Meskipun tidak mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang Anelka. Sinta, Septian juga Devan tetap mengunjungi rumah Bimo. Rumah laki-laki itu terlihat kumuh dan diluarnya banyak benda aneh yang berserakan. Tidak hanya itu, sebelum dapat tiba, mereka bertiga harus menyusuri lorong sempit dan berbau pesing. "Kita hanya bisa berdiri di sini," gumam Devan sembari memegang garis polisi. Sinta diam membeku, perempuan itu menatap sudut demi sudut bangunan dari luar. "Apa keluarganya sebangkrut ini?" "Mungkin hutangnya yang berbunga sudah merenggut segala kebahagiaan dari keluarganya. Itulah mengapa dia bersandiwara," sahut Septian. "Kau lihatkan Sin. Jadi, kasus Bimo sudah berakhir. Melihat ini kuharap kau tak ragu lagi." Sinta mengangguk pasrah. Meski sejujurnya belum yakin, namun melihat apa

