7

1145 Kata
7 Maaf, aku tak sekokoh yang kamu kira dan tak sekuat seperti yang kamu percaya~ Kadaan Chaca saat ini sangat memperihatinkan, duduk di tengah-tengah dua cowok yang ia benci dan didepan guru yang sangat pilih kasih. Yang membuat Chaca tambah terlihat sangat menyedihkan adalah, keadaan tubuhnya yang sangat berantakan. Rok sebatas lutut bercorak kotak-kotaknya robek sedikit dibagian ujung rok, rambunya acak-acakan. Tak memakai jas, gadis itu hanya memakai kaus kemeja putih pres tubuh dengan dasi bercorak garis yang tak tersampul dengan benar. Ditambah dengan hidungnya yang merah dan beberapa lecet ditelapak tangannya. "Pak! Gak bisa gitu dong. Harusnya bapak ngasih hukuman yang sama, jangan kayak gini! Ini namanya pilih kasih!" Protes Chaca tepat didepan Pak Kasmuri yang tengah memainkan kumisnya. Chaca, gadis mungil itu tengah duduk ditengah-tengah cowok gila yang sedari tadi hanya bisa diam tak melawan ataupun protes. Chaca tak heran jika Rizal tak protes, ia hanya diberi hukuman membersihkan ruang kelas saat pulang nanti. Sedangkan Chaca, gadis itu diberi hukuman lari keliling lapangan 5 kali sepulang sekolah dan membersihkan toilet wanita. Rian, nah Chaca heran dengan cowok berwajah tegas itu. Rian diam dan terima-terima saja saat hukumannya dua kali lebih barat dari Chaca, ia dihukum lari 10 kali keliling lapangan pulang sekolah dan membersihkan toilet dan koridor di sekolah. "Hukuman sudah saya tentukan, dan kamu gak bisa protes karena ini sudah keputusan" ucap pak Kamuri membuat Chaca tambah naik darah "Kalian bisa kekelas, dan jangan lupa hukumannya nanti pulang sekolah" lanjut Pak Kasmuri. Rian dan Rizal bangkit bersamaan, Chaca tak tinggal diam. Gadis itu menarik masing-masing lengan dua cowok yang kini memandangnya dengan tatapan terkejut, terutama Rian. "Duduk! Gue belum selesai nego!!" Ucap Chaca tegas menarik lengan Rian dan Rizal agar duduk kembali. "Harusnya bapak bersikap adil dong, jagan mentang-mentang Rizal anak pemilik yayasan, dan bapak seenaknya gitu ngasih hukuman?!" Kekeh Chaca dengan tangan masih memegang erat tangan dengan dua tuan berbeda disampingnya itu agar tak kabur. "Dan lo Ri, harusnya elo protes! Hidup tuh harus adil, lo emang terima-terima aja dihukum dua atau bahkan lima kali lipat lebih berat, tapi inget. Hidup lo gak akan tenang kalo lo masih ngerasa gak adil!" Bentak Chaca menghadap kearah Rian yang malah menatap balik Chaca. "Rizal! Lo juga sama! Jangan mentang-mentang elo anak pemilik yayasan lo berhak ngelakuin apa aja yang lo mau, yang pemilik tuh bokap elo bukan elo! Lo gak ada bedanya sama murid lainnya, cuma anak yang dititipin di sekolah ini sama orang tua kita!" Oceh Chaca kini menghadap ke Rizal yang malah tersenyum devil ke arahnya. "Chaca udah ngocehnya?" Tanya pak Kasmuri mengangkat dua alisnya bersamaan. Chaca diam "Kalau sudah, silahkan keluar dari ruang saya. Kamu ngoceh sampe mulut kamu berbusa, keputusan bapak gak akan berubah!" Lanjut Pak Kasmuri, Chaca bangkit. "Inget ya pak, saya masih punya dendam sama bapak!" Ketus Chaca pergi begitu saja setelah melepaskan genggaman tangannya. **** "Waaaahhh,, belum ada seminggu gue sekolah disini, udah mau sinting aja gue!" Jerit Chaca sebari duduk dibangku rooftop sekolahnya yang lumayan tinggi karena bangunan SMA yang ditempatinya kini terdiri atas delapan lantai dengan fungsi yang berbeda disetiap lantainya. "Ganti seragam lo!" Suara yang membuat Chaca sedikit kaget, suara itu berasal dari Chiko. Cowok itu berdiri tepat didepan pintu rooftop dengan kedua tangan memegang satu stel seragam. "Waaa,, akhirnga lo bisa manis juga. Pake dianterin segala lagi" kekeh Chaca menghampiri Chiko yang menatapnya datar. "Gak usah ke PD an, gue disuruh Rio! Kalo gue gak kesini, gue juga yang bakal kena masalah! Rio kenal bokap lo, dan gue gak mau bokap lo tau kalo gue benci sama elo!" Ucap nya lalu menjatuhkan seragam itu kelantai kasar rooftop saat Chaca hendak menerimanya. "Jahat!" Seru Chaca berbisik. Chiko berbalik hendak pergi, namun langkahnya berhenti "Oh iya, kalo sampe bokap lo tau gue gak suka elo. Gue gak akan mau ketemu elo lagi. Gue gak peduli Rio yang ngadu ataupun elo!" Ucap Chiko membuat hati Chaca sedikit dihantam. "Iya, gue tau kok" ucap Chaca lesu sebari menepuk-nepuk seragamnya yang kotor. Chiko melanjutkan jalannya keluar rooftop, sedangkan Chaca masih berdiri ditempatnya "Yang bodoh tuh otak gue apa hati gue sih?" Ucap Chaca mengutuk dirinya sendiri. °°°° "Lo pulang aja, gue gak papa kok" ucap Chaca sebari mengatur nafasnya, melangkah mendekat kearah gadis berkaca mata yang duduk di tangga tepi lapangan. Dina menggeleng "Kamu kayak gini gara-gara aku, aku minta maaf" ucap Dian menundukkan kepalanya. "Ck, tuh! Lo nyalahin diri sendiri lagi, gue gak suka ya!" Ketus Chaca. "Maaf" "Lo pulang aja, gue masih dua putaran lagi. Toilet juga belum gue bersihin, gue bakalan lama. Lo pulang aja, lagian rumah lo juga jauh"  "Terus kamu pulang sama siapa?" "Santai aja, gue naik sepeda tadi pagi" "Beneran aku pulang gak papa?"  "Hem,, tapi janji ya" "Janji apa?" "Sampe rumah langsung kabari gue!"  Dian tersenyum, lau bangkit dari duduknya menuruti apa yang Chaca perintah tadi "Aku pulang duluan ya, kamu juga harus janji" "Janji apa?" "Janji kalo kamu bakalan baik-baik aja, jangan jatuh ya!" Ucap Dian, Chaca juga hanya membalasnya dengan anggukan. Dian melanglah pergi namun sebelum itu, gadis berkaca mata itu melambaikan tangannya kearah Chaca yang juga membalas lambaian tangan Dina. Chaca kembali turun kelapangan dimana masih ada Rian yang masih berlari didepan Chaca. Chaca mempercepat larinya agar sebanding dengan langkah Rian yang lebar. "Lo gak capek?" Tanya Chaca sebari mendongakan kepalanya agar bisa melihat raut wajah Rian, dan berlari tepat disamping Rian. Chaca memanyunkan bibirnya sebal, Rian tak menjawab pertanyaannya "Ri, stop dulu!" Rian menghentikan larinya, lalu menghadap kearah Chaca yang berdiri didepannya "Dia-"  Rian tak melanjutkan ucapannya, lalu tatapannya turun kearah dimana Chaca tengah menali ikatan sepatu Rian yang terlepas. "Lo bisa jatoh kalo kayak tadi" kekeh Chaca masih diposisi tetap jongkok didepan Rian. Chaca bangkit "Kenapa bengong? Lari lagi, toilet masih nungguin" ucap Chaca menepuk pundak Rian membuat cowok itu sedikit kaget. Rian tak mengucapkan sepatah katapun, lalu melanjutkan larinya begitupun dengan Chaca yang berlari disampingnya "Lo pulang sama siapa?" Tanya Chaca. Tak ada jawaban, Rian mengabaikan ucapan gadis pendek disampingnya itu untuk kesekian kalinya "Lo hebat ya"  Lentas Rian langsung menengokkan kepalanya kearah Chaca yang memanyunkan bibirnya namun tetap berlari "Hebat dalam hal mengabaikan, hahahaha" ucap Chaca langsung berlari secepat mungkin meninggalkan Rian dibelakangnya. Tawa Chaca memenuhi luasnya lapangan sepak bola, tak lama tawa itu luntur tatkala matanya menangkap sosok Rizal yang berdiri tegap di tepi lapangan dengan menggendong ranselnya dengan tatapan merendahkan. "ENAK YA LO UDAH SELESAI" jerit Chaca menghadap kearah Rizal dengan kaki yang masih berlari. "Brisik!!!" Bentak Rian sebari berlari melewati Chaca yang masih mengutarakan sumpah serapahnya. Chaca menendangkan kakinya keudara dengan arah dimana Rizal yang masih berdiri di tempatnya. Chaca bertambah kesal saat Rizal malah tertawa mengejek, saat Chaca hampir terjungkal karena berlari tak pandang jalan. Chaca menghiraukan Rizal yang sepertinya masih memandangnya dari tempatnya berada, Chaca kembali berlari mengejar Rian yang sudah jauh didepannya. °°°°° See you next part.. Sorry kalau garing..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN