Number 24

2582 Kata
"Kita akan tinggal di mana sekarang?" tanya Marta pada mereka semua. "Aku juga tidak tau, kita tidak kenal siapapun di sini," jawab Tier. Perly, gadis itu menoleh ke sana ke mari, melihat-lihat situasi. Siapa tau dia menemukan seseorang untuk dimintai tolong. Namun nihil, semua rumah bahkan sudah tertutup sekarang, pertanda si penghuni sudah tertidur nyaman di dalam sana. Dia menoleh pada Zate, "Zate, bukankah kalian berdekatan? Apa tidak ada yang kamu kenal di sini?" tanya Perly pada Zate. Pemuda itu menggeleng, "Tidak. Aku jarang dan hampir tidak pernah ke daerah Plants," jawab Zate. "Lalu bagaimana sekarang?" giliran Befra yang bertanya. "Apa kita harus meminta tumpangan kepada para pengendali di sini?" Tier memberikan usulan yang langsubg mendapat gelengan kepala dari Zate, "Tidak enak jika harus terus merepotkan semua orang," jawabnya. "Bagaimana kalau kita membuat tempat tidur saja? Seperti dulu," usul Perly. "Boleh juga. Lagi pula, kita tidak akan merasa gelap. Cahaya dari Zate dan Perly cukup untuk menerangi kita," ucap Befra menyetujui. "Itu ide yang bagus. Aku lebih suka di tempat terbuka ini dari pada harus tinggal di rumah orang lain," ucap Marta menimpali. "Yasudah, ayo kita cari tempat untuk bermalam," ucap Tier kemudian mereka berjalan menjauh. Setelah cukup lama berjalan, mereka akhirnya menemukan tempat untuk mereka tidur malam ini. Di sebuah tempat yang cukup luas tanpa adanya pepohonan dan tanaman lainnya di sana. Benar-benar di sebuah tanah lapang yang luas, dengan beberapa rumah tak jauh dari tempat mereka saat ini. "Sepertinya kita tidak perlu lagi membuat penerangan. Bulan di atas sana sudah cukup terang," ucap Tier memandang ke atas langit. Ya mereka berada tepat di bawah sinar bulan. Mereka semua serentak memandang ke atas, dengan satu tangan menjadi bantalan. Bulan di sana begitu indah dipandang dari bawah sini. "Apa yang akan kalian lakukan jika kalian menjadi bulan?" tanya Perly tiba-tiba masih menatap ke atas sana. "Aku akan terus bersembunyi, hingga orang-orang semakin menantikan kehadiranku," jawab Zate. Marta ikut menambahkan, "Aku akan menjadi semakin terang, sehingga orang-orang dapat menikmati cahayaku walau di tempat tersembunyi sekalipun." "Kalau aku akan terus berada di atas sana agar semua orang dapat terus melihatku," jawab Befra "Aku akan berada di tempat paling tinggi, sehingga orang-orang menganggap akulah yang memberikan mereka cahaya," jawab Tier. Perly tersenyum mendengar semua jawaban teman-temannya. Berbagai keinginan berbeda yang membuat Perly senang mendengarnya. Entah, dia hanya senang tanpa alasan. Zate menoleh pada Perly yang tersenyum, "Bagaimana jika kamu yang menjadi bulan?" tanya Zate yang melihat Perly hanya terdiam setelah mendengar jawaban mereka. Perly menoleh sebentar pada Zate dan kembali menatap bulan di atas sana. "Kalau aku ..." Perly menjeda ucapannya, "Aku akan tetap menjadi bulan itu, bulan yang normal, bulan pada umumnya," ucapnya. "Kenapa? Apa kamu tidak bosan jika kehidupanmu tidak ada perubahan?" tanya Marta. Perly tersenyum lembut sebelum menjawab, "Karena aku terlalu takut untuk bersembunyi terlalu lama dan ternyata orang-orang tidak menginginkan kehadiranku ketika aku muncul nanti." "Aku terlalu takut untuk menjadi semakin terang, karena ketika nanti cahayaku tiba-tiba meredup, orang-orang akan kecewa terhadapku." "Aku terlalu takut untuk tetap berada di atas, karena nanti orang-orang akan bosan jika terus melihatku." "Dan aku terlalu takut untuk berada di tempat paling tinggi, karena semua orang akan menganggap, aku hanya ingin menyombongkan cahayaku tanpa memikirkan adanya cahaya lain yang juga menerangi mereka." Perly masih tersenyum dengan tatapan nya masih menatap bulan yang ada di depan matanya, "Aku hanya seorang pengecut yang takut akan perubahan. Aku sama sekali tidak berani mengambil resiko apapun," tambahnya. Mereka tak menjawab. Rasanya tak perlu untuk mengatakan apapun, karena, mereka pun sama dengan Perly. Merasakan apa yang gadis itu rasakan. Mereka tersenyum mendengar jawaban Perly. Mereka merasa beruntung bisa menjadi kesatria untuk membantu Perly. Tak salah jika dia adalah penyelamat yang di takdirkan itu. Dia memang sangat cocok untuk menjadi seorang pemimpin kelak. Senyum Perly perlahan memudar, matanya semakin menatap intens pada bulan di atasnya. Namun bukan bulan yang dia perhatikan, tapi ada sesuatu yang semakin mengganggu penglihatannya. "Pasang perisai kalian!" teriak Perly tiba-tiba. • teriakan Perly, mereka langsung menatap ke atas dan dengan cepat mengikuti perintah Perly. Dumm! Dentuman keras itu terdengar saat boomerang yang dilemparkan oleh pengendali dark berbenturan dengan perisai mereka. Perly dengan cepat melepas perisainya, segera berdiri dan menatap bergantian teman-temannya, seolah memeriksa, "Kalian tidak apa?" tanyanya panik. Mereka mengangguk serentak, "Ya, kami baik-baik saja," jawab mereka membuat Perly setidaknya dapat bernafas lega. "Wah wah ...." Dua pemuda dark itu menyeringai senang setelah boomerang miliknya kembali di genggaman. Katanya lagi, "Lightning, Earth, dan Froz. Sepertinya buruan malam ini akan sangat menyenangkan," ucap pemuda dark yang satunya. "Aku tidak sabar melihat mereka musnah," jawab yang satunya. Itu tidak baik. Seorang dark saja, sudah pasti dapat membuat mereka kewalahan, dan ini ada dua. Terlebih, mereka benar-benar harus menghemat energi, apalagi kekuatan. Dan yang paling penting dari semua itu adalah, "Befra, kau tetaplah bersama Perly. Kami yang akan menghadapi mereka berdua," ucap Tier pada Befra. "Jangan keluarkan senjata kalian," ucap Perly sebelum mereka maju untuk menghadapi pengendali dark. "Biarkan senjata mereka sendiri yang menghabiskan tenaga mereka, baru gunakan senjata kalian," lanjutnya. Ya, Perly tau mereka sudah mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan senjata, karena itulah dia memperingatinya. Entahlah, dia sebenarnya masih blank dengan situasi ini, namun otaknya tiba-tiba mengambil alih dan membuat dirinya berkata demikian. "Turuti perintahnya," ucap Tier kembali menyimpan senjatanya begitupun dengan Marta dan Zate. "Kami akui kalian adalah pemberani. Tidak bersenjata? Itu akan mempermudah kami untuk memusnahkan kalian," ucap pemuda dark itu memainkan boomerang di tangannya, juga pedang yang ada di tangan pemuda lainnya. "Entah kami atau kalian yang musnah, tapi simpanlah dulu omong kosongmu itu. Itu sama sekali tidak berguna," jawab Zate yang entah sejak kapan memasang wajah datar nan tampan di sana. "Akan kupastikan kalian yang akan musnah," gumam dark yang satunya. Sedikit terlusut emosi mendengar ucapan Zate. Apalagi tampang datar Zate yang seolah mengejek dirinya. "Ingatlah untuk tidak menggunakan kekuatan dan lakukan berbagai cara untuk menghindari serangan mereka," ucap Tier pada Marta dan Zate yang hanya diangguki oleh mereka berdua. Seperti yang tadi Perly perintahkan, mereka sama sekali tidak mengeluarkan senjatanya selama bertarung dengan pemuda dark itu. Mereka hanya menahan serangan dan membalas serangan dengan kekuatan mereka. Dan di sana, ada Befra dan Perly yang tidak tenang menatap mereka semua. Benar-benar cemas dengan keadaan tiga teman mereka di depan sana. Maka sudah bulat keputusan Perly untuk mengatakan, "Befra, bantulah Tier. Tidak apa-apa jika aku sendiri di sini." Dengan Perly yang terus menatap pada pertarungan di depannya. Befra menoleh. Dirinya memang cemas, tapi lebih cemas lagi jika harus meninggalkan Perly sendirian di sini. Tidak ada yang tau bukan, bahaya bisa datang dari mana saja. Befra dengan cepat menggeleng, "Tidak, aku akan menjagamu di sini," bantahnya telak membuat Perly menoleh padanya. Gadis itu mengambil kedua tangan Befra untuk digenggam, "Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Bantu mereka, cepatlah," ucap Perly meyakinkan Befra. Namun Befra tetap diam. Di satu sisi, dia sangat ingin membantu mereka, namun dia juga tidak mungkin meninggalkan Perly di sini. Tier dan yang lainnya sudah mempercayakan keselamatan Perly padanya. Dia tidak bisa lari dari tanggung jawab itu. Tidak bisa. "Befra, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat dan berpikir panjang. Bantulah mereka. Aku akan menjaga diriku," lanjut Perly melihat keraguan Befra. Akhirnya Befra mengangguk setelah lama berpikir dan segera berlari ke arah Tier yang memang melawan pemuda dark itu sendiri. Trangg! Es milik Befra berhasil membuat boomerang milik dark itu tidak jadi mengenai Tier. Tier menoleh, dan terkejut mendapati Befra sudah berada di sampingnya, "Befra, sedang apa kau di sini? Tugasmu adalah menjaga Perly. Pergilah. Aku bisa menghadapinya," ucap Tier cepat. Tanpa menoleh Befra menjawab, "Perly yang memerintahkan aku untuk membantumu," jawab Befra mengeluarkan es-nya lagi saat pemuda itu kembali menyerang mereka. "Tapi--" "Fokuslah pada dark ini atau kita akan mati," ucap Befra cepat memotong ucapan Tier. Dan mau tak mau, Tier harus kembali fokus pada serangan dark itu. Dirinya masih waras untuk tidak lengah dan membiarkan mereka semua terluka. Walaupun reaksinya cukup lama, namun apa yang Perly katakan benar. Kedua pemuda itu mulai melemah, dan serangan mereka tak lagi sekuat tadi. "Keluarkan senjata kalian!" teriak Tier yang langsung diikuti oleh mereka bertiga. "Mereka tampak sangat melindungimu." Perly terkejut dan langsung berbalik badan saat mendengar suara seseorang di belakangnya. "Dark ...," gumamnya pelan seraya mundur ke belakang secara perlahan dengan tubuh yang gemetar. Wanita dark itu terlihat lebih menyeramkan dari pada dua pemuda yang kini tengah menyerang teman-temannya. Matanya seperti mata harimau dan berwarna merah. Di buku-buku jarinya ada cakar yang panjang dan sangat tajam, sama dengan dua pemuda itu wanita ini juga memiliki sayap lebar berwarna hitam. Terlihat sangat kuat dan dominan. "Kamu sangat berharga. Setidaknya itulah yang aku simpulkan dari cara mereka melindungimu. Lihatlah, mereka bertaruh nyawa hanya untuk seorang pengendali lemah sepertimu," ucap wanita itu lagi seraya terus maju dan Perly yang tetap terus mundur. "Atau ...." Wanita itu menjeda ucapannya seiring dengan langkahnya yang terhenti. Dan tak lama, wanita itu berbisik, "Apakah kau orangnya? Kaukah penyelamat itu?" tanya wanita itu pelan membuat Perly terkejut. Bagaimana ini? Apa wanita ini akan membunuhnya? Dia akan diapakan? Apa hidupnya akan berakhir sekarang? Siapapun tolong dia. Itulah yang Perly rapalkan dalam hatinya. "Hah ... ternyata aku benar," ucapnya menegakkan tubuhnya yang semula sedikit condong pada Perly, "Kau tau? Aku terus mendapat masalah dari ratuku karena dirimu. Dan sekarang ..." Wanita itu kembali menjeda ucapannya seraya mengepalkan tangannya sehingga cakar-cakar itu tampak semakin panjang, "Aku akan mengakhirinya," lanjutnya pelan dan tersenyum jahat. "Tier, Marta, Zate, Befra. Aku harus apa? Aku tidak tau harus bagaimana menghadapinya, tolong aku ... tolong aku ...." batin Perly dengan tangan terkepal takut. Siapa sangka ternyata mereka berempat mendengar ucapan Perly dan langsung menoleh ke arah gadis itu. Dan bagaimana mungkin mereka tidak terkejut kala mendapati seorang wanita dark, kini bersama Perly. Terlebih, wanita itu adalah kepercayaan Queen Ellona. "Perly!" teriak mereka bersamaan. Perly tak menanggapi begitupun dengan wanita itu. Baru saja mereka ingin berlari menghampiri Perly, dua pemuda tadi sudah lebih dulu menghadang jalan mereka. "Tidak semudah itu untuk lepas dari kami," ucap mereka tersenyum miring. Maka tak ada pilihan bagi mereka untuk kembali melawan jika dua dark itu kembali menyerang. Mereka kembali bertarung sedangkan wanita yang ada di depan Perly akan segera melancarkan serangannya. "Aargg ...!" Wanita itu mengangkat tangannya dan mengarahkannya pada Perly. Trangg! Wanita itu terjatuh ke bawah dan Perly kembali membuka matanya melihat apa yang terjadi. Seorang pemuda sudah berdiri di depannya dengan memunggunginya. Pemuda itu memegang sebuah pedang namun lebih terlihat seperti sebuah akar yang dililiti oleh dedaunan. "Pengacau!" teriak wanita itu marah dan kembali berdiri. Lebih bersungut-sungut daripada sebelumnya. Dirinya paling tidak suka dengan yang namanya pengacau. "Jika kamu tidak mau mati, maka bantulah aku. Jika tidak bisa, lindungi dirimu sendiri jangan menyusahkan aku," ucap pemuda itu tanpa berbalik maupun menoleh. Dan Perly cukup sadar, sangat sadar malah, bahwa pemuda itu sedang berbicara padanya, namun dia tidak tau harus melakukan apa. Hatinya mengatakan dia harus membantu, tapi berbeda dengan pikirannya yang mengatakan dia harus bersembunyi dan menyelamatkan diri. Wanita itu kembali menyerang, dan pemuda itu kembali menangkis serangannya. Semuanya semakin terlihat. Di mana dua kekuatan yang sama sekali tidak seimbang itu beradu di sana. Pemuda itu berkali-kali terjatuh, dan mengganti senjatanya yang tentu akan berkali-kali membuat kekuatannya semakin berkurang. "Tidak!" teriak Perly saat wanita itu mencekik pemuda itu. Perly dengan cepat berlari ke arah wanita itu dan memegang tangan wanita itu kuat. Sangat kuat, ah tak hanya kuat, namun juga panas. Kekuatan lightning yang dia punya membuat tangan wanita itu terasa terbakar membuatnya langsung melepaskan tangannya dari leher si pemuda plants. "Uhuk! Uhuk! Huh ... uhuk! Uhuk!" Pemuda itu terduduk dan terbatuk sambil memegangi lehernya yang terdapat bekas cekikan berwarna hitam dari wanita itu. Perly dengan segera membantu, dan membawa pemuda itu sedikit menjauh dari sana. "Kalian tidak apa-apa?" tanya Zate saat mereka berempat sudah ada di dekat Perly dan pemuda itu. "Bawa dia," ucap Perly pada mereka, tanpa sedetikpun mengalihkan tatapannya dari pemuda yang sedang kesakitan di depannya. "Ta--" belum sempat Marta menyelesaikan ucapannya, Perly sudah lebih dulu pergi dari sana dan mendekat ke arah wanita itu. "Dasar b*****h!" maki wanita itu pada Perly dan menatap Perly penuh amarah. Tangannya masih terasa panas, bahkan luka bakar begitu membekas di sana. "Kau bilang akan mengakhirinya bukan? Aku yang akan melakukannya, aku yang akan mengakhirinya," balas Perly menatap wanita itu tajam. Entah ke mana menguapnya segala ketakutan dalam dirinya. Entah ke mana hilangnya gemetar yang terasa di tubuhnya. Yang jelas, hati kecilnya berteriak, 'itu bukan dirinya!' Wanita itu mendecih, "Gadis kecil sepertimu tidak akan bisa berbuat lebih selain diam dan ketakutan," jawab wanita itu menatap penuh dendam pada Perly. "Begitukah? Mari kita lihat siapa yang ketakutan di sini," gumam Perly pelan. Wanita itu kembali menyerang Perly dan Perly membalasnya dengan mengandalkan kekuatan Lightning yang dia miliki. Dan sekali lagi, sekali lagi yang entah untuk yang ke berapa kalinya, Perly benar-benar tak tau apa yang tengah dia lakukan sekarang. Hatinya menjerit, 'siapa yang mengambil alih tubuhnya?!' Namun di satu sisi, dirinya bersyukur ini terjadi. Setidaknya, meskipun sekalipun ini benar-benar bukan dirinya, ini sudah sangat membantu teman-temannya. Selagi melancarkan serangan, Perly membuat mata wanita itu silau akibat cahaya yang dia keluarkan dari telapak tangannya. "Arrgg ...!" Perly mengarahkan telapak tangannya tepat ke arah jantung wanita itu. "ARRRGGHHH ...!!" Teriakan wanita itu menggema saat merasakan sinar lightning menembus jantungnya. Dalam keadaan yang tak tersentuh secara langsung, jantungnya di dalam sana serasa diremas lalu dibakar begitu kejam. Sungguh, sakit ini terasa lebih sakit daripada hukuman yang Queen Ellona berikan padanya. Wanita itu memegang tangan Perly mencoba untuk melepaskan tangan Perly, namun bukan terlepas wanita itu malah semakin merasa kesakitan karena aliran listrik yang Perly alirkan padanya. "ARRGGHH ...!" Itulah teriakan terakhir yang mampu wanita itu teriakkan sebelum dia hancur dan menyatu dengan debu, diterbangkan oleh angin yang berhembus di sekitar. Mereka masih terkejut, teman-temannya, bahkan Perly sendiri masih terengah di sana. Memandangi butiran hitam di bawah sana, sebelum tubuhnya terasa sangat lemas. Maka tak butuh waktu berpikir bagi Zate untuk segera berlari, menahan berat tubuh Perly yang akan segera tumbang. Begitupun Befra yang mendekat ke arah gadis itu, "Perly, kamu tidak apa-apa?" tanya Befra pada Perly yang sedang mengatur nafasnya. Namun belum sempat Befra memegang Perly, Tier sudah lebih dulu mendorongnya pelan agar menjauh dari Perly. Membuat yang lainnya menatap tak percaya pada pemuda itu. "Jika saja tadi kau tidak meninggalkannya sendiri, ini semua tidak akan terjadi," ucap Tier menatapnya tajam. Ya, Befra sadar itu. Seharusnya tadi dia tidak menuruti perintah Perly dan tetap berada di samping Perly untuk menjaganya. Seharusnya in tidak terjadi, namun kenyataannya ini tetap terjadi dengan dirinya sebagai tersangka. Tatapan Tier semakin tajam menatap Befra yang sekarang mulai menundukkan kepala, "Dan jika kejadian dulu terjadi lagi, aku tidak akan ragu untuk menyalahkan dirimu atas semua ini," lanjutnya dan membantu Perly berdiri, mengambil alih tubuh gadis itu dari Zate. Baik Marta, maupun yang lainnya hanya diam tak ingin ikut campur, mereka tidak ingin semakin menambah masalah saat ini. Perly semakin lemas, sampai Tier harus kembali menggendongnya karena dia tidak kuat untuk berjalan. Sedangkan Zate sedang membantu pemuda tadi untuk berjalan. Mereka semua membawa Perly dan pemuda itu menuju tempat tidur yang tadi mereka buat dan membaringkan mereka di sana. "Biarkan aku seperti ini, kekuatanku hanya sedikit terkuras. Jangan menghawatirkan aku, kalian obati saja pemuda itu," ucap Perly dengan mata tertutup. Zate yang baru saja akan menyalurkan kekuatannya pada Perly terhenti kala gadis itu berucap demikian. Itu bukan ucapan biasa, entah mengapa, itu terdengar seperti sebuah perintah di telinga Zate. Maka tidak ada alasan untuk Zate menarik kembali tangannya menuruti perintah Perly.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN