Bab 13

1204 Kata
***...*** Richard benar-benar mencium bibir Sofia. Dia memberi lumatan kecil dibibir wanita yang sedang tertidur itu. Emmm!! Sofia segera menggeliat saat merasakan gangguan pada area bibirnya. Namun untungnya wanita itu tidak membuka mata. Dan tidak sampai terbangun. "Huufftt!! Untung dia tidak terbangun! Aku bisa ketahuan mencuri ciuman darinya!." Richard segera bergumam dengan nada rendah. Dia mengukir senyum senang. Dan kembali mengelus lembut pipi Sofia. "Bagaimana kalau aku tidur saja dengannya? Tapi bagaimana jika dia terbangun sebentar? Apa dia akan marah?." Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak Richard. Karena dia sangat ingin tidur di atas ranjang yang sama dengan Sofia. Akhirnya dengan memberanikan diri, dia pun membaringkan tubuhnya di samping gadis itu. Ditatapnya lama wajah Sofia, sampai akhirnya rasa kantuk menderanya juga. Dan dia tertidur sembari memeluk erat tubuh wanita itu. Pada pagi harinya, Sofia menemukan dirinya yang tengah tertidur terbungkus selimut. "Hooaamm!! Aku tidur dengan nyenyak!." Sofia segera membangunkan tubuhnya. Dia sempat memindai ranjang itu yang terasa hangat. "Apa semalam aku bermimpi? Tapi sepertinya semalam aku Tengah memeluk erat seseorang! Dan aku merasakan kehangatan!." Wanita itu kembali bergumam sambil mengetuk-ngetuk kepalanya. Pasalnya semalam dia merasa Tengah tertidur dalam pelukan seseorang. Dan dia merasa sangat nyaman di sana. "Ah itu hanya mimpi saja!." Serunya kembali lalu turun dari ranjang menuju arah kamar mandi. Tok tok tok!!! "Masuk!!." Sofia berjalan masuk dengan perlahan memasuki kamar Richard. "Maaf tuan!! Saya terlambat menyiapkan pakaian anda." Sofia tertunduk dalam. Dia merasa bersalah karena tidak sempat menyiapkan pakaian kerja Richard. "Tidak apa-apa! Kamu bisa membantuku memasang dasi ini!." Jawab Richard mengukir senyum tipis. Sofia pun mendekat dan membantunya memasang dasi. Jarak keduanya begitu dekat hingga hembusan nafas Richard terasa di wajah Sofia. "Ternyata kamu sangat lihai memasang dasi juga." Ucap Richard sambil memperhatikan wajah Sofia. "Iya tuan!! Dulu saya sering membantu papa memasang dasi jika hendak berangkat ke kantor!." Richard pun manggut-manggut mendengar jawaban Sofia. Sementara wanita itu tampak memasang wajah sedihnya. "Papamu pasti suatu saat akan menyesali segala keputusannya tentang dirimu! Tapi kamu harus berjanji untuk selalu kuat. Jangan terlihat lemah di hadapan orang. Karena mereka akan semakin menindasmu. Jadilah wanita yang kuat dan tangguh. Yang tidak takut apapun." Richard mencondongkan wajahnya menatap wajah Sofia. "Saya mengerti tuan?! Dan terima kasih atas bantuan anda!!." Richard hanya mengangguk sekilas mendengar jawaban Sofia. "Bisa tidak? Kamu memanggilku dengan nama saja tanpa embel-embel tuan. Panggil Richard atau panggilan apapun yang kau suka." Sofia segera mengangguk kecil. "Baiklah Rich!!!." Sofia segera berucap dengan malu-malu. "Nah begitu dong! Saya suka panggilan kamu itu." Richard segera memasang jasnya. Kemudian meraih tas kerjanya. Dia segera memberikannya kepada Sofia. Richard berangkat bekerja dengan perasaan senang dan sukacita. Di bibirnya tersungging senyum terus menerus membuat Surya tampak memperhatikan Bosnya itu dengan dahi yang mengerut. "Dia sungguh menggemaskan!!." Gumam Richard ternyata membayangkan wajah Sofia yang malu-malu terhadapnya. Dddrrttt!!! Richard segera mengambil ponsel yang ada di saku jasnya. "Haaa!! Untuk apa mereka menelpon?." Jelas sekali terlihat arah ada rasa tidak suka saat melihat nama penelpon yang tertera di ponselnya. "Iya ada apa?." "Kakek meminta kamu pulang! Tapi kamu tidak boleh pulang sendirian. Kamu harus membawa pasangan. Karena jika tidak, kakek akan menjodohkan dengan seseorang." Klik!!! Richard segera mematikan panggilan sepihak. Lalu pria itu tampak meraba pertengahan alisnya sembari mendesah kasar. "Pria tua itu! Selalu saja ingin ikut campur dengan urusanku! Dia masih ingin mengaturku seperti dulu." Surya kembali memperhatikan Bosnya itu dari spion mobil. "Jika tuan besar menginginkan anda membawa pasangan. Kenapa Anda mesti takut? Bukankah saat ini anda sudah memiliki pasangan? Nona Sofia sangat cocok untuk di bawah ke kediaman utama!." Richard terlihat berpikir mendengar ucapan asistennya. "Kau benar! Inilah saatnya aku memperkenalkan Sofia kepada mereka!." Richard segera mengukir senyum tipis di bibirnya. "Tapi saya tidak yakin! Kalau tuan Samuel dan nyonya Jenifer akan menyukai Nona Sofia." Richard segera mendengus kesal mendengar ungkapan Surya. "Memangnya aku perduli? Aku besar karena usahaku sendiri. Tidak ada hubungannya dengan keluarga Mandela. Aku bahkan memiliki marga sendiri yaitu Marx. Tidak ada yang bisa menggangguku. Bahkan kakek serta ayahku sendiri." Richard berucap dengan kilatan yang ada di matanya. "Iya bos! Saya sangat mengerti!." **. "Apa mama? Aku akan segera menikah dengan kak Noah? Dan mereka akan membuat acara khusus untuk melamarku secara resmi? Aku benar-benar tidak percaya ini!!." Bella benar-benar senang saat mendengar ucapan Siska. "Iya! Papamu sudah mengkonfirmasi hal ini dengan keluarga Sanjaya! Mereka akan segera melamarmu jadi kamu harus bersiap." Tak terkirakan betapa bahagianya Bella mendengar berita bahagia itu. Dia sudah lama mencintai Noah. Dan akhirnya dia bisa merebut pria itu dari tangan Sofia. "Kenapa kamu berdiam diri saja di situ? Kamu harus segera berbelanja baju mahal dan bagus! Untuk kau pakai di malam lamaran nanti!." Siska segera memeluk putrinya. Dia begitu bahagia dan senang karena akan menjalin perbesanan dengan keluarga Sanjaya yang kaya raya dan merupakan keluarga tersohor di kota itu. "Mama benar!! Aku harus segera berbelanja di butik terkenal! Aku tidak boleh memakai baju murahan! Aku ingin memukau keluarga Sanjaya!." Bella segera berlari kecil menuju arah luar. Dia begitu bahagia dan senang seakan dunia ini hanya miliknya saja. "Bella kamu harus bahagia. Mama sudah berusaha sejauh ini. Dan semua usaha ini tidak boleh sia-sia. Mama sudah ingin menikmati hasil jerih payah Mama." Siska segera bergumam setelah Bella keluar dari kamarnya. Senyum licik pun terbit di bibir wanita itu. ***. "Maaf Nona!! Baju ini sudah dipesan oleh seseorang!!." Bella segera melototkan matanya saat mendengar ucapan pegawai butik. Padahal dari sekian banyak koleksi yang ada, dia hanya menyukai baju yang terpasang di manekin itu. "Tapi Saya hanya menyukai baju ini. Dan saya berani membayar dua kali lipat dari harga yang orang itu berikan." Pegawai butik segera menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa nona! Karena yang memesan baju ini adalah pelanggan tetap. Dia bukanlah orang biasa. Saya tidak bisa memberikannya. Karena ini menyangkut nama baik butik Kami." Bella segera berkacak pinggang di hadapan pegawai itu karena marah. "Saya sudah bilang berani membayar dua kali lipat! Asalkan saya bisa memiliki baju ini!." Pegawai butik Itu tampak menatap jengah ke arah Bella. "Tidak bisa!! Saya tidak akan memberikannya kepada anda. Lagi pula baju ini sudah dibayar mahal oleh pemiliknya. Sebentar lagi, akan ada orang yang datang untuk mengambilnya." Bella menghentakkan kakinya karena kesal. Padahal baju itu sesuai dengan kriterianya. Terlihat mahal dan elegan. "Maaf! Saya ke sini untuk menjemput pesanan saya!." Terdengar suara Bariton yang khas dari seorang pria. Pegawai tadi pun terburu-buru mengambil baju yang terpasang pada manekin. Bella segera menoleh menatap seorang pria tampan bertubuh tinggi yang rupanya menjadi pemilik gaun indah itu. "Dia tampan sekali!! Pasti dia membeli baju itu untuk pacarnya." Bella segera bergumam saat melihat pria tampan tersebut. Namun dia segera mendekati pria itu "Maaf tuan! Bisakah anda mengambil gaun yang lain saja? Karena saya juga sangat menyukai gaun pilihan Anda ini! Dan saya akan mengganti dua kali lipat uang anda." Richard segera menoleh menatap Bella. "Bahkan jika anda membayar seratus kali lipat sekalipun. Saya tidak akan pernah memberikan gaun ini kepada Anda atau siapapun. Karena gaun ini untuk wanita yang spesial di hatiku. Dan dia tidak ternilai harganya." Jawaban Richard sangat tegas. Hal itu membuat Bella hanya bisa menatapnya tanpa mampu berbuat apa-apa. "Dia adalah CEO dari Marx company. Dia sangat kaya raya dan juga tampan. Wanita yang dicintainya sangatlah beruntung." Bella hanya bisa mendengar obrolan pegawai butik itu. "Ah sial!!!." ***...***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN