Tawaran membuat risau

1276 Kata
Hari ini Ana kembali bekerja walau masih terasa lemas tapi Ana memaksakan diri untuk kembali bekerja, tak enak rasanya baru masuk kerja tapi udah banyak absen . Pagi ini Ana diantar Ardy dia masih belum mengijinkan sebetulnya Ana untuk kembali bekerja , tapi Ana memaksa , Ardy nggak mau jika nanti dia memaksa Ana untuk tidak bekerja malah membuat Ana semakin banyak fikiran mungkin jika Ana kembali bekerja disana dia bisa sedikit mengurangi fikiranya dengan bercanda atau curhat sama teman-temannya. “ Na nanti kamu jangan capek- capek ya,biar om bilang sama bosmu biar dia ngertiin” Ardy berpesan sebelum Ana keluar dari mobilnya “ Jangan om Ana nggak apa -apa kok, nanti nggak enak sama teman-teman lagian nanti kalau dimanja terus malah nggak pulih- pulih Ana nya” cegah Ana dengan rencana Ardy “ Tapi An kamu belum pulih banget lho” “ Please om ya ya ya” mendengar permohonan Ana Ardy sudah nggak bisa menolak lagi dan hanya bisa mengiyakan permintaan Ana. Ana pun masuk ke tempat kerja, hari ini Ana memang agak telat karena masih harus merayu Ardy untuk bisa kembali kerja. Muka- muka nggak suka terlihat pada sebagian teman -temanya, tapi ada juga yang menyambut kembalinya Ana dengan ramah. “ Hai An kamu udah sembuh emangnya kok udah masuk sih?” Naya memeluk Ana dari belakang “ Mbak Naya , ampek kaget lho mbk Alhamdulillah udah baikan kok mbak, nggak enak juga mbak baru masuk berapa hari udah banyak nggak masuknya he he” “ Wah karyawan teladan baru datang ni , udah beberapa hari nggak masuk sekali masuk telat , enak amat ya “ Dina menghampiri Ana dan Naya yang sedang bicara di ruang loker karyawan, dengan wajah angkuhnya dia menyapa mereka. “ Maaf kak saya baru keluar rumah sakit, maafnya kak” Ana menjawab dengan nada yang sangat lembut, tapi ya tetap Dina tetaplah Dina yang nggak mau kalah dengan orang lain “ Ngrasa terhormat ya seenaknya kalau kerja, datang bukanya cepet kerja malah asik ngobrol disini, kamu juga Nay malah ngajarin yang nggak bener” “ Eh Din kita ini kan baru juga datang kan nggak lama kok bedanya sama Ana , nggak usah kebangetan deh jadi senior ma” Naya kebawa emosi mendengar perkataan Dina tadi, teman baru sembuh dari sakit malah dikayak gituin. “ Udah kak udah, kita kerja aja yuk” Ana menyudahi perdebatan ini dengan mengajak Naya pergi dengan setengah menyeret lengan Naya “ kebangetan itu orang nggak punya perasaan , teman baru aja masuk kerja kerena sakit bukannya nanyain kabar malah dimarahin, gitu Tuh makanya banyak karyawan baru yang nggak betah setelah dia masuk sini. Mentang – mentang dulu pernah pacaran sama anak bosnya aja berlagak heem” Naya yang nggak berhenti ngedumel sambil berjalan keluar ruangan itu “ udah mbak , biarin aja” mereka pun memulai pekerjaan hari ini, saat Ana mengangkat box barang yang akan dia rapikan dirak kepalanya meresa sedikit pusing kembali , dia memegangi kepalanya namun segera dia tutupi dengan mengerjakan tugasnya, ‘ Ya Allah kuatkan hamba, jangan sampai hamba pingsan lagi , aku harus kuat harus” Ana menyemangati diriya sendiri , dia melanjutkan pekerjaannya dengan berhati- hati hingga terlihat lelet. Dina kembali menghampiri Ana yang kebetulan posisinya bisa terlihat jelas olehnya “ Mau kerja nggak sih, kalau mau malas- malasan nggak usah kerja, dirumah sana “ “ Iya kak maaf” dengan lembut Ana menjawab dan segera menarik box bekas barang- barang yang kebetulan telah selesai dia rapikan pada tempatnya, Ana nggak mau memperpanjang perdebatan ini “ Na ,, Na” pangil salah satu temannya sambil berlari kecil seperti ada yang sangat penting. “ Iya kak saya, ada apa kak apa ada masalah , kok Spain lari lari gitu” Ana sedikit panik melihat temannya berlari kearahnya dengan memangil namanya “ Mbak Ana dipanggil pak Mahmud, diminta keruangan ya katanya “ sambil ngos-ngosan dia menyampaikan pesan dari bos membuat Ana deg – degan, “ Ya Allah ada apa ini, perasaanku kok jadi nggak enak gini semoga saja hal yang buruk nggak terjadi” “ baik mbak aku kesana sekarang, makasih informasinya ya mbak” Ana mengatur nafasnya dan buru – buru berjalan menuju ke ruangan bosnya itu Thok thok thok Ana mengetuk pintu ruangan bosnya, setelah terdengar jawaban dari dalam Ana memutar handle pintu untuk membukanya “ selamat pagi Pak , Bapak.memangil saya?” Ana memberi salam sopan saat memasuki ruangan bosnya “ Oh iya , silahkan duduk Na ada yang mau Bapak bicarakan sama kamu” Pak Mahmud lansung pada intinya “ Ada apa ya Pak?” “ Begini Na, Desi kasir utama disini mau keluar dari sini , karena mau menikah di kampung halamannya, jadi posisinya akan kosong 2 hari lagi trus tadi aku lihat CV kamu lagi teryata kamu juga pernah memegang bagian ini, pasti kamu sudah menguasai pekerjaan ini kan?” Pak Mahmud menjelaskan apa maksud memangil Ana kesini “ Iya Pak memang sebelum kesini saya kerja di posisi itu tapi,,,” Ana mengantung - katanya “ Tapi apa Na, masalahnya aku lihat belum ada dari teman – taman kamu yang menguasai posisi Itu, nggak mungkin saya juga kan yang pegang. Gimana apa kamu mau membantu Bapak?” pertanyaan itu menambah risau Ana, Ana senng kalau teryata dia dinpercaya memegang posisi itu tapi dia ragu karena ada sebagian teman yang nggak suka sama dia di posisi ini, apalagi jika dia menerima tawaran Pak Mahmud perlakuan apa yang akan dia dapat dari teman-temannya. Lama Ana berfikir “ Maaf pak apa boleh saya fikirkan dulu? Jujur pak saya nggak enak sama teman-teman yang udah lama disini pak” “Emmm baiklah aku mengerti dengan keadaanmu, tapi saya butuh jawaban besok ya karena nggak mungkin posisi ini kosong Na. Baiklah kamu boleh keluar dan lanjutkan pekerjaanmu,,sebentar tapi apa kamu yakin udah sembuh benar Na wajahmu masih pucat gitu lho, jangan dipaksain nanti kamu malah tambah sakit istirahat dulu kalau memang kamu belum sembuh benar” Pak Mahmud memberi waktu untuk berfikir “ sudah enakan kok pak, tinggal agak lemes aja sedikit Pak, biasa lah pak habis kena jarum suntik , baiklah pak saya melanjutkan pekerjaan saya dulu” Ana keluar dengan bimbang dalam hatinya, antara menerima atau mengolak tawaran bosnya itu. Istirahat makan siang hari ini agak panjang karena setiap hari Jum’at memang ada kebijakan seperti itu disini, kebetulan semua karyawan disini Islam . Hari ini Ana membawa bekal makan siang sendiri, ada sambel ayam dan tumis sawi saja “ Wih enek ni makanya, pengen deh jadinya tapi nggak keburu aku masak kayak gitu” Naya menatap makanan Ana penuh nafsu “ Ini cuma sambel ayam kok mbak simpel masaknya ma” “tapi bagiku ribet Na, paling kayak gini tiap hari” Naya menyodorkan kotak makanan yang berisi nasi dan telur ceplok saja, memang tiap hari Naya hanya bawa bekal telur ceplok atau mie goreng saja untuk lauk, biasa anak kos bangunya juga keenakan jadi ya wajar kalau nggak sempet masak ini itu. Kalau mau beli juga pasti akan boros dia hanya anak perantau disini , dia berasal dari malang dan disini dengan temannya yang bekerja dilain tempat. “ Emmm gimana kalau aku bawain bekal tiap harinya , mau nggak” Ana memberikan tawaran yang menggiurkan “ Apa ,,, apa Na aku nggak salah denger ni? Trus aku bayar berapa dong untuk itu” Naya nggak percaya dengan apa yang di tawarkan Ana padanya “Apaan sih mbak Cuma nasi segitu aja , kalau maunya dibawain satu truk baru bayar mbak” “ Beneran nih, gratis gitu ya ampun mimpi apa aku punya teman sebaik kamu Na” Naya nggak henti-hentinya memeluk dan mengucap terimakasih sama Ana , sedang Ana hanya tersenyum dan mengangguk saja
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN