“Papi sudah dengar.” Fadli mengusap wajahnya. Terpojok. Seluruh mata memandang ke arahnya. Mata merah istrinya menjadi jawaban. Yang lain hanya me-mandang dengan perasaan was-was. “Yang papi tahu kamu tidak suka diatur tapi kini malah sangat mengatur.” Papi menghela nafas. Matanya masih menatap tajam anaknya yang cuma bisa mengusap wajah itu. Pasrah. Fadlan ikut sebal melihat saudara kembarnya yang keras kepala itu. “Orang tua boleh mencari tapi bukan berarti memaksa. Jangan sampai karena keegoisan orang tua, anak malah menderita.” Fadlan mengangguk kuat. Itu hampir terjadi padanya setahun lalu andai ia menolak lamaran ponakannya terhadap anaknya. Karena ego kadang membuat manusia menutup mata dari kebenaran yang semestinya diikuti. Ini bukan hanya soal hati tapi kebenaran yang hakiki.

