bc

Bukan Pernikahan Impian

book_age18+
19
IKUTI
1K
BACA
love after marriage
arrogant
sweet
city
first love
poor to rich
like
intro-logo
Uraian

Setiap orang pasti mendambakan pernikahan yang sempurna, dengan kriteria pasangan idaman masing-masing. Pun yang diinginkan oleh seorang Eva Andriana yang biasa dipanggil Nana, memiliki pernikahan impiannya sendiri. Tidak terlalu muluk, ia yang hanya seorang puteri bungsu dari keluarga biasa-biasa saja, dia hanya menginginkan pasangan yang seiman, taat agama, punya pekerjaan tetap, dan mendukung cita-citanya, untuk menjadi seorang desainer grafis.

Akan tetapi, seiring waktu berjalan, keinginan tersebut perlahan memudar. Nana tak lagi berani menggenggam mimpi tersebut. Melihat kegagalan pernikahan kakak perempuannya, berkali-kali, pernikahan menjadi momok yang menakutkan baginya. Dan baginya, semua laki-laki sama saja. Br*ngsek. Selain bapak dan kakak laki-lakinya tentu saja. Mereka adalah pengecualian, sebab dari kedua lelaki ini, yang terpancar adalah kasih sayang dan kebahagiaan pada pasangan dan anak mereka masing-masing, seperti yang dirasakan olehnya.

Namun siapa sangka di tengah kekalutan dan kemarahannya terhadap calon suami kakaknya yang dengan tega menyaikiti kakaknya, yang tentu saja hal tersebut juga menyakitinya dan keluarga besarnya begitu dalam, Nana justru dipertemukan dengan sosok lelaki yang tidak pernah terbayang dalam hidupnya sekalipun. Dia, terlalu sempurna...

Nana merasa tidak pantas bersanding dengannya. Dan juga ada ketakutan kalau kebaikan yang lelaki itu tampakkan hanyalah kedok belaka. Siapa tahu, sifat aslinya sama saja dengan para lelaki yang selama ini selalu membuat kakak perempuannya kecewa. Seorang pria tampan, mapan, cerdas, bukan nggak mungkin dikelilingi oleh wanita yang selevel dengannya pula bukan?

Stay tune buat terus mengikuti perjalanan penuh liku Nana ke depannya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bayang-bayang Masa Lalu
"Nana, Mbak Insyaa Allah mau menikah bulan depan tanggal 8. Kamu bisa pulang, kan?" Nada suara Diana di ujung telepon terdengar bahagia. Sebagai adik, Nana tentu saja merasakan hal yang sama, ikut bahagia. Namun ada kegamangan dalam firasatnya. Entah kenapa, perasaan tidak enak hati seolah menggema di alam bawah sadarnya. Apakah aku hanya terlalu takut kejadian serupa dulu kembali terulang? Nana membatin dalam hati. Ia sungguh ingin mengenyahkan perasaan tak enak yang mengungkung hatinya. "Kamu tenang saja, Na. Tidak perlu mengkhawatirkanku. Calonku kali ini, Insyaa Allah baik akhlak dan agamanya. Mbak tidak pacaran seperti yang sudah-sudah. Kali ini Mbak menempuh jalan ta'aruf, melalui perantara Ummi Rasidah dan suaminya," Mendengar adiknya menghela nafas berat tanpa langsung menyahut ucapannya di ujung telepon, Diana seakan mampu membaca apa yang terpikir oleh adiknya. "Alhamdulillah kalau begitu, Mbak Di. Semoga semuanya lancar, ya. Doaku selalu menyertaimu. Aku tentu saja bisa pulang bulan depan, nggak mungkin banget aku nggak datang di hari bahagia kakak tercintaku," sebersit kelegaan merasuki hati Nana. Semoga saja harapannya mewujud nyata. Diana, kakaknya akan segera menggenggam kebahagiaan yang sempurna. - *** "Assalamu'alaikum, Pak, Bu," Nana mengucap salam di depan pintu rumahnya. Wajahnya sumringah penuh kegembiraan. Di sekolah tadi, ia baru saja mendapatkan kabar kalau ia lolos seleksi test beasiswa masuk kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta yang ia ikuti dua bulan lalu. Ia sudah membayangkan kebahagiaan yang akan tergambar pada wajah-wajah orang yang sangat ia sayangi. Kedua orang tua, dan kedua kakaknya. Namun kebahagiaan yang baru saja ia bayangkan, tiba-tiba menjadi gelap. Semuanya sirna dalam sekejap. "Pak, Bu?" karena salamnya tidak kunjung mendapatkan jawaban, Nana mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. "Bapak dan Ibu kemana, sih? Kok pintunya tidak terkunci," Tanpa menaruh curiga, Nana pun masuk ke dalam rumah untuk kemudian masuk ke kamarnya. Baru saja ia melepas jilbab dan melepas kancing seragam sekolahnya, seseorang tiba-tiba masuk kamarnya tanpa permisi. "Mas Seno ngapain di sini?" Nana merasa ketakutan menjalari tubuhnya melihat sosok laki-laki yang merupakan calon suami kakaknya tersebut tiba-tiba saja berada di kamarnya dengan tatapan mengancam. Dengan sembarang ia pun menarik selimut yang terlipat di atas kasur, untuk menutupi bagian depan tubuhnya yang sudah terbuka karena kancing bajunya baru saja usai ia lepas semua. "Santai aja, Na. Mas nggak berniat jahat, kok," setelah menutup rapat pintu kamar Nana, Seno perlahan mendekat. "Mas Seno ke..." belum usai Nana mengeluarkan kalimatnya, tangan kekar Seno sudah membekap mulut Nana dan tangan satunya lagi mendekapnya dari belakang, membuat tubuh kecilnya tidak kuasa untuk melepaskan diri. "Aroma kamu wangi sekali, Na. Bibirmu yang ranum juga pasti sangat manis," Nana menjerit dalam hati. Tidak ada yang dapat ia lakukan sekarang selain hanya berdoa semoga saja tiba-tiba bapaknya atau siapapun datang memberikan pertolongan. Selimut yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya pun sudah Seno lemparkan sembarang ke lantai. "Tidaaaakkkkk...." tepat saat bibirnya menjerit sampai terdengar sayup di telinganya sendiri, Nana terbangun. Mimpi itu. Kejadian yang sudah bertahun-tahun lalu terjadi kenapa harus muncul dalam mimpinya sekarang? Kejadian yang menyisakan trauma mendalam dan sempat membuat hubungannya dengan sang kakak, Diana, menjadi renggang. Nana yang masih gemetar terduduk di ujung tempat tidur. Kepalanya tiba-tiba pening mengingat rentetan kejadian yang dulu membuatnya menjadi bahan ejekan tetangga akibat fitnah yang disebarkan oleh Seno. Yang sayangnya, Diana percaya dengan fitrnah tersebut dan malah memusuhi Nana, adiknya sendiri. Diana sama sekali tak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Hanya kakak laki-lakinya - Danu, juga kedua orang tuanya yang mempercayai ucapan Nana. Bertahun-tahun lamanya Diana menyalahkan Nana karena kejadian tersebut membuat dia kehilangan restu kedua orang tua serta kakaknya. Dan lagi, Seno juga akhirnya memilih meninggalkannya, pergi bersama perempuan lain. "Ya Allah, firasat apa ini?" Nana menangkupkan kedua tangan ke wajahnya. Bulir bening berdesakan keluar dari matanya. Rasa takut dan khawatir berpadu, membuat perasaannya bimbang.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook