Bab 12

1110 Kata
***...*** "Makanlah! Kamu terlihat kurus." Richard menyendok makanan ke dalam piring Sofia. "Terimakasih!." Jawab Sofia tertunduk. "Tidak perlu malu begitu, karena kita sekarang akan menjadi keluarga. Kita akan hidup dibawah atap yang sama." Richard menyendok makanan ke dalam mulutnya sembari menatap Sofia yang mengangguk perlahan. "Saya tidak akan berdiam diri, saya akan membantu bibi Ratih bekerja." Jawab Sofia, Richard segera menghentikan makannya. "Aku memintamu tinggal di sini bukan untuk menjadikanmu seorang pembantu! di sini ada bibi Ratih yang bekerja. Tapi jika kamu ingin melakukan sesuatu, kamu bisa membantu dan melayani segala keperluanku. Bisa dibilang Kamu adalah asistenku di rumah." Sofia langsung mengangguk cepat mendengar ucapan Richard. "Baiklah! Saya akan mengurus segala keperluan anda! Percayakan saja kepada saya!." Sofia terlihat tersenyum manis. Richard pun menatapnya dalam. Rupanya pembawaan Sofia sangat ceria. Mungkin hanya keadaan saja yang membuatnya terlihat dingin. "Baiklah! Kamu lanjutkan makan, saya harus pergi dulu!." Richard segera bangkit berdiri membenahi jasnya, kemudian melangkah pergi diikuti tatapan dari Sofia. "Nona Sofia! Anda sungguh sangat beruntung! Karena tuan Richard menganggap anda sebagai keluarganya!." Tiba-tiba bibi Ratih mendekat. "Apa selama ini dia tidak pernah dekat dengan orang lain? Apa dia menutup diri dari dunia luar?." Bibi Ratih terlihat menarik nafas panjangnya. "Sebenarnya Tuan Richard memiliki keluarga besar! Tapi mereka tidak tinggal di sini. Mereka memiliki hunian sendiri! Dan Tuan Richard hanya sesekali saja pulang ke sana. Selebihnya dia tinggal di rumah ini sendiri." Sofia terlihat berpikir membayangkan kehidupan Richard. "Ternyata masih ada orang yang bernasib malang sepertiku, diabaikan oleh keluarga sendiri dan tak Dianggap." Gumam Sofia mengingat nasibnya yang malang. "Bibik rasa kalian sangat cocok! Mudah-mudahan berjodoh!!." Sofia langsung gelagapan mendengar celotehan bibik Ratih. "Jangan bicara sembarangan bibi! Siapa lah aku ini! Hanya wanita biasa, tidak pantas disandingkan dengan Tuan Richard." Wanita paruh baya itu segera geleng-geleng kepala mendengar ucapan Sofia. Namun dalam hati dia menggumamkan doa untuk majikannya tersebut. "Apakah sudah mencari tahu di mana kira-kira Sofia berada?." Noah tampak berbicara dengan seorang pria di hadapannya. "Saya sudah mencarinya tuan muda! Tapi saya sama sekali tidak bisa menemukan jejaknya! Dia seperti hilang ditelan bumi!." Noah menghela nafasnya segera. Dia melerai dasi yang tiba-tiba terasa mencekik lehernya. "Tapi ngomong-ngomong tuan muda! Kenapa tiba-tiba Anda berniat untuk mencarinya?." Asisten Noah Itu tampak memindai wajah bosnya. Karena sejujurnya Dia sangat penasaran, Kenapa tiba-tiba Noah memerintahkan dirinya untuk mencari jejak Sofia. "Dia itu teman masa kecilku! Aku hanya prihatin dengan hidupnya. Dia pasti akan sendirian di luar sana." Jawab Noah berusaha mencari alasan yang tepat. Padahal dalam hatinya sendiri, dia tidak tahu alasan apa sehingga memerintahkan untuk mencari keberadaan Sofia. "Nona Sofia adalah wanita yang cantik! Saya rasa tidak sulit baginya untuk menemukan seorang pria yang mencintainya! Mudah-mudahan saja dijual di luar sana dia akan menemukannya! Hingga dia tidak perlu menderita lagi!." Asisten Noah itu bergerak pergi meninggalkan bosnya setelah mengucapkan kata-kata di atas. Noah pun segera menatap punggung asistennya itu. "Apa benar selama ini Sofia hidup menderita? Bukankah keluarga Anggara memperlakukannya bak seorang putri? Bahkan Sofia kerap kali melakukan kekerasan pada Bella." Noah tiba-tiba menghela nafas resah. Entah kenapa dia merasa penasaran dengan kehidupan Sofia selama ini di keluarga Anggara. "Sepertinya aku harus mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi! Kenapa dia meninggalkan rumah." Noah bergerak meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang diliputi rasa penasaran. *. "Sebaiknya pernikahan Noah dengan Bella dipercepat saja! Aku sudah tidak sabar untuk memiliki cucu dari kedua putra-putri kita!." Tedi sedang melakukan pertemuan dengan Surya. "Aku sih setuju saja. Karena aku merasa kalau Bella memang sudah sangat cocok dengan Noah. Mereka adalah pasangan yang serasi." Jawab Surya menatap wajah sahabatnya itu. Mereka melakukan pertemuan di sebuah restoran bintang lima. "Tapi bagaimana dengan anak gadismu Sofia? Bukankah dia menyukai Noah?." Tedi segera mendengus mendengar pertanyaan Surya. "Sofia itu gampang diatur! Lagi pula kita tidak bisa memaksakan perasaan bukan? Noah mencintai Bella dan itu tidak salah. Sofia satu saat pasti akan bertemu dengan jodohnya sendiri." Surya tampak manggut-manggut. "Kalau begitu percepat saja pernikahan mereka menjadi bulan depan. Aku harap kedua keluarga kita segera bersatu menjadi besan, sehingga hubungan persahabatan kita semakin erat." Ucapan Surya itu membuat Tedi merasa sangat senang. "Iya! Kamu pergilah ke rumahku dan beri lamaran resmi untuk putriku! Aku tunggu di rumah!." Tedi bangkit berdiri menepuk-nepuk pundak Surya. Kedua pria paruh baya itu teramat senang karena sebentar lagi akan menjalin hubungan keluargaan. **. "Anda sudah pulang?." Sofia segera bangkit berdiri saat melihat Richard memasuki ruangan. Dia bergerak cepat membantu pria itu membuka jasnya. "Apa kau menungguku?." Pria itu segera bertanya. "Iya!! Karena di rumah ini saya adalah asisten anda. Dia mengurusi segala keperluan anda. Jadi tentu saja saya harus menunggu anda pulang bekerja. Dan saya juga sudah menyiapkan air hangat di bathtub untuk mandi." Richard tertegun sejenak. Perasaannya tiba-tiba menghangat. "Jadi begini rasanya diperhatikan seseorang." Pria itu segera membatin. Namun ada perasaan bahagia di dalam hatinya. "Baiklah kalau begitu! Saya harus mandi dulu." Sofia bergerak mengikuti Richard masuk ke dalam kamarnya. Dia langsung membuka lemari dan mengambil pakaian tidur pria itu. Richard sempet mencuri tatap ke arahnya. "Dia bagaikan seorang istri yang sedang menunggu suaminya pulang, dan segera melayaninya!! Aah andai hal itu benar-benar terjadi. Betapa bahagianya aku." Richard kembali bergumam di dalam hati. Dia segera mengukir senyum lalu masuk ke dalam kamar mandi. "Ini adalah teh buatan saya." Richard yang baru saja memakai pakaian tidur tampak mengerutkan kening. Secangkir teh hangat sudah terhidang di meja. "Saya biasa minum kopi sebelum tidur!." Jawabnya menatap Sofia. "Mulai sekarang hal itu tidak boleh Anda lakukan! Anda harus berhenti dari kebiasaan minum kopi sebelum tidur! Itu tidak baik untuk kesehatan." Jawab Sofia tidak berani menatap wajah Richard. "Oh begitu!! Terima kasih sudah memberi peringatan kepada saya! Mulai malam ini, kebiasaan itu akan saya hilangkan." Richard segera duduk. Wangi teh langsung menyapa hidungnya. "Ini teh apa?." Tanyanya. "Itu teh melati. Sangat enak dan berkhasiat. Cobalah, barangkali anda suka." Richard segera meraih cangkir. Menghirup aromanya dalam-dalam. Kemudian segera mencicipinya. "Enak sekali!." Ucapnya, dia kembali meneguk isi cangkir itu. Lagi dan lagi hingga habis. Sofia yang masih berdiri di sana tampak mengukir senyum. "Saya baru pertama kali ini menikmati teh! Karena selama ini saya hanya menyukai kopi! Dan ternyata rasanya enak sekali. Sepertinya rumah ini harus menyiapkan stok teh banyak-banyak mulai sekarang." Richard menatap wajah Sofia lama, dan Hal itu membuatnya kikuk. "Selamat malam dan selamat beristirahat tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." Sofia segera berpamitan. Dia melangkah terburu keluar dari kamar. "Kenapa aku deg-degan jika bersamanya? Ada apa denganku?." Gumam Sofia meraba dadanya. ***. Richard melangkah perlahan memasuki kamar, dia menatap sejenak wajah Sofia yang tengah terlelap. "Bibir ini!!." Gumamnya lirih. "Aku sangat ingin menciumnya." Ucapnya kembali. Dia benar-benar tidak tahan ingin mencium bibir Sofia. Dan akhirnya, dia pun menempelkan bibir mereka berdua. ***...***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN