“Hm jadi gitu ya! Ya aku ga berharap banyak sih sama kamu Aku cuman bisa doain yang terbaik buat kamu aja! Semoga kamu selalu berbahagia nanti ya! Harapan terbesar aku!” cakap Garvi.
“Iya meskipun berat! Ga ada yang perlu di sesalin lagi! Dan ga ada yang perlu di bahas lagi!” kata Aurel.
“Iya ya! Tapi kok kamu kayak kurusan sih sekarang! Kamu kecapean ya?!” tanya Aurel.
“Hm iya kecapean aku! Akhir-akhir ini emang banyak banget kerjaan yang aku harus kerjain! Persiapan pernikahan juga! Untuk udah beres semua! Mulai besok juga aku ga boleh keluar-keluar lagi kok!” jelas Garvi.
“Hm jadi hari ini, hari terakhir kamu bisa keluar ya! Besok di pingit!” ulang Aurel.
“Iya di pingit! Tapi untung aku bisa ketemu kamu!” ungkap Garvi.
“Aku tuh kangen banget sama kamu! Pengen banget ketemu sama kamu! Ya meskipun aku tau ini nyakitin! Tapi makasih kamu udah mau ngeluangin waktu buat aku! Cowok yang sudah nyakitin kamu!” tutur Garvi.
“Iya sama-sama meskipun sebenernya aku gamau lagi ketemu kamu! Ya mau gimana lagi! Anggap lah ini pertemuan kita yang terakhir! Aku gatau bakal bisa ketemu lagi atau ga!” terang Aurel.
“Sakit sih! Kenapa kamu harus hadir di hadapan aku! Di saat ketika aku udah mulai terbiasa tanpa kamu! Jadi kan aku harus memulai dari awal lagi!” urai Aurel.
“Ya maaf aku tau kamu sakit! Tapi percaya aku juga sakit disini bukan kamu aja!” ujar Garvi menyakinkan.
“Ya itu mah ya karena ulah kamu sendiri! Yang buat kita jadi kayak gini!” sindir Aurel.
“Lah kok aku sih! Aku mana tau kalo bakal kayak gini ujungnya!” sangkal Garvi.
“Ya emang, yaudah lah bukan salag siapa-siapa! Ga ada gunanya juga kita bahas ini! Nasi sudah jadi bubur! Semua udah terlanjur dan keadaan ga akan bisa kembali lagi!” pasrah Aurel.
“Iya iya ini salah aku! Kenapa aku bodoh! Kenapa aku ga kenalin kamu dari dulu! Siapa tau kalo aku kenalin kamu dari dulu papih sama mamih aku ga akan jodohin aku! Tapi nagaimana lagi! Ini lah akhir dari cinta kita!” sesal Garvi.
“Takdir tidak mempersatukan kita! Takdir tidak mendukung kita! Ga banyak yang aku harapkan! Aku cuman berharap kamu hidup dengan baik! Dan baru aku akan tenang ketika aku melihat kamu hidup dengan baik!” harap Garvi.
“Iya baiklah! Aku bisa hidup dengan baik tanpa mu! Meskipun sekarang aku belum bisa! Suatu saat nanti aku pasti bisa! Ingat ini adalah bentuk cinta aku sama kamu! Karena aku sadar sangat sadar jika memang mengihklaskan adalah titik tertinggi mencintai seseorang!” ujar Aurel.
“Iya terimakasih karena sudah berusaha hidup dengan baik! Dengan begini aku lebih tenang!” jawab Garvi lagi.
“Yaudah ayok sekarang udaj malem! Nanti aku di cariin mamah!” ajak Aurel.
“Kamu yakin mau pulabg sekarang!” tanya Garvi.
“Ya yakin emang kenapa! Aku harus ga yakin!” tanya balik Aurel.
“Ya ga gitu juga! Kali aja mau lebih lama lagi bersama!” harapan Garvi.
“Ga lah! Kalo kamu kayak gini! Malah buat aku makin berat! Udah hayo!” ajak aurel.
“Yaudah yuk!” ucap Garvi mengiyakan.
Aurel dan Garvi pulang selama perjalan mereka hanya memandang jalanan yang ada di depan mereka, tidak ada obrolan apapun, suasana terasa sangat mencengkam, bukan karena sudag tidak ada obrolan apappun di antara mereka, melainkan diam lebih baik untuk menyembunyikan luka yang baru saja di bahasi kembali.
Garvi menyetir mobil dan suara dering ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan telfon yang harus di angkatnya, Garvi pun berbicara dengan seseorang yang menelfonya.
“Assalamualaikum!” salam Garvi.
“Walaikumsalam, kamu dimana nak?” tanya Kayra.
“Ah ini lagi jalan pulang mih! Kenapa?!” jawab Garvi.
“Ya gapapa tumben aja kamu belum pulang! Yaudah mamih mau bobo ya! Kamu di jalan hati-hati! Jangan ngebut-ngebut!” ujar Kayra mengingatkan.
“Iya mih! Yaudah mamih bobo duluan aja!” ujar Garvi.
Telfon di tutup begitu saja, Garvi pun meletakan kembali ponselnya, Aurel yang mendengar percakapanya tadi membuatnya memeprtanyakannya.
“Mamih kamu?” tanya Aurel.
“Iya mamiy nyuruh pulang!’ jawab Garvi.
“Hm tumben nanyain! Biasanya ga pernah tuh kayaknya!” sela Aurel.
“Ya mana tau! Emang aku tau! Ya lagi pengen aja kali!” jawab Garvi singkat.
“Ya soalnya aku juga belum bilang tadinya mangkaya di cariin! Aku gini-gini juga kan anaknya! Sahut Garvi lagi.
“Hm iya juga sih! Yaudah tuh rumah aku di depan bentar lagi sampe!” ucap Aurel.
“Iya ini udah sampe nih!” tutur Garvi.
Aurel turun dari mobil Garvi dan Garvi yang melaju jalan lurus mereka berpamitan dengan baik meskipun meninggalkan jejak
“Aku turun ya! Makasih untuk hari ini!” ujar Aurel.
“Aku yang makasih sama kamu ? masih mau nemenin aku! Kata Garvi.
“Jangan lupa bebersih ya! Hidup dengan baik oke!” ingatkan Garvi lagi.
“Iya udah sono pulang ati-ati!” kata Aurel sambil melambaikan tangannya.
Garbi pun pulang kerumah, tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai rumahnya, karena memang sudah larut malam juga jalanan menjadi sepi, Garvi mengendari keandaraanya dengan kecepatan yang bisa di katakan ngebut.
Setelah sampai rumah Garvi membuka kunci rumahnya sendiri dan naik ke atas menghampiri kamarnya untuk beristirshat karena besok Garvi akan mulai di pingin, Garvi melakukan pekerjaanya dari jarak jauh.
Sebenarnya Garvi tidak ingin di pingit Garvi ingin tetap bekerja agar pekerjaanya tidak menumpuk di saat Garvi masuk kerja kembali, karena memang dia juga yang mengambi alih bapknya untuk meneruskan dan memajukan perusahaan tersebut.
Garvi sudah selesai membersihkan tubuhnya dan tertidur di kasurnya dengan sangat nyaman, bisa bangun siang juga karena cuti kerja.
~Hari H pernikahan~
Pagi-pagi sekali di kediaman rumah Aurora semua orang sudah terbangun dan suasana rumah juga mebjadi ramai banyak sanak saudara yang datang dari sebelah Carissa ataupun Ganendra.
Ya hari ini adalah hari pernikahan Aurora, semua orang sudah bangun dan melakukan kegiatannya masing-masing Aurora yang sudah bangun dari jam 5 juga yang sudah bersiap-siap juga untuk mandi dan akan segera di dandanin mulai melakukannya.
“Aurora cepet mandi! Kamu kan mau di dandanin nanti! Jangan lamam-lama mandinya!” perintah Carissa.
“Iya mom!” jawab singkat Aurora.
Aurora pergi mandi dan tentunya ada Ganendra yang sudah bersiap juga! Akhirnya hari yang di tunngu oleh Ganendra tiba, bukan karena Ganendr tidak sayang pada Aurora ingin segera menyerahkan Aurora pada orang lain, melainkan Ganendra sangat sadar dia tidak bisa lagi menjaga Aurora seperti dulu karena keadaanya.
Ganendra takut Aurora akan salah pilih laki-laki yang akan menjadi suaminya, Ganendra yang sedang merenang di kangetkan dengan sentuhan tangan istrinya.
“Dad, kok melamun sih! Apa yang lagi di pikirin?” tanya Carissa.
“Ga ada kok mom! Cuman sebentar lagi, Aurora bakal jadi milok orang lain! Daddy gatau harus senang atau sedih!” tutur Ganendra.
“Ya cepat atau lambat juga hal ini pasti terjadi dad! Aurora ga akan pergi kok! Dia bakal tetep jadi putri kecil daddy kan! Meskipun tidak 100% milik kita lagi tapi dia masih milik kita kok! Hanya saja berkurang dia bakal sibuk dengan keluarganya sendiri nanti!” ujar Carissa menenangkan.
“Iya sih bener! Ya daddy cuman berharap dia bisa menjalani hidupnya dengan baik!” ucap Ganendra.
“Iya dia pasti akan hidup dengan baik! Udah daddy siap-siap lah! Udah siang! Mandi lah sana dad!” perintah Carissa.
Ganendra bersiap-siap untuk segera bisa tampil menawan di hari pernikahan putrinya menyiapkan yang terbaik, berbeda dengan Aurora yang ingin tampil apa adanya saja, karrena tidak begitu tertarik pada pernikahanya.
~Place Garvi~
Garvi dan keluarga sudah siap dengan semuanya, Garvi dan keluarga sudah rapih dan tinggal meluncur ke tempat resepsi pernikahan mereka untuk ijab kabul di rumah Aurora dan di rayakan di sebuah hotel yang sudah di pesan.
Garvi dan keluarga karena sudah siap dengan semuanya segera berangkat ke rumah Aurora untuk melangsungkan ijab kabul dan kemudian berangkat ke hotel.
Perjalan sudah di mulai dan mobil, mobil penjemput mempelai pria juga sudah dateng untuk segera mengajak ke rumah Aurora, mobil pengantin juga sudah di dekor sedemikian rupa, ada perasaan aneh yang Garvi rasakan, rasanya Garvi sangat gugup hari ini.
Garvi sendiri di dalam mobil pengantin dan hanya di temanin dengan supir saja ada mobil penjemput di depannya dan ada beberpa mobil di belakanya mengiringinya, perasaannya sangat tidak karuan, Garvi tidak mencintai Aurora namun rasanya tetep saja gugup karena sebentar lagi akan menjadi seorang suami.
~Place Aurora~
Aurora yang sudah selesai di dandanin dan sudah memakai gaun putih sudah menunggi di kamarnya Aurora menjadi sangat cantik dan di ajak oleh Carissa keluar kamarnya.
“Ya allah anak mommy udah besar ya! Udah jadi bidadari secantik ini!” ucap Carissa.
“Ih mommy apan sih! Ga lah biasa aja!” jawab Aurora.
“Nak sebentae lagi kamu bakal jadi seorang istri dan ibu!” ujar Carissa lembut.
“Jadilah ibu dan istri yang baik!” pesan Carissa.
“Semoga hidup kamu di penuhin keberkahan! Mulai sekarang kamu harus belajar menjadi sosok yang kuat! Perjalanan yang kamu laluin akan panjang!” sambung Carissa.
“Kamu harus mikirin suami kamu juga! Jangan bertindak ceroboh ya nak! Berbahagialah selalu putri mommy!” ucap Carissa lagi.
Aurora yang mendengar ucapan tulus dari Carissa membuatnya terharu dan mengelurkan air matanya kemudia Carissa dan Aurora berpelukan Aurora merasa akan di lepas oleh ibunya dan memang seharusnya begitu, karena tanggung jawab Aurora sekarang berada di Garvi bukan lagi di Carissa ataupun Ganendra.
“Udah ya jangan nanggis dong anak cantiknya momy! Nanti cantiknya ilang lho! Udah ya cup cup! Tenang ajah mommu akan selalu ada di samping kamu kok sayang!” ucap Carissa menenangkan.
Aurora tqk mampu berkata apaun melainkan hanya mengikuti kehendak mommynya saja, kini keduanya sudah berada di tempat yang seharusnya, Aurora dan keluarga besarnya sedang menunggu kedatangan mempelai pria.
~Place Garvi~
Garvi yang sudah sampai di kediaman Aurora tidak langsung masuk ke dalam rumahnya melainkan berhenti sejenak dan berbicara dengan papih maminya sebentar.
“Nak ... sebentar lagi kamu bakal jadi suami! Kamu bakal bertanggung jawab atas wanita itu! Jadilah suami dan ayah yang baik kelak ya!” ucap Manendra.
“Iya nak! Jangan kamu sakiti istrimu dan jangan bertindak seenaknya mulai dari sekarang! Tanggung jawab kamu itu berat lho!” sambung Kayra.
“Kamu harus bisa memimpin keluarga kamu! Memimpin keluarga tuh susah-susah berat lho! Sekarang jangan pikirin diri kamu sendiri! Kamu harus ingat! Ada yang harus kamu jaga! Ada yang harus kamu lindungi dan akan selalu ada yang mendukung kepulangan kamu!” tambah Kayra.
“Kamu bisa kan! Ingat pesan mamih oke! Jadilah lelaki yang bertanggung jawab terhadap keluarga kecilnya!” ujar Kayra.
“Iya pih, mih ... Garvi pasti akan melakukan hal yang terbaik sebaik mungkin kok! Terima kasih karena sudah membimbing dan mengurus Garvi sampai menjadi seperti ini ya, mih! Pih,” tutur Garvi.
Sebelum langkah pemuda itu semakin mantap memasuki ruangan ijab kabul, tak lama pemuda itu memeluk kedua orang tuanya erat dan tak ada satu orang anakpun yang siap berpisah dari kedua orang tuanya untuk memulai keluarga barunya sendiri.
Pelukan yang terasa berat untuk di lepaskan membuat Garvi menarik nafasnya dalam dan dengan langkap tegapnya pemuda itu mulai memasuki ruangan yang dekorasi dengan cukup indah.
||Bersambung ...||