” kekeh Aurora.
Aurora kemudian menjalankan mobilnya tanpa memikirkan pemuda tersebut, Aurora memikmati harinya yang di jalaninanya entah apa hal s**l apa yang akan terjadi lagi padanya.
“Itu orang kenapa sih! Aneh banget udah mau tanggung jawab aja malah di suruh ikut juga! Aneh banget!” geram Aurora.
Aurorapun sampai di kantornya, wajanya tidak menunjukan kekesalan yang di alaminya tadi, Aurora langsung masuk ke ruangannya, belum lama berada di ruanganya sudah ada sekertarisnya yang membawakannya bunga.
“Bu ini ada titipan bunga!” ujar sekertarisnya.
“Oh iya taro aja! Di meja!” ucap Aurora.
“Oke bu!” jawab singkat sekertaris dan melanjutkan kembali tugasnya.
“Tumben banget ada yang ngirimin bunga! Biasanya juga ga ada! Baiklah paling ga gua dapet hal yang menyebalkan dan dapat hal yang baik juga jadi seimbang deh!” imbuh Aurora.
Namun saat membaca secarik kertas yang ada di dalam bunga membuat Aurora yang tersenyum karena melihat keindahan bunganya menjadi cemberut saat mengetahui siapa pengirimnya.
~pesan~
“Hari yang indah seperti senyummu yang selalu teringat di kepalaku selama ini, bagaimana hari-harimu selama ini, apakah kau menjalanin hari-hari dengan baik, semoga kau selalau di beri kebahagian!”
Salam rindu Ridho.
Ridho adalah seorang lelaki yang Aurora sangat cintai, bahkan sampai saat ini Aurora masih mencintainya, namun Ridho meninggalkan Aurora tanpa alasan yang jelas dam kembali lagi padanya sekarang.
Hatinya masih sangat sakit, hati Aurora mati rasa hingga rasanya tak mampu lagi mencintai siapapun sebaik apapun lelaki kepadanya tak mampu mengantikan posisi Ridho di hati Aurora.
Mengigat kenangan manis yang di buat Aurora membuat hatinya sangat sakit, Aurora sangat rindu dengan kenangan mereka, ingin sekali rasanya Aurora menemuinya mengajaknya bertemu, namun Aurora sadar jika Aurora melakukan itu, Aurora hanya akan terjebak lagi dengan rasa sayang yang belum hilang untuk Ridho.
Aurora tak ingin kembali ke hubungan yang tak sehat, Aurora sangat paham bagaiamana seorang Ridho itu, namun Aurora tetap merawat bunga yang di kirimkan oleh ridho namunt tidak membalas pesanya.
~Place Devandra~
Devandra yang di sambut kerabatnya dengan baik, sekaligus ingin mengucapkan atas kesempatannya yang di dapatakan oleh Devandra membuat Devandra merasa sangat bahagia di kelilingin oleh orang-orang baik.
“Hm hm ...aduh selamatnya atas pencapaian kamu luar biasa!” ucap kerabatnya.
“Hm apan sih! Ga lah biasa aja ih! Lu juga jauh lebih hebat kali ah! Udah ah gua malu! Jangan lu gituin!” protes Devandra.
“Yailah malu! Kayak nyolong ayam lu!” ledek kerabatanya.
Devandra tanpa mengiraukaan candaan kerabatnya langsung duduk di tempatnya mengerjakan tugasnya dengan baik, karena banyak yang harus dia selesaikan di sini, Devandra tidak ingin meningglakan pekerjaanya yang belum selesai karena akan sangat merepotkan orang-orang disini.
Setelah bergelut dengan dokumen dan komputernya akhirnya separuh pekerjaanya selesai, Devandra menghadap ke atasan Devandra untuk memberitahukan keputusan Devandra yang setuju untuk di kirim kerja ke luar negeri.
“Tok ... tok ...!” suara ketukan pintu.
“Masuk!” perintah atasan.
“Pak saya ingin memberitahukan keputusan saya mengenai penawaran bapak kemarin!” tutur Devandra dengan jelas.
“Oh oke silakan duduk Dev!” perintah atasan.
“Jadi kamu gimanan! Setuju!” tanya atasan memastikan.
“Iya pak saya setuju dengan tawaran yang bapak berikan!” ujar Devandra.
“Baiklah kalo kamu setuju! Saya akan mengirim berkas kamu ke klien dan kamu bisa bersiap! Secepat mungkin kamu akan di berangkatkan!” tutur atasan.
“Iya pak siap! Saya akan melaksanakannya dengan cepat dan baik!” ucap Devandra me yakinkan.
“Tapi ada syaratnya! Setelah kamu menyeesaikan kuliahmu! Kamu harus kembali bekerka disini! Dan mengabdi disini! Menerapkan ilmu yang kamu dapat di perusahaan dan di kuliah kamu disana!” syarat atasan.
“Siap pak, saya dengan sangat bersedia menerima syarat tersebut!” tangkas Devandra.
“Oke kalo gitu saja akan surat hitam di atas putih! Sebagai jaminan! Bahwa kamu yidsk akan mengingakari ucapanmu!” celetuk atasan.
“Siap pak! Saya tidak akan berpaling dari bapak!” ucap Devandra.
Setelah pembicaraan selesai Devandra keluar dari ruangan atasan, Devandra pergi istirahat karena sudah waktunya istirahat siang, Devandra makan sendirian di kantin kantornya dengan damai.
~Place Garvi~
Garvi yang selalau tampil menawan membuat para karyawannya semakin hari semakin terpesona dengan ketampanannya, namun Garvi yang tidak suka di pandang seperti itu, membuatnya malas berurusan dengan karyawan wanitanya.
Namun upaya Garvi menghindari itu teteap saja sia-sia akan selalau ada seorang karyawan wanita yang berusaha berurusan denganya entah meminta tanda tangan, atau apalah itu.
Garvi yang sedang mempersiapkan berkas dokumen untuk di serahkan kepada kliennya mendengar suara ketukan pintu, dan menyuruh masuk seseorang yang mengetuknya.
“tok .. tok ..!” suara ketukan pintu.
“Masuk!” kata Garvi.
“Ada apa?!” tanya Garvi singkat dan jelas.
“Saya mau mengigatkan! Bapak hari ini harus memimpin rapat!” ujar wanita tersebut.
“Emang yang lain pada kemana! Siapa yang seharusnya pemimpin rapat hari ini!” protes Garvi.
“Emang hari ini jadwalnya bapak yang mengisi acara! Kami ingin melaporkan pemasukan, masalah yang di alami di setiap cabang yang kami pegang pak!” jelas wanita tersebut.
“Hm ... yaudah sebentar lagi saya datang!” kata Garvi.
“Baik pak!” angguk wanita tersebut.
Obrolan selesai begitu saja, wanita tersebut sudah kembali ke tempat rapat dan teman-teman di tempat rapat sudah menunggu kehadiran direktur.
Garvi yang sudah beranjak dari kursinya datang ke ruangan rapat, tanpa berlama-lama lagi langsung memulai pembicaraan.
“sebelumnya maaf karena saya telah membuat kalian semua menunggu, kita langsung saja mulai! Apa yang akan kalian laporkan!” tutur Garvi.
“Saya ingin melaporkan bahwa penjualan di cabang menurun pak!” ujar karyawa.
“Kenapa bisa begitu! Kalo begitu marketing di perkuat! Adakan diskon untuk menarik perhatian customer!” perintah Garvi.
||bersambung ...||