PART 6

1140 Kata
Wanita berkemeja abu-abu dengan rok span berjalan sedikit tidak enak. Sepertinya Aurora kurang nyaman dengan pakaian yang dia pakai saat ini. Hari ini dia memenuhi panggilan interview kerja. Awalnya dia hanya akan memakai pakaian putih hitam layaknya para pencari kerja lainnya dengan rok yang masih terlihat sopan di bawah lutut. Namun, Desi malah memarahi anaknya yang terlihat biasa saat akan interview bekerja seperti ini. “Astaga Aurora!” pekik Desi yang membuat Rora berjengkit kaget mendengar teriakan sang mama dari ambang pintu kamarnya. Wanita muda ini pun hanya memandang sang mama dari kaca riasnya dan dia kembali memoles permukaan wajahnya dengan make up. Tentunya dia tidak memakai makeup yang tebal. Terakhir kali dia memakai riasan wajah yang tebal, mukanya berakhir dengan banyak jerawat tumbuh. Tentunya Aurora tidak ingin mengulangi kesalahannya lagi. Aurora tampak sibuk mempercantik bibirnya tanpa menghiarukan Desi yang berjalan menuju ke tempat wanita ini duduk. Sambil berkacak pinggang Desi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aurora, berdiri,” perintah Desi yang segera dilaksanakan oleh anaknya itu. Untung saja Aurora sudah selesai memoles mukanya. “Ada apa, Ma?” tanya Aurora, sedangkan Desi memperhatikan sang anak dari ujung kepala hingga kaki. Sedetik kemudian wanita paruh baya ini hanya mampu menggeleng melihat penampilan anaknya. Aurora pun hanya diam, tidak mengerti arti tatapan Desi. “Ganti baju. Mama sudah siapkan baju yang pas untuk kamu. Kemarin Mama membeli pakaian ini,” terang Desi sambil menunjukkan sebuah paper bag yang katanya terdapat baju di dalamnya. “Aurora pakai ini saja, Ma,” tolak wanita ini. Dia terlalu malas untuk berganti. Lagi pula pakaian yang dia pakai saat ini cukup nyaman di tubuhnya. Penolakan dari sang anak membuat Desi menggeleng. “Ganti, Aurora. Kamu ini akan interview kerja menjadi sekretaris bos. Mama rasa pakaian itu tidak cocok untuk sekarang. Kamu harus tau style seperti apa pakaian yang dipakai oleh sekretaris-sekretaris bos,” balas Desi yang membuat Rora mengernyit bingung. Style? Memang Mamanya ini tahu style sekretaris seperti apa? “Sudah-sudah. Segera kamu ganti baju dan berangkat takut telat,” perintah Desi sambil menyodorkan paper bag itu kepada Aurora yang diterima dengan terpaksa oleh wanita itu. Aurora pun mendesah melhat kepergian sang mama dan memintanya untuk bersiap-siap. “Baju sialan!” umpat Aurora habis-habisan. Saat ini dia dalam keadaan malu. Bagaimana tidak malu jika sejak kakinya menginjak bagian depan kantor semua mata tertuju padanya. Oh iya dan jangan lupakan mata-mata itu adalah mata para pria. Mereka melihat Aurora dengan terang-terangan. Memandang wanita itu seperti sebuah makanan. Sial, wanita ini masih mengingat perkataan Rendy mengenai karyawan di kantornya yang kebanyakan pria. Aurora menghiraukan semua mata yang memandangnya itu. Lihat saja, jika mereka berani melakukan tindakan buruk, dia akan segera mencongkel mata mereka satu persatu. Aurora duduk di kursi tunggu. Beberapa wanita juga sudah duduk di sana dan saling berbincang. Pastinya mereka juga sama-sama sedang memenuhi panggilan interview kerja dari perusahaan in. Diliihat dari pakaian yang mereka pakai hampir sama seperti dirinya. Aurora sempat berpikir apa benar pakaian sekretaris seperti ini? Padahal jika dipikir-pikir, pakaian ini terasa tidak nyaman, sesak, dan tentunya kurang bahan. Satu persatu pun wanita yang sama menunggu pun dipanggil oleh bagian HRD. Sistemnya seperti ini ternyata, pertama ada tes dari pihak HRD, kemudian interview langsung dari CEO nya. Nanti CEO sendiri yang akan memilih sekretaris yang menurutnya cocok di bagian itu. Aurora pun dibuat gelisah dan gugup sendiri pasalnya dia semalam lupa untuk mencari info mengenai perusahaan ini. Setidaknya dia harus lebih tau dulu siapa pemilik perusahaan ini yang tidak lain dan tidak bukan Orion. Apa dia harus membuka ponsel pintarnya dan bertanya kepada google? Di saat banyak orang seperti ini? Yang benar saja, sungguh memalukan. Alhasil Aurora pun memilih untuk ke kamar mandi sebentar. Kebetulan panggilan untuk namanya sedikit jauh di belakang jadi dia masih bisa punya waktu untuk mencari informasi mengenai perusahaan ini. Sungguh akan menjadi kejadian aneh jika wanita ini ditanya mengenai perusahaan ini namun hanya gelengan kepala yang menandakan dia tidak tahu sama sekali. Tidak usah menghadap CEO, pihak HRD pun akan langsung menolak Aurora tentunya jika wanita itu terlihat bodoh di hadapan orang-orang. “Aduh!” Wanita cantik itu jatuh terduduk dengan baju yang sedikit kotor. Aurora pun menggeram kala melihat baju yang dibelikan oleh sang mama kotor. Bahkan dia baru hari ini memakainya, belum lagi interview di depan matanya yang sedang menunggunya. Sial. Aurora pun sudah bersiap menyemprot di penabrak yang sudah berani mengganggu hari baiknya ini. Akan menjadi hal yang memalukan jika di hari interview dia kerja malah terlihat kotor seperti ini. “Mas, kalau jalan hati-hati, dong. Baju saya kotor, nih,” ujar Aurora kesal yang langsung berdiri dan menyemprot si pelaku. Namun, bukannya meminta maaf, pria di depannya ini hanya berdiri dan memandangnya aneh. Aurora yang ditatap seperti itu pun menatap si pria dengan tatapan tajamnya. Dia sangat tahu arti tatapan pria ini seperti apa. Seperti pria c***l yang sering dia temui di beberapa tempat di mana dengan terang-terangan mereka menatap dirinya, tertutam tubuhnya. Aurora tidak menampik jika tubuhnya terlihat menyegarkan ditambah lagi dengan baju ketat yang dia pakai sekarang. Kalau bukan karena Desi, Aurora pun tidak akan mau memakainya. “Mas! Matanya dijaga dong! Dasar mata keranjang!” Setelah memaki si pria itu, Aurora pun beranjak menuju ke toilet. Sial, dia harus membersihkan noda ini sebelum interviewnya dimulai. *** Orion sudah siap untuk memilih sekretarisnya lagi. Lagi? Tentu saja ini sudah menjadi kesekian kalinya untuk memilih dalam sebulan terakhir. Pram sudah memberitahunya jika semua kandidat sekretarisnya sudah datang dan seperti biasa para wanita di kota ini akan berbondong-bondong untuk ikut mendaftar. Mereka semua tidak akan melewatkan kesempatan untuk bisa berdekatan dengan Orion. Pria yang memang tidak sabaran ini pun mencoba melihat sendiri kandidatnya. Tentunya dia ingin melihat secara langsung rupa calon-calon sekretarisnya. Pria itu pun berlagak melewati ruangan HRD yang dekat dengan toilet. Tentu saja dia hanya berpura-pura ke toilet karena sesungguhnya di dalam ruangannya pun sudah ada toilet. “Aduh!” pekikan seorang wanita mengejutkan Orion namun dia masih dalam mode muka datarnya. Wanita di bawah sana terlihat mengadu karena bokongnya mencium keramik di kantor ini. “Mas, kalau jalan hati-hati, dong. Baju saya kotor, nih,” ujar wanita yang terjatuh karena Orion. Wanita itu pun berdiri membuat atensi pria ini tertuju sepenuhnya kepadanya. Dan pada akhirnya wanita ini pun berdiri dengan sempurna meskipun dengan cara yang sedikit susah karena rok span yang dia pakai. Wow! Cantik! batin Orion memuji wanita yang ada di depannya. Orion menatap wanita ini dari ujung kepala hingga kaki, nyaris sempurna pikirnya. Putih yang mulus, kaki yang jenjang, bibir yang terlihat menggoda, lekuk tubuhnya juga bagus, sangat pas jika dia peluk. Eh? “Mas! Matanya dijaga, dong! Dasar mata keranjang!” Lamunan Orion terhenti karena mendengar teguran dari wanita itu. Tanpa mengucapkan sepatah kata, wanita yang tadi Orion tabrak pun pergi dan masuk ke dalam toilet khusus wanita. Pasti wanita itu sedang mencoba membersihkan noda kopi yang tadi tidak sengaja Orion tumpahkan dan mengenai kemeja wanita itu. Melihat wanita itu yang perlahan menghilang dari pandangannya, Orion pun menampilkan semirik khas pria itu. Akhirnya dia menemukannya. Mangsa selanjutnya. “Your mine,” bisik Orion yang segera menuju ke ruangannya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN