Number 23

2647 Kata
"Perly, kekuatan Lightning-mu sempurna!" ucap Zate senang. Ternyata benar apa yang pernah dia baca di dalam buku takdir, bahwa sang penyelamat akan mendapatkan kekuatan yang sempurna setelah dia menemukan kesatria. Seperti yang sebelumnya yang pernah dia alami, warna rambut, bola mata, dan pakaiannya berubah menjadi warna kuning seperti Zate. Perly ikut mengangguk senang, menatap gaun barunya, "Aku sudah seperti Dewi Matahari," ucap Perly memutar-mutar tubuhnya senang yang membuat bola mata Marta otomatis merotasi, sudah dapat ditebak kalau gadis ini akan sangat puas memuji dirinya sendiri. "Kamu sama sekali tidak cocok untuk dipanggil sebagai seorang dewi," ucap Befra membuat pergerakan Perly terhenti. Marta yang tadinya menatap ke arah lain, kini dengan cepat menolehkan kepala pada Befra, dengan senyum cerah mengiringi, "Aku baru saja ingin mengatakannya," ucap Marta lalu melakukan highfive bersama Befra. "Ya aku tau, wajahku terlalu cantik untuk kategori seorang dewi. Aku lebih cocok untuk seorang angel," jawab Perly tersenyum lebar semakin berputar-putar merasa senang. "Ya, kamu sangat cocok untuk itu dan kamu sangat cantik." ucap Zate membuat senyum Perly semakin mengembang. Pergerakan Perly terhenti. gadis itu menatap penuh binar pada Zate dengan kedua tangannya menutup mulut tak percaya, lebih terlihat pada malu-malu, "Zate ... aku mulai menyayangimu kalau seperti ini," ucap Perly memeluk Zate membuat Zate tertawa dengan tetap membalas pelukan gadis itu. "Ayo, aku rasanya ingin terus berada di sampingmu," lanjutnya mengaitkan tangannya pada Zate lalu melanjutkan langkah. Tak lupa menggoyang-goyangkan tangan keduanya. Terlihat sangat gembira. Marta, Befra dan Tier menatap mereka berdua kesal. "Seharusnya kita memberi pengetahuan dulu pada Zate mengenai sifat gadis centil itu," gumam Marta. Membuang nafas berat dan panjang, "Hah! Dia akan semakin sombong kalau seperti itu," ucap Marta kemudian melanjutkan langkahnya. "Apa ini?" tanya Zate mengangkat tangan kiri Perly. Perly mengikuti arah pandang Zate, "Ah, ini gelang yang dulu diberikan oleh wanita yang berdagang di pasar. Ah, bukan. Kata Marta, mereka tidak berdagang tapi membagikannya." jelas Perly. "Begitu ya. Tapi ini terlihat seperti mempunyai pasangan." ucap Zate lagi. "Bagaimana kamu tau?" tanya Perky sedikit terkejut. Apakah gelang pasangan begitu terlihat hanya dengan sekali lihat? Perly mengangguk pelan, "Ya benar. Bibi itu bilang, ini memang mempunyai pasangan, tapi telah diambil oleh seseorang," jawab Perly. "Wah!" seru Zate membuat Perly berjengit kaget, "kalau itu seorang laki-laki, bisa saja kalian berjodoh!" ucap Zate semangat. Perly menatap bingung, "Jangan mengada-ada. Jodoh tidak ditentukan oleh gelang yang kita miliki bersama," jawab Perly terkekeh pelan. Pernyataan Perky sukses membuat Zate mendecak pelan, "Aku berani bertaruh untuk itu," ucap Zate yakin. Melihat ekspresi Zate yang bisa dikatakan sangat serius dan sungguh-sungguh itu, membuat Perly terdiam sesaat, dan dirinya tetap menyangkal, "Kamu aneh." Katanya setelah itu. "Ah ya, aku melupakan sesuatu," ucap Perly menghentikan langkahnya. Zate ikut berhenti, "Apa? Sesuatu di rumah Bupo?" "Bukan. Ada yang ingin aku katakan pada kalian," ucapnya. Perly berbalik dan menatap Marta, Tier dan Befra berjalan sambil bercerita. Gadis itu dibuat berdecak melihatnya. Agaknya menghabiskan waktu 15 detik untuk mereka melangkahkan satu kaki, "Mereka sangat lamban," gumamnya berkacak pinggang menatap mereka garang. "Kita tunggu saja," ucap Zate yang mendengar gumaman Perly. "Kenapa kalian berhenti?" tanya Befra saat mereka sudah sampai di depan Perly dan Zate. "Kami menunggu kalian," jawab Zate. Lalu Perly yang menatap mereka sinis, terutama pada Marta, tingkat sinisnya bertambah saat matanya menangkap atensi Marta, "Ya, kalian sangat lamban seperti seekor siput," ucapnya. Mengatakan kata mereka namun matanya hanya menatap Marta, membuat gadis itu mendengus. "Jangan memulai pertengkaran. Ada apa kalian menunggu kami?" tanya Marta dengan nada malas. "Ada yang ingin aku katakan," ucap Perly mengubah ekspresi menjadi serius. Satu lagi yang baru mereka tau. Gadis ini benar-benar pandai mengatur mimik wajah. Air mukanya akan dengan cepat berubah diperkian detiknya. Mereka tidak menjawab, dan hanya menatap Perly dengan tatapan bertanya. Dan lihat, raut serius itu kini digantikan oleh senyum lebar di wajahnya, katanya, "Aku akan sedikit mengubah jalurnya. Dan membuat harapan terbesar kalian menjadi kenyataan." ucapnya dengan senyum di bibirnya. • "Aku bisa mengubahnya?" tanya Perly menunjuk dirinya sendiri yang Perly lihat gadis emas mengangguk membenarkan, "Ya kamu bisa mengubahnya. Ubahlah," tambahnya selain anggukan. Tak butuh waktu lama bagi kening Perly menimbulkan kerutan yang kentara. Mendengar dengan entengnya gadis di depan sana berbicara seolah berkata, 'Kau yang berkuasa.' Hell! Dirinya bahkan belum bisa mengendalikan kekuatannya dengan baik, protesnya, "Bagaimana caranya? Kamulah yang menulisnya. Kau lupa? Aku masih nol dalam dunia ini," ucapnya. Gadis itu kembali tersenyum, tampak senyum maklum, "Tapi aku adalah dirimu. Percayalah pada dirimu sendiri, maka itu sudah pasti kamu mempercayai aku. Jika aku katakan kamu bisa mengubahnya, maka kamu pasti bisa." Perly masih terdiam dan terus menatap gadis itu. Sedikit terbebani oleh ucapan si gadis yang katanya dirinya itu. Sungguh, jika ditelisik lagi lebih dalam, ini adalah kali pertama dirinya bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu. Benar-benar menanamkan tekad dalam hatinya bahwa, dia harus bisa. Pertama kali berambisi untuk harus mencapai tujuan itu bagaimanapun caranya. Gadis itu melanjutkan, "Lambang ini adalah lambang yang ditinggalkan oleh para queen dan king ketika masuk ke dalam tubuhmu. Bukankah itu artinya kamu lebih mudah untuk menemukan jalan keluarnya? Karena sekali lagi, semuanya tergantung pada dirimu Perly." Sambil tersenyum. Kali ini Perly melihat ada sedikit keraguan dalam senyum itu. Entah untuk alasan apa. Perly menatap ke 7 lambang yang ada di punggung jarinya itu. Ya ... itu benar dia lebih mempunyai peluang yang banyak untuk mewujudkannya. "Baga--" Perly tidak melanjutkan ucapannya saat dua gadis tadi sudah tidak ada di depannya. "Perly, ayo masuk. Kenapa kamu berhenti di sana," ucap Befra menoleh ke belakang. Befra dan yang lainnya sudah masuk ke dalam rumah, meninggalkan dia sendiri di luar yang masih saja mencari-cari keberadaan kedua gadis berbeda warna itu. Hingga pada akhirnya dia menyerah dan menghela nafas, kenapa mereka senang sekali membuat dirinya berpikir keras? Kenapa tidak langsung aja berikan solusi dan dia akan dengan senang hati menjalani. "Kalian benar-benar! Tidak bisakah untuk pamit terlebih dahulu?" gerutunya merenggut kesal. Dan dia kembali pada dirinya. Bersifat layaknya remaja pada umumnya, meski terlihat lebih dominan pada sifat kanak-kanak. "Perly, ayo." Marta kembali menjemputnya keluar. Perly mengangguk, "Ah, iya," ucapnya mengikuti langkah Marta. • "Kami tidak mengerti apa yang sedang kamu ucapkan," ucap Tier mewakili. Mereka masih berdiri di tengah jalan, masih terdiam, memasang wajah penasaran dan juga tak paham. Apa Perly kembali membawa bahasa isyarat para manusia? Jika iya, siap saja, Marta akan memukulinya dengan alas kaki miliknya. "Baiklah, dengarkan aku baik-baik. Karena aku tidak akan mengulang ucapanku," ucap Perly serius dan mereka juga mengangguk serius. "Aku tau menemui orang tua kalian adalah keinginan terbesar kalian dan kesatria yang lainnya. Jadi aku mencoba untuk mengubahnya agar kalian bisa bertemu dengan mereka tanpa harus menunggu aku yang membebaskannya. Aku benar-benar tidak ingin kalian berharap padaku. Jadi setelah ini jangan berharap apa-apa padaku lagi. Jadilah seperti apa yang seharusnya ditakdirkan dalam buku takdir itu. Kalian hanya perlu membantuku dalam perjalanan ini bukan menaruh harapan padaku," jelas Perly panjang lebar menatap mereka semua bergantian. Mereka semua masih terdiam setelah mendengar semua yang Perly ucapkan. Sedikit banyaknya mereka dapat mengartikan ucapan Perly yang terdengar berbelit itu. Yaa ... tidak berbelit juga, hanya saja terdengar panjang untuk suatu kalimat yang bisa diucapkan dengan singkat. "Jangan bertanya bagaimana caranya, jangan bertanya di mana dan kapan. Karena aku akan memikirkannya sendiri," lanjut Perly. "Lalu kau mau kami hanya diam dan memendam rasa penasaran kami?" tanya Tier pada Perly. Dan dengan ringannya kepala gadis itu mengangguk tanpa beban. "Iya. Itu yang aku mau. Atau jika perlu lupakanlah apa yang aku ucapkan tadi tapi jangan lupakan apa pesan yang aku sampaikan," jawab Perly juga menatap Tier. Mereka masih terdiam, belum bisa sepenuhnya mencerna apa maksud dari perkataan Perly. "Ya sudah, mari kita lanjutkan. Hanya itu yang ingin aku sampaikan," ucap Perly tersenyum lebar. "Baiklah jika itu yang kau inginkan. Ayo kita lanjutkan atau malam akan segera tiba," ucap Marta dan mereka hanya mengangguk pasrah dalam rasa ingin tahu yang mendesak. Apa begini rasanya jadi Perly yang semuanya ingin dia ketahui? Mereka ber-lima terus berjalan menyusuri hutan pengendali. Ada sedikit was-was saat mereka berjalan melewatinya, mengingat dulu mereka pernah diserang oleh pengendali dark ketika melewati hutan ini. Semoga saja hal itu tidak lagi terjadi. Mereka hampir sampai ke daerah pengendali plants, tapi mereka lebih memilih untuk berhenti di dekat air terjun plants yang mereka lewati. "Airnya hijau dan sejuk, suasananya juga segar. Aku suka tempat ini, rasanya aku ingin membuat rumah di sini saja," ucap Perly merentangkan tangannya sambil memejamkan mata menikmati angin dan hawa sejuk dari air terjun itu. "Ya memang, ini sangat indah. Tapi airnya beracun." Ucapan Zate membuat Perly menurunkan tangannya dan beringsut ke belakang tepat ke samping Zate, "Kamu membuatku takut," ucapnya pelan memeluk lengan pemuda lightning itu. "Tenang saja, air ini hanya beracun bagi Pengendali Dark. Tapi selain itu, air ini adalah obat, sama halnya dengan bunga kehidupan dan tanaman energi," jelas Befra yang sedang bermain-main di air. Perly dengan cepat menoleh ke samping dengan tatapan tajam, dan entah sejak kapan Zate sudah tidak ada di tempatnya. Juga, kenapa dirinya tidak sadar, Zate melepaskan rangkulan tangannya? Perly berbalik ke belakang dan menemukan Zate yang berlari menjauh, "Kau mudah sekali tertipu hahaha ...!" teriak Zate dan tertawa lepas melihat Perly. "Awas kau Zate!" teriak Perly mengejar Zate yang sudah bersiap-siap melompat ke air. "Hah ... sudah lama rasanya aku tidak berenang seperti ini," ucap Marta setelah berenang ke sana ke mari. "Aku dulu hampir setiap hari berenang seperti ini," balas Befra muncul dari dalam air. "Ya ... tentu saja, kalian juga mempunyai air terjun," ucap Tier santai dengan nada datar. Agaknya sedikit iri dengan kenyataan bahwa daerahnya tak memiliki air terjun. "Apa?!" Puk! "Kau membuatku terkejut, bodoh!" sentak Marta kesal setelah memukul lengan Perly. "Hey!" hardik Perly langsung. Alisnya menukik, "Mulutmu kasar!" pekiknya menatap tajam. Marta mendecak, "Kau duluan yang mulai!" teriaknya. Perly mengibaskan tangannya, "Sudahlah. Kau membuang waktuku," ucapnya kemudian beralih menatap Tier, "Lalu, kenapa dulu kita tidak berenang di sana? Aku sudah lama menahan diri untuk berenang," ucap Perly membuat mereka tertawa. "Ya, silahkan saja jika kau ingin mati membeku di sana, " jawab Zate yang sudah berada di sampingnya. "Memangnya kenapa? Apa itu berbeda dengan air terjun ini?" tanyanya bingung. "Tentu saja berbeda. Air terjun itu hanya untuk Pengendali Froz dan Snow. Pengendali lain akan membeku karena airnya sangat-sangat dingin. Bahkan Pengendali Snow saja tidak diperbolehkan untuk terlalu lama di dalam air," jelas Befra dan Perly membulatkan mulutnya dan mengangguk mengerti. "Aku baru mengetahuinya," gumamnya pelan. Dan baik Marta maupun yang lainnya, sudah bisa menebak bahwa gadis itu akan bertanya berbagai macam pertanyaan lainnya. "Lalu kenapa air ini beracun bagi Pengendali Dark?" tanya Perly lagi. See? "Karena Pengendali Plants sudah membuang tanaman anti Dark ke dalam air terjun ini. Ya sebagai bentuk pertahanan jika sewaktu-waktu ada Pengendali Dark yang menyerang mereka," jelas Tier pada Perly. "Berarti tanaman itu sudah tidak ada di sini?" Zate mengedikkan bahu, "Entahlah, tapi mungkin saja tanaman itu tumbuh di dalam sana," ucap Zate menunjuk pada kedalaman air terjun itu. Melihat arah telunjuk Zate, Perly jadi membayangkan betapa dalamnya air terjun ini. Dan untuk itulah alasan kenapa matanya berbinar memikirkannya. Maka dengan gerakan cepat sambil berucap antusias, "Kalau begitu ayo kita cari!" Begitu semangat. Semangat yang langsung tertahan kala pergerakannya tidak lebih cepat dari Tier yang lebih dulu menahan tubuhnya, melingkarkan tangannya di perut gadis itu. Tier bahkan sudah memprediksi ini akan terjadi. Pemikiran dan tindakan gadis ini seperti buku yang terbuka lebar dengan huruf yang menonjol besar, mudah dibaca. "Tidak perlu membuang-buang waktu. Kita tidak akan lama di sini." ucapnya membuat Perly memasang ekspresi cemberut, niatnya ingin bermain-main dengan kecepatan ekornya menjadi musnah. Arkh! Menyebalkan! "Lebih baik di sini saja, perdalam pengetahuanmu dengan bertanya pada kami," ucap Befra. Yang lainnya mengangguk, "Ya, itu terdengar lebih bermanfaat," ucap Marta menyetujui. Meski mendengar pertanyaan dari Perly itu bagaikan aliran sungai, mereka lebih memilih mendengarkannya dan menjawab, daripada melihat anak ini terkena bahaya di bawah sana. Bisa saja energinya habis bukan? Perlu diingatkan lagi jika Perly adalah gadis yang sedang dalam masa aktif-aktifnya. Perly mengangguk menyetujui. Karena memang ada yang ingin dia tanyakan pada mereka. "Apa aku masih bisa menggunakan kekuatanku yang sebelumnya?" tanyanya. "Kenapa kamu menanyakan itu?" Zate balik bertanya. "Marta bilang, lambang ini adalah pertanda kalau kita mempunyai kekuatan. Dan lambang sebelumnya masih ada di tanganku, apa itu artinya aku masih bisa menggunakannya?" Perly mengulang pertanyaannya. Mendengar namanya disebut, maka Marta dengan suka rela menjelaskan, "Kamu memang bisa menggunakannya. Tapi jika kamu sudah menyempurnakan semuanya. Bukankah masih ada empat kesatria lagi yang kamu cari? Itu artinya masih ada empat lambang lagi untuk menyempurnakannya," jelas Marta mengangkat kedua tangan Perly untuk memperlihatkan lambang-lambang itu. Kening gadis itu mengerut, "Tapi kenapa kalian selalu mengatakan kalau kekuatanku sempurna? Aku tidak mengerti dengan sempurna yang kalian maksud," ucap Perly bingung. "Sempurna yang kami katakan artinya, kamu sudah memiliki salah satu kekuatan dari tujuh kekuatan kesatria yang kamu cari. Seperti yang Marta ucapkan tadi, jika semuanya sudah kamu temukan barulah nanti kekuatanmu sempurna sebenarnya," jelas Zate. "Begitukah? Berarti aku harus sabar menunggunya," ucap Perly pelan. "Memangnya kenapa? Kenapa kamu seperti sangat menantikannya?" tanya Befra penasaran. Senyum lebar Perly menyapa terlebih dahulu sebelum dirinya menjawab, "Tidak ada. Aku hanya penasaran dengan warnaku nanti. Bukankah itu akan terlihat cantik nantinya?" jawabnya menerawang ke atas membayangkan bagaimana dirinya nanti. Dan hayalan Perly buyar sepenuhnya kala Marta berkata, "Kamu akan terlihat aneh nantinya." Dan Marta tertawa membuat Perly langsung menyiram wajahnya. Dan berakhir dengan aksi saling membalas satu sama lain. Memangnya sejak kapan Marta akan mengalah pada Perly? "Zate ...," panggil Befra membuat Zate menoleh padanya, "Kenapa?" tanyanya. Befra menatap ke arah lain terlebih dahulu, "Soal kejadian di jurang dulu, aku belum sempat meminta maaf padamu. Akulah yang mengeluarkan es itu. Aku minta maaf, aku belum bisa mengendalikannya waktu itu," ucap Befra tulus. Zate tersenyum menatapnya, "Tidak masalah. Berkat es-mu aku bisa bertemu dengan Perly, jadi tidak perlu menyalahkan dirimu," jawab Zate masih tersenyum, "Lagi pula, aku tidak bisa marah kepada seorang gadis cantik sepertimu," lanjutnya membuat Befra tersenyum malu. Dan itu semua tak lepas dari tatapan tak terbaca milik Tier. Apa-apaan mereka berdua? Apa tidak menganggap keberadaannya lagi? Dan juga, apa yang terjadi pada gadis kutub ini? Tersenyum malu hanya karena kata-kata receh seperti itu? Yang benar saja! "Ehem!" Dehaman kuat itu membuat mereka berdua mengalihkan tatapan pada Tier, "Aku masih punya mata dan telinga untuk melihat dan mendengar kalian berdua jika kalian lupa!" ucap Tier sedikit ketus. "Kenapa kau jadi marah?" tanya Befra menatap Tier heran. Ada apa dengan pemuda ini? Pikirnya. "Apa? Marah? Aku tidak marah. Untuk apa aku harus marah?" ucap Tier menatap ke arah lain. "Kau berbohong," ucap Perly tiba-tiba berada di hadapan Tier menunjuk wajah Tier membuat pemuda itu terkejut. Dengan dongkol dirinya menurunkan telunjuk Perly yang mengarah padanya, "Apa alasanmu mengatakan itu? Apa kau ini alat pendeteksi kebohongan?" tanya Tier masih menyangkal. Dan Perly dengan mantap mengangguk, "Iya. Aku sangat pandai melihat kejujuran seseorang. Dan ekspresimu menunjukkan kamu sedang berbohong," jawabnya. Tier hanya diam dan memutar bola matanya malas. "Hmmm ..." Perly mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu, "Sepertinya ucapan aku dulu menjadi kenyataan sekarang." ucapnya. "Kau terlalu banyak berucap omong-omong. Jadi, ucapanmu yang mana?" tutur Marta malas. "Dari benci menjadi cinta!" jawabnya setengah berteriak. Sangat antusias. "Tier, mengakulah. Kamu mulai menyukai Befra bukan? Katakan, aku benar bukan?" tanyanya lagi menunjuk wajah Tier. Mendesak pemuda itu untuk mengatakan hal yang sesuai dengan yang dia inginkan. "Tidak usah mengada-ada. Aku sudah mengatakan kalau hal itu tidak akan terjadi," jawab Tier menurunkan jari telunjuk Perly, "Sudahlah, ini sudah mulai gelap. Ayo kita lanjutkan perjalanan kita," ucapnya dan menepi ke daratan. "Hahaha Tier. Kau menghindar berarti ucapanku benar! Kau pasti sudah jatuh cinta pada Befra!" teriaknya masih menggoda Tier. Tak sadar jika Befra sudah memerah di sana. "Hentikan teriakanmu dan ayo kita lanjutkan perjalanan kita," ucap Befra dan dengan cepat berenang ke daratan. Perly yang mendengar itu hanya cekikikan, tak mempedulikan Marta dan Zate yang ikut terkekeh karena tingkahnya, "Dasar cinta," gumam Perly lalu menyusul mereka berenang ke daratan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN