PART 5

921 Kata
“Assalamualaikum, aku pulang,” teriak gadis itu sambil meletakkan sepatunya di rak yang tersedia di depan. “Waalaikumsalam,” jawab sang mama dengan lantangnya juga. Aurora menghampiri mamanya. Mencium punggung tangan wanita paruh baya itu dan mencium pipi mamanya dengan gemas. “Kamu ini kebiasaan banget. Sudah besar juga,” protes sang mama yang menimbulkan kekehan kecil dari anak gadisnya ini. “Biarin. Kapan lagi coba bias cium pipi Mama,” balas Aurora. Gadis itu beralih ke kulkas, membuka pintu lemari pendingin dan mengeluarkan sebotol air dingin dari dalam sana. Menuangkannya di dalam gelas dan menenggaknya langsung hingga tandas. “Segarrr,” celetuknya yang membuat sang mama menggeleng melihat kelakuan anaknya itu. “Bagaimana pekerjaan kamu?” tanya Desi selaku wanita paruh baya yang menjabat sebagai orang tua tunggal dari Aurora. Sudah menjadi kebiasaan Desi setiap hari bertanya mengenai hari-hari anaknya itu. “Seperti biasa, Ma,” jawab Aurora. Wanita itu teringat dengan percakapannya dengan Rendy beberapa jam yang lalu. Sepertinya dia harus bediskusi dengan sang mama. “Oh iya, Ma. Tadi Mas Rendy bilang kalau di kantornya ada lowongan jadi sekrertaris,” jelas gadis ini kepada sang mama. “Bagus, dong. Kamu coba daftar saja siapa tahu rejeki,” jawab Desi men-support sang anak untuk ikut mendaftar lowongan itu. “Tapi, Ma, itu sekretaris loh, Ma, pastinya bakalan sulit. Dan juga yang diterima hanya wanita-wanita cantik. Susah tau,” jawab Aurora lesu sambil menerawang menatap dinding atas rumahnya. “Belum dicoba sudah menyerah. Siapa tahu diterima, Ra. Kamu coba dulu ya, Sayang?” bujuk Desi yang membuat gadis ini menjadi mendesah pasrah. Jika sang mama sudah memerintahkannya untuk mencoba maka dia akan coba. “Ya sudah aku akan coba. Aku siapin berkasnya dulu dan langsung ku kirim. Syukur-syukur kalau dapat tes panggilan,” ujar Aurora yang masih tidak percaya diri. Dipanggil tes saja itu sudah keajaiban baginya. Desi pun mengangguk setuju, dia berdoa agar sang anak akan diterima bekerja di sana nantinya. *** “Rendy semalam bilang jika di kantornya ada lowongan pekerjaan menjadi sekretaris. Rendy sudah memberi tahu kamu, kan, Ra?” tanya Bu Diah kepada Aurora yang sedang telaten menyuapi Aril sambil menemani bocah itu bermain. “Sudah, Bu. Semalam sudah daftar lewat email saran dari Mas Rendy mengingat yang melamar pasti banyak jadi Aurora buru-buru buatnya biar nggak keburu ditutup,” jawab gadis ini dengan polosnya. “Iya, benar. Semoga kamu diterima, ya. Bu Diah akan berdoa supaya kali ini kamu bisa mendapat pekerjaan itu. Menjadi sekrertaris akan bisa buat hidup kamu dan mama kamu menjadi lebih baik,” ujar Bu Diah yang membuat Aurora mengangguk setuju. Setelah berbicara dengan Desi semalam, wanita ini sudah memikirkan jika pekerjaan itu mungkin akan merubah hidupnya. Setidaknya perekonomian dia dan sang mama akan terjamin. Mengingat perusahaan di mana Rendy bekerja adalah perusahaan besar dan pastinya yang bekerja di sana sudah berpenghasilan besar. Namun, karena ini perusahaan besar jadi tidak akan sembarangan orang bisa masuk dan bekerja di sana. Hal ini lah yang membuat Aurora menjadi minder karena status pendidikannya itu. “Oh iya, Aurora, semalam Rendy–“ Suara dering ponsel membuat perbincangan keduanya terputus. Dengan sigap Aurora mengambil ponsel yang biasa dia bawa. Sebelumnya dia meminta ijin kepada Bu Diah untuk mengangkat panggilan yang entah dari siapa karena ini nomor baru yang masuk ke ponsel wanita itu. “Halo selamat siang, bisa berbicara dengan Nona Aurora Evellin?” Aurora pun dibuat mengernyit bingung ketika si penelepon menanyakan keberadaannya. “Iya saya sendiri,” jawab gadis itu akhirnya. “Kami dari Perusahaan xxx memberitahukan jika Nona ada panggilan interview untuk lusa. Silakan dicatat ya untuk jamnya di mulai pukul sembilang pagi, memakai pakaian rapi dan bersepatu. Diminta untuk datang tepat waktu untuk panggilan interview ini.” Aurora yang memang terkejut dan sedikit blank pun hanya mengangguk patuh meskipun orang di seberang sana tidak akan mengetahui jika dia sedang mengangguk. “Baik, Pak,” jawab Aurora akhirnya. Setelahnya, panggilan pun berakhir dan Aurora mendapat tatapan penuh tanda tanya dari wajah Bu Diah. Sedetik kemudia wanita ini pun memekik senang dan reflek memeluk Bu Diah. “Alhamdulillah, Bu, lusa aku dipanggil interview,” kata Aurora dengan bersemangat memberitahu Bu Diah yang membuat wanita paruh baya itu pun menjadi ikutan senang. “Alhamdulillah. Padahal baru saja tadi kita bicara itu, Ra. Tuhan memang selalu mendengar doa-doa hambanya. Ibu doakan semoga interview nanti berjalan dengan lancar. Nanti ibu akan beri tahu Rendy, past dia juga senang.” “Iya, Bu. Nanti kalau aku beneran diterima bekerja di sana, aku pasti akan ucapin banyak terima kasih ke Mas Rendy karena sudah beri aku info mengenai lowongan itu.” Diah pun mengangguk. “Oh iya, Bu. Tadi Bu Diah ingin mengatakan apa?” tanya Aurora yang mengingat sebelum panggilan telepon tadi masuk, wanita paruh baya ini sedang mengatakan sesuatu tapi terpotong. “Ibu hanya mau memberi kamu kabar kalau Rendy semalam berbicara sama ibu. Selain bicara soal lowongan itu, dia juga bilang jika tahun depan Aril mau didaftarkan ke PAUD. Ibu awalnya terkejut soal keputusan dia yang tiba-tiba ini. Kamu tahu sendiri, kan Rendy seperti apa, Ra,” kata Bu Diah yang membuat Rora mengangguk paham akan sifat anak pertama dari Bu Diah itu. “Setelah ibu tanya, ternyata ini semua biar nggak bebani ibu di rumah apalagi jika kamu jadi diterima di perusahaan Rendy bekerja. Dan satu lagi alasan dia untuk memasukkan Aril ke PAUD adalah karena dia kasihan melihat Aril yang bermain sendirian di dalam rumah dan tidak ada teman sebaya seperti dirinya,” lanjut Bu Diah yang membuat Aurora mengangguk paham. Syukur jika Rendy beneran mau daftarkan Aril ke PAUD. Karena meskipun Aril bukanlah adik dari Aurora, namun wanita itu cukup kasihan melihat Aril yang selalu bermain sendiri atau dengan dirinya dan Bu Diah. Pasti akan sangat sulit bagi bocah itu di masa depan nanti jika dibiarkan seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN