PART 3

1631 Kata
“b******k! Berani-beraninya dia bermain-main denganku!” umpat Orion mengeluarkan semiriknya. Pengkhinat memang selalu ada dalam hidupnya. Tentu saja dia akan memberi pelajaran kepada mereka-mereka yang berani dengannya. Pria yang dikenal sebagai pemimpin yang keras dan tegas tapi berkarisma ini segera memanggil bawahannya. Orang kepercayaannya yang selalu ia tugaskan dalam segala hal. “Pram, kamu tau apa yang harus kamu lakukan bukan?” ujar Orion kepada pria yang dengan sigap sudah berada di ruangan atasannya itu. Pria yang berumur hampir tiga puluhan ini mengangguk patuh. Jenggot tipis nyatanya membuatnya tambah terlihat dewasa, namun siapa sangka di balik ketampanannya itu menyimpan banyak rahasia. “Temukan tikus itu. Oh iya, bermain-maninlah sedikit dengannya. Jangan dimakamkan dulu. Aku mau beri dia pelajaran sedikit bagaimana cara menjadi tikus sebenarnya,” lanjut Orion. Pria bernama Pram ini segera beranjak dan melaksanakan tugasnya. Tentunya dia sangat sigap jika diperintahkan oleh sang atasan. Pram, banyak sekali yang ingin aku ceritakan mengenai pria ini. Pria dengan berbagai rahasia di dalam hidupnya. Ditinggalkan dan meninggalkan sebuah keadaan sudah biasa baginya. Tentunya kalian akan dibuat terkejut jika mengetahui asal dan bagaimana pria ini bertemu dengan sosok Orion. Setelah kepergian Pram, pria itu pun segera memanggil sekretarisnya melalui panggilan telepon yang ada di ruangannya itu. “Vio, cepat ke ruanganku sekarang,” perintah pria bernama Orion ini. Tentunya dia memanggil sang sekretaris dengan satu alasan. Dia butuh pelampiasan karena memikirkan pengkhianat itu. Selalu saja hal seperti ini menguras tenaga dan waktunya. Dan tentunya sekretaris-sekretaris itu lah yang akan menjadi tempat pelampiasan mengeluarkan semua amarahnya. Kurang dari lima menit terdengar bunyi pintu diketuk. Tentunya seluruh karyawan pria itu akan segera memenuhi panggilan sang atasan jika tidak ingin dipecat. Orion segera mempersilakan orang tersebut yang tidak lain dan tak bukan adalah sekretarisnya sendiri. Dengan lemah gemulai wanita itu berjalan mendekat ke tempat Orion duduk. Tentunya bermaksud menggoda atasannya yang terkenal tampan ini. Orion menmapilkan semirknya. Ternyata semua wanita sama saja. Wanita yang berpakaian sexy itu pun mendekati tempat Orion duduk. Oh iya, jangan lupakan make up tebal dengan bibir merah menyala semakin membuat wanita itu terlihat seperti murahan di mata Orion. Hal ini sering terjadi dalam perusahaan yang memang paling banyak bertingkah adalah sekretarisnya. Entah sudah berapa kali sekretaris yang dia ganti selama setahun ini. “Ada apa, Pak?” tanya wanita itu dengan mata yang menggoda dan jangan lupakan suara desahannya yang masih tetap saja berusaha menggoda atasannya. Entah sudah berapa wanita yang selalu menggodanya. Tentu saja Orion akan membuka tangan lebar-lebar. Ingat, mereka datang sendiri dan bukan Orion yang meminta. Dan sudah tak terhitung berapa wanita yang bermain-main dengan pria ini termasuk wanita ini. Tentunya semua wanita itu akan berakhir mengenaskan di ranjang. Orion berdiri berjalan mendekati Vio yang menjabat sebagai sekretarisnya itu dengan mata lurus menatap wanita yang tidak lebih dari jalan di matanya ini. Vio memandang Orion dengan pandangan yang memuja. Sekretaris yang baru dua bulan bersama Orion ini tentunya menunggu kesempatan seperti ini untuk bisa berdua dengan atasannya yang terkenal tampan dan kaya itu. Keinginan untuk menjerat sang bos pun semakin bertambah ketika pria itu memanggilnya. “Aku tau ... kamu sangat menginginkanku, bukan?” tanya Orion sambil memainkan jari-jarinya di pipi mulus Vio. Tentu saja wanita itu menikmati segala sentuhan dari pria ini. Bahkan tanpa sadar dia pun mengangguk membenarkan perkataan Orion. Pria ini pun tertawa dalam pikirannya. Semua wanita memang sama saja. Tidak lebih dari jalang. Keitka melihat Vio yang tenang karena sentuhannya, pria ini mulai mendekati wajah dari sekretarisnya itu. Vio siap menerima semuanya, dasar w***********g. Dengan gerakan lambat Orion menempelkan bibir mereka. Perlahan dia mencoba menikmati meskipun dia sama sekali tidak suka semua bibir wanita yang bermain-main dengannya. Bibir murahan pikirnya. Vio menikmati rasa bibir Orion. Kupu-kupu berterbangan di perut wanita itu karena merasa senang karena bisa mendapatkan atasannya ini. Namun, dia belum tahu sedang bermain-main dengan siapa saat ini. “Mmmpphh.” Vio mencoba menyudahi ciuman mereka, namun Orion enggan melepaskan tautan bibir keduanya. Bahkan pria itu semakin menekan ciumannya dengan memegang bagian kepala Vio. Pria itu menghabisi bibir Vio dengan rakus. Wanita itu memukul d**a atasannya bermaksud jika dia butuh pasokan oksigen dalam rongga mulutnya. Tentu saja Orion paham, dia segera melepaskan bibirnya dari bibir Vio namun dengan keadaan dan jarak yang masih sama saling berdekatan satu sama lain. “Pak, nggak usah buru-buru, kita masih pmmmppphh–“ Ucapan Vio terpotong karena Orion kembali menyumpal mulutnya. Sepertinya wanita itu pasrah saja diperlakukan seperti ini oleh atasannya. Orion yang memang tidak sabaran pun segera menggendong wanita itu ke ruangan pribadinya. Sebuah kamar yang memang dia desain berada di dalam ruangan kantornya. Sepertinya Vio belum menyadari karena dia terlalu terlena dengan bibir Orion yang memberikan sensasi berbeda di bibirnya. Sepertinya atasannya ini sangat berbakat dalam hal ini. Dengan perlahan Orion meletakkan wanita itu di kasur berukuran king tentunya tanpa melepaskan tautan bibir keduanya. Pria ini menindih sang sekretaris, mengukungnya dengan kedua lengan yang menampilkan otot-otot kekarnya. Tentunya dia mendapatkan itu semua karena hasil dari olahraga rutinnya di gym. Tak ingin berlama-lama, Orion pun segera membuka baju kemejanya. Vio pun juga baru sadar jika mereka berada di ruangan berbeda. “Buka bajumu,” perintah Orion yang langsung dilaksanakan oleh Vio. Sedikit informasi jika Orion bukan pria yang dengan sukarela membukakan baju korbannya. Tidak. Dalam pikirannya, wanita-wanita itu yang memberikan tubuhnya kepadanya, jadi sudah semestinya jika mereka membukanya sendiri. Bra hitam dan cd hitam pun menjadi outfit Vio. Orion menampilkan semiriknya dan dengan segera dia menerjang sekretaris jalangnya ini. Vio yang tidak siap pun mencoba pasrah. Dia sudah menantikan ini sejak lama. Dan siang itu menjadi siang yang panjang bagi Vio sekaligus hari terakhirnya menjabat sebagai sekretaris Orion. Tentu saja pria itu tidak ingin memakai barang yang sudah telah ia pakai. *** Orion. Pria berumur 26 tahun. Tampan, tegas, dingin, bastard, kaya, dan satu-satunya penerus keluarga Aldebaran. Orion adalah rasi bintang paling terang dan paling terkenal di langit yang sering di sebut sebagai ‘the hunter’. Nama itu berasal dari mitologi Yunani, di mana Orion adalah pemburu yang hebat dan anak Poseidon. Arti Orion adalah 'batas'. Kita ibaratkan saja pria ini sebagai pemburu wanita. Entah sudah ada berapa puluh wanita yang takluk kepadanya. Seorang wanita sedang tidak sadarkan diri tergeletak di atas ranjang yang terlihat berantakan. Seorang diri di sana dibuat tak berdaya. Beberapa menit kemudia masuklah pria lain di dalam ruangan itu. Pria itu menggeleng-geleng melihat kelakuan dari atasannya. Entah kapan bosnya itu akan berhenti melakukan ini semua. Menyiksa diri sendiri karena masa lalu sepertinya bukanlah tindakan yang benar. “Singkirkan wanita ini. Bawa dia ke luar kota, beri uang yang banyak, dan ancam dia,” perintah pria bernama Pram yang menjabat sebagai orang kepercayaan dari Orion. Bawahan pria itu pun segera melaksanakan tugasnya. Pekerjaan seperti ini sudah sering mereka lakukan. Tentunya wanita-wanita itu selalu tutup mulut atas tindakan yang Orion lakukan. Semua orang bergerak cepat. OB pun segera membersihkan ruangan pribadi bos mereka itu. Tentunya mereka akan tetap bungkam jika di luar. Mereka masih ingin bekerja mendapatkan uang, dan tentunya masih sayang nyawa. Ya, jika berurusan dengan Orion, nyawa sering kali sebagai taruhan. Pria yang penuh kekuasaan itu pun tidak akan segan-segan menyingkirkan orang-orang sebagai pengganggu dalam hidupnya. Pram menemui Orion yang berada di sebuah bangunan tua. Pria itu setelah menghabiskan siangnya bersama sang sekretaris pun segera menuju ke tempat itu. Tentunya dia mempercayakan mantan sekretarisnya kepada Pram. Orion duduk di kursi singgasanya menunggu kedatangan Pram. Tidak lama kemudia pria itu pun muncul di hadapannya. “Apa kamu sudah menangkap tikus itu?” tanya Orion yang diangguki oleh Pram. Pria bermarga Aldebaran itu pun tertawa keras. Semua yang dia inginkan pasti akan terwujud. Pram pun membimbing bosnya itu menuju ke arah sebuah ruangan. Ruangan yang digunakan sebagai tempat pengeksekusian korbannya. Pintu pun terbuka menampilkan dua orang pria di dalam ruangan itu dan satu korban terikat rantai dengan keadaan yang mengenaskan. Sepertinya pria itu kehilangan tenaga hingga dia pun pingsan. “Siram,” perintah Orion yang dengan sigap dilaksanakan oleh anak buahnya. Byurrr Air membasahi lantai tempat si korban berpijak. Sedikit demi sedikit kesadaran orang itu pun terlihat. Orion menunggu, menunggu si korban sadar dengan keberadaannya. “Anda?” Pria yang tak berdaya itu pun mendelik terkejut mendapati atasannya. Jadi, semua perlakuan yang dia dapatkan adalah atas perintah atasannya itu? Orion menyeringai kepada si pengkhianat. Dia pun berjalan mendekati tempat pria itu dan berhenti berjarak sekitar tiga langkah. “Tikus-tikus kecil memang sangat mudah aku singkirkan,” ujar Orion yang membuat di pengkhianat meneguk ludahnya keras. “Ma-ma-maksud Anda apa, Pak?” tanya pria itu berusaha kembali membodohi Orion. Lantas Orion pun tertawa keras. Tawanya aneh, bahkan Pram pun tau jika itu bukan tawa biasa. Itu adalah tawa terakhir yang akan didengar oleh pria yang tak berdaya di depan sana. “Kalian,” panggil Orion kepada dua pria yang ada di sana. “Segera singkirkan dia dan bawa dia ke asalnya.” Dua orang yang diperintah itu pun segera melaksanakan tugasnya. Orion pergi bersamaan dengan Pram yang mengikutinya tanpa menghiraukan teriakandari pengkhianat itu. Orion kembali duduk di singgasananya. Pram sejak tadi hanya diam menunggu perintah dari bosnya. “Carikan aku sekretaris baru.” Empat kata namun sudah membuat Pram lebih dari paham. “Bos, kapan Anda akan berhenti melakukan semua ini?” tanya Pram dengan berani. Orion pun memandang bawahannya itu. “Tidak usah terlalu formal, Pram. Kamu lebih tua dibanding diriku,” balas Orion yang membuat Pram mengangguk paham. “Kapan aku berhenti sepertinya tidak akan pernah,” lanjut Orion. “Untuk mengenai pengkhianat itu, apa kamu sudah menyiapkan tempat yang layak untuknya? Walau bagaimana pun dia harus berkumpul bersama teman dan keluarganya, bukan.” Pram pun mengerti. “Sudah, Pak. Satu peti dengan tikus di dalamnya sudah saya siapkan.” Orion pun mengapresiasi orang kepercayaannya ini. Pram selalu bisa dihandalkan dalam segala hal. Si tikus pengkhianat akan kembali bersama kerumunannya itu. Tentunya tikus-tikus itu akan segera menggerogoti tubuh pria yang sedang disiksa di dalam ruangan tadi. Semua yang berani mencari gara-gara dengan Orion akan segera mendapat balasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN