Seva turun dari taksi, ia sudah berada di depan gedung besar. Sebuah hotel mewah yang ia pesan dua minggu lalu. Ia menarik kopernya masuk ke dalam untuk chek in. Selamat datang liburan.
Seva sudah menyusun list tempat-tempat yang akan ia kunjungi selama berada di kota Makassar. Yang paling ia tunggu-tunggu adalah wisata kulinernya. Hari pertama, ia mengunjungi Pantai Losari yang memiliki Mesjid Apung. Tak lupa mencicipi salah makanan khas di sana, pisang eppe, sejenis pisang setengah matang yang dibakar, lalu disajikan dengan fla gula aren. Bisa juga diberi tambahan parutan keju atau menggunakan taburan ceres dan s**u bubuk cokelat.
Hari kedua ia mengunjungi Trans studio Makassar, menghabiskan waktu seharian di sana. Tak lupa mencicipi makanan khas seperti coto Makassar, Mi Titi, jalangkote, dan pallu basa.
Hari ketiga, keempat, dan kelima, ia pergi ke Puncak Malino yang memiliki udara dingin. Di sana ada kebun teh dan tujuan wisata menarik lainnya. Hari keenam, Seva pergi Pulau Samalona yang memiliki pasir putih dan tanaman bawah laut yang indah.
Ini sudah hari ketujuh, Seva kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak. Rencananya hari ini ia tidak kemana-mana. Tapi, ia tetap membuat list tempat tujuannya selama beberapa hari ke depan.
Seva membuka pesan, lalu beberapa pesan w******p grup masuk. Seva tertegun saat Zayn mengirimkan gambar undangan syukuran tujuh bulanan istrinya. Setelah 3 bulan mereka bercerai, Zayn memang menikah lagi. Mantan suaminya itu terlibat cinta lokasi dengan salah satu karyawan di Pabrik. Usut punya usut, ternyata wanita itu bernama Isti, anak dari Direktur Seva sekarang. Perkenalan beserta pernikahan yang menurut Seva begitu cepat, membuat Seva berpikir mereka memiliki hubungan yang cukup lama. Mungkin saja Zayn selingkuh. Entahlah seva sudah tidak peduli. Ia hanya bisa turut bahagia pada waktu itu. Tapi, mau bagaimana, nasib sudah berkata seperti itu. Ini hanyalah masalah waktu, perlahan Seva pasti bisa ikhlas.
Seva sudah tahu kalau Zayn akan mengadakan syukuran itu. Ia juga pasti diundang dan pastinya ia tidak akan datang. Oleh karena itu ia sengaja cuti dari minggu lalu, jadi, tidak akan terlalu kelihatan kalau ia sengaja menghindar dari acara itu.
“Seva, kamu harus datang ya ke acara syukuran tujuh bulanan istriku. Kalau nggak, nanti aku kasih tahu masalah perceraian kita sama orangtuamu.”
“Apaan, sih, norak!”kata Seva begitu menerima pesan pribadi dari Zayn.”Najis banget!!”
Seva menghapus pesan dari Zayn, ia tidak akan pernah datang ke acara itu. Tidak sudi rasanya bertemu lagi dengan orang-orang yang mencampakkannya seperti sampah. Ia tidak akan bodoh melukai dirinya sendiri.
“Kamu masih belum bisa move on sama aku, kan? Belum ikhlas kalau aku sudah menikah lagi dan sudah mau punya anak. Aku yakin, kamu menjadikan liburan sebagai alasan untuk menghindar.”
Seva mengembuskan napas kesal. Berani sekali Zayn itu masih mengirimnya pesan. Ia kembali menghapus pesan Zayn, dan mengabaikannya. Ia berjalan ke jendela hotel, membuka jendela lebar-lebar. Ia mendapatkan kamar yang berhadapan langsung dengan Pantai Losari. Perlahan air matanya menetes, teringat semua kenangan ia dan Zayn. Kisah manis, pahit, suka, dan duka yang ia lewati bersama pria itu selama sepuluh tahun.
Dada Seva terasa sesak, pikirannya semakin kacau. Mungkin hatinya tidak akan kembali berdenyut jika Zayn tidak mengiriminya pesan. Persetan dengan lelaki yang mencampakkannya itu. Ia sekarang sedang liburan, harus bersenang-senang dan menikmati semuanya. Ia berjanji besok akan pulang dan membuktikan pada Zayn, ia adalah wanita yang kuat. Ia tidak menghindari acara tidak penting itu.
Seva mengangguk yakin, ia harus bersenang-senang dan ia butih pelampiasan. Apa lagi, sudah lama sekali ia tidak merasakan yang namanya o*****e. Ia rindu sentuhan lelaki. Lalu, terbesit di benaknya sebuah ide gila, yaitu menyewa lelaki.
Seva segera menghubungi Diana, teman lamanya yang kebetulan sedang bertugas di kota ini. Selama beberapa hari ini, Diana juga menyempatkan diri menemaninya mengunjungi tempat-tempat yang ingin Seva kunjungi.
Pria tampan, berbadan bagus, berkulit putih, harus yang tinggi, wangi, dan ahli memuaskan wanita, begitu yang ada di pikiran Seva saat Diana bertanya lelaki seperti apa yang ia inginkan. Diana pun mengatakan kalau lelaki pesanan Seva akan datang pukul sembilan malam. Seva sudah tidak sabar menunggu malam ini, melepaskan hasrat yang sudah lama terpendam. Malam ini saja, pikir Seva, mumpung ia masih ada di luar kota. Tidak akan ada yang mengenalinya,jadi, ia bebas menyewa pria.
Sudah pukul sembilan lewat tiga puluh menit, pria yang diminta Seva tak kunjung datang juga. Padahal Seva sudah sangat siap. Mandi, membersihkan diri sampai lekukan terdalam, memakai wangian dan pakaian seksi.
“Apa orang itu nyasar, ya,”pikir Seva. Ia akan menghubungi Diana lagi jika nanti sampai pukul sepuluh, pria itu belum datang juga. Seva membuka pintu, lalu ia melihat sosok pria muda tampan dan postur tubuh sempurna bagaikan model berdiri tak jauh dari kamarnya. Pria itu tampak sedang kebingungan, namun, ia justru menatap ke arah Seva yang berjalan ke arahnya. Seva memerhatikan penampilan pria itu, sangat rapi dan harum, persis seperti yang ia minta. Diana memang terbaik.
“Kenapa lama sekali, aku sudah menunggu sejak tadi.”
“Aku...”
“Ayo, langsung masuk saja ke kamarku.” Seva menarik tangan pria muda itu ke dalam kamar. Kemudian ia mengunci pintu.
Pria itu tampak kebingungan melihat seisi kamar Seva. kemudian ia tertegun melihat Seva berdiri sanhat dekat di hadapannya. Seva bersandar di dadanya dengan manja.
“Dimulai saja,”kata Seva.
“Mu...mulai?”
Seva mengangguk, lalu ia berjinjit mengecup bibir Pria itu dan melumatnya. Pria itu memejamkan mata, kemudian mengikuti naluri kelaki-lakiannya, membalas ciuman Seva dan terlarut dalam suasana.
Satu persatu pakaian terlepas, mereka b******u dan menyatukan diri diiringi desahan suara dan napas yang berkejar-kejaran. Seva melepaskan segala ketakutan dan kekhawatirannya di sana. Ia benar-benar menjadi wanita yang bebas malam ini.
**
eva menyeret kopernya, membuka pintu pagar dan masuk ke dalam rumah. Ia sudah sampai di kota Medan. Pagi-pagi sekali, ia ke Bandara. Semalam ia sudah berpikir panjang dan memutuskan untuk pulang saja. Karena ia berencana libur panjang, ia juga meliburkan aisten rumah tangganya. Jadi, sekarang ia harus mengerjakan semuanya sendiri selama satu minggu ke depan, kecuali asiten rumah tangganya mau kembali lebih cepat.
Seva masuk ke dalam kamar, membongkar kopernya, ada beberapa oleh-oleh untuk orang tertentu, dan juga ada beberapa barang yang akan ia gunakan sendiri. Ia menyimpan oleh-oleh itu ke dalam lemari, menyimpan pakaian yang masih bersih, lalu membersihkan kamar karena ia ingin istirahat.
Besok ia sudah harus kembali bekerja. Wanita itu segera mandi setelah membereskan kamar. Sambil mengeringkan rambut ia meraih ponselnya yang berbunyi.
“Halo, Di,”sapa Seva dengan riang.”Aku sudah sampai di Medan...”
“Ah, syukurlah kalau begitu,”balas Diana di seberang pulau sana.”Maaf nggak sempat antar kamu ke bandara...padahal aku pengen banget ketemu kamu sebelum pulang. Kamu mendadak sih...”
“Nggak apa-apa kok...Oh ya semalam itu ...”
“Sev, maaf ya semalam pesanan kamu ternyata nggak bisa kupenuhi.”
“Pesanan apa?” Seva menguap sambil naik ke tempat tidur.