Dikantin yang ramai penuh dengan desakan Arana duduk disalah satu meja bersama kedua temanya, Arana mengernyitkan dahinya karena Gita dan Nesya yang sedari tadi diam dengan menopang dagu.
"Lo berdua kenapa?" Tanya Arana buka suara karena kecanggungan yang terjadi.
"Ck! Gue bener ganyangka sifat asli Melisa kayak gitu," ucap Gita di angguki Nesya.
"Ck! Ck! Dramanya hebat banget, iblis berwujud malaikat," sambung Nesya.
Arana menghela napasnya dan melanjutkan kegiatan makanya yang sempat terhenti.
"Lo kok ga kaget si na?" Tanya Gita.
"Gue udah tau semuanya," ucap Arana santai.
"Kok lo gapernah cerita?"
"Gapenting," balas Arana dan bertepatan dengan itu pandanganya beralih kepintu kantin, ia melihat kedatangan Melisa dengan Caramel temanya, seketika sudut bibir Arana tertarik dan menampilkan senyuman sinis.
Arana bangkit dari duduknya dan melangkah angkuh menuju pojok kantin.
"Na! Lo mau kemana?!" Teriak Nesya yang diabaikan Arana.
Bola mata Nesya dan Gita membulat sempurna ketika melihat Arana berjalan menghampiri geng Respect yang memang bersarang di pojok kantin.
"Sumpah! Arana kesambet apa!" Teriak Gita menggebrak meja membuat beberapa penghuni kantin menatapnya heran.
Sedangan Nesya melihat Arana dengan wajah tak percaya dan mulut sedikit terbuka, Gita dengan segera merapatkan mulut Nesya, "napas lo bau gausa di buka gitu," gurau Gita yang langsung dihadiahi tampolan oleh Nesya.
Arana terus melangkahkan kakinya menarik beberapa perhatian penghuni kantin, mungkin ini untuk pertama kalinya mereka melihat Arana menghampiri geng Respect seorang diri tanpa ditarik paksa oleh Nesya dan Gita.
Sesampainya di hadapan mereka Arana tersenyum manis dan menyembunyikan anak rambutnya yang terjatuh kebelakang telinga dengan tangan yang satunya ia sembunyikan dibalik punggungnya.
"Hai!" Sapa Arana membuat semua anak Respect melongo tak percaya begitu pun penghuni kantin lainya.
Wanda dengan segera bangkit masi dengan tampang bloonya dan menghampiri Arana, Wanda menempelkan punggung tangannya di dahi Arana, "na, lo gasakit kan?" Tanya Wanda hati-hati.
Arana dengan segera menepis tangan Wanda masi dengan senyumnya, "ga," balas Arana dengan manisnya membuat Wanda memegang jantungnya dan hampir saja terduduk dilantai.
"Mau ngapain?" Tanya Zean buka suara.
Arana merogoh saku roknya dan mengeluarkan sebatang coklat dan menyodorkannya kepada Valdo, "nih buat lo."
Valdo menatap Arana dan coklat itu bergantian dan menepis tangan Arana membuat Andara disebelahnya dengan segera menyenggol bahu Valdo, "gaboleh gitu!" Bisik Andara.
Arana meraih tangan Valdo dan meletakan coklat itu ditelapak tangan cowok itu, "ambil aja gausa sok jual mahal," ucap Arana dan berlalu begitu saja.
Anje memiringkan kepalanya menatap punggung Arana yang semakin lama semakin menjauh, "dami apa yang barusan itu beneran arana?"
"Demi bapak lo kawin sama mbok Asri," ucap Andara mendapat tatapan tajam dari Anje, Mbok Asri adahal penjual bakso langganan mereka dikantin.
Valdo menyerahkan coklat yang barusan diberikan Arana kepada Anje, "buat lo aja," ucap Valdo dan segera bangkit dari duduknya.
Valdo melangkahkan kakinya meninggalkan kantin, lebih tepatnya ia berjalan menuju toilet, sesampainya di toilet Valdo berjalan menuju wastafel dan melihat pantulan dirinya di cermin.
Valdo menggertakan giginya dan memukul kaca di hadapanya dengan tangan kosong membuat kaca tersebut hancur dan darah segar mengalir dari tangan Valdo, tiba-tiba seseorang memasuki toilet dan terkejut dengan keadaan Valdo namun ia segera menundukkan kepala tak berani melihat Valdo yang menatap nya tajam.
Valdo dengan segera keluar dari toilet meninggalkan cowok yang menatap melongo kearah cermin yang sudah hancur bahkan bekas darah Valdo tertinggal disana.
"Valdo!" Teriak seorang gadis membuat Valdo menghentikan langkahnya, Valdo mengernyitkan dahinya melihat Melisa yang tak jauh darinya dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
"Ada apa?" Tanya Valdo.
Melisa menghentikan langkahnya dihadapan Valdo masi dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, "aku disuruh bu-ASTAGA!" pekik Melisa membuat ucapanya terhenti ketika melihat darah menetes dari tangan Valdo.
"Valdo kamu kenapa?!" Panik Melisa.
"Bukan urusan lo," ucap Valdo dan hendak melangkahkan kakinya namun Melisa dengan segera meraih pergelangan tangan Valdo dan menariknya menuju UKS.
Sesampainya di UKS, Melisa dengan segera mengobati tangan Valdo, Melisa meringis melihat tangan Valdo sedangkan siempu tidak menampilkan ekspresi apa pun atau ringisan sedikit pun.
"Habis ini kamu harus periksa kesokter, ini parah Valdo," ucap Melisa setelah melakukan pertolongan pertama.
Valdo dengan segera menarik tanganya dari genggaman Melisa, "ya, thanks," ucap Valdo bangkit dan melangkah meninggalkan Melisa.
Sedangkan dilain tempat kantin masi heboh dengan kabar Arana yang memberikan Valdo coklat, banyak yang berkata Arana terkena karma karena sebelum itu ia selalu meremehkan geng respect.
Arana hanya diam dan menyantap baksonya dalam diam dengan Gita dan Nesya yang terus memandanginya.
"Na, lo beneran dapat karma ya?" Tanya Gita buka suara masi dengan menopang dagu dan memandangi Arana.
Arana menoleh dan mengangkat satu alisnya, "emang karma itu ada?" Tanya Arana cuek.
"Astaga Arana! Karma itu ada! Dan sekarang lo udah kena karmanya Arana!" Geram Nesya.
Arana hanya menatap Nesya dengan wajah datarnya dan menggedikkan bahunya, "oh."
"Lo beneran suka sama Valdo na?" Tanya Gita.
"Menurut lo?" Arana balik bertanya membuat Gita mendengus.
"Kok bisa tiba-tiba si na? Atau lo emang udah lama suka sama Valdo?" Tanya Gita lagi.
Arana kembali menggedikkan bahunya masi dengan kegiatan menyendokkan bakso kedalam mulutnya, cuek bebek walaupun sekarang satu sekolah sedang menggosipkannya, toh selama ini ia memang sudah terbiasa menjadi sorotan dan bahan gosipan, jadi untuk apa ia memikirkan hal spele tersebut.
Masi ditempat yang sama tapi diposisi yang berbeda sekarang empat cowok yang diidolakan banyak wanita menatap seorang gadis yang duduk ditengah kantin dengan kedua temanya.
"Arana kalau senyum kayak tadi manis banget ya," ucap Wanda membayangkan wajah Arana tadi.
"Tapi apa bener Arana suka sama Valdo? Bukanya selama ini mereka kayak musuh bebuyutan?" Ucap Anje.
Andara menganggukan kepalanya dengan wajah serius, "tapi biasanya musuh bisa jadi cinta soalnya musuh sama cinta itu beda tipis," ucap Andara.
"Tapi lo ngerasa ini mendadak ga si?" Tanya Anje dan dibalas gedikan bahu oleh Wanda dan Andara.
Sedangkan Zean sedari tadi hanya diam mendengarkan dengan pandangan yang tam pernah lepas dari sosok Arana yang duduk bersama ketiga temanya ditengah kantin.
***
"kalian lihat ga si tadi wajah wanda?" Ucap Gita sembari berjalan menyusuri koridor ditemani Arana dan Nesya.
"Sumpah tampangnya bikin ngakak," ucap Nesya dan tertawa diikuti Gita.
"Gacuma Wanda si, banyak yang kaget loh na waktu lo ngehampirin geng Respect," ujar Gita.
"Hm," gumam Arana dengan wajah datar nya.
Mereka terus berjalan hingga berpapasan dengan Vanya kembaran Valdo yang mereka ketahui sebagai kekasih Valdo. Arana melihat Vanya dengan sorot mata tajam begitupun sebalik nya, sangat singkat namun membuat orang disekitarnya merinding.
Setelah Vanya melangkah cukup jauh Nesya pun membuka suara, "buset na ngeliatnya biasa aja kali, walaupun dia kekasih Valdo tapi sebelum janur kuning melengkung masi ditikung kali na."
"Nah setuju nih gue sama Nesya," sahut Gita yang sama sekali tidak ditanggapi Arana, gadis itu hanya diam dan terus melangkahkan kakinya.
Dilain tempat, Valdo dan keempat temanya sedang berada dikelas yang ricuh akibat freeclass, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing, semuanya terlihat bahagia terkecuali geng Respect yang tergambar jelas raut bosan di wajah mereka terutama Anje, wanda dan Andara.
Entahlah sejak kembali dari toilet Valdo lebih berbeda bahkan ketika mereka menanyakan apa yang terjadi dengan tangannya, cowok itu hanya diam dan mengabaikan mereka
Anje, Wanda dan Andara menopang dagu diatas meja dan sedari tadi menghela napas, Zean yang sibuk membaca komik dan Valdo yang sedari tadi diam dengan memandangi seorang gadis yang duduk dibarisan depan.
Anje yang mulai tidak tahan dengan kebosanan yang melanda akhirnya membuka suara, "Kita itu remaja suka cita penuh canda dan tawa tapi kenapa sekarang ngebosanin?" Ucap Anje.
Dan kriikkk..
Semuanya mengabaikan Anje yang terpaksa mengusap d**a menghadapi teman-temanya yang entah dilanda apa hingga pandangan Anje jatuh kepada Valdo.
"Val!" Panggil Anje dan lagi lagi diabaikan.
Anje mengikuti pandangan Valdo dan tepat dititik yang dilihat Valdo, Anje melebarkan matanya dan menggebrak meja membuat Wanda dan Andara yang sedari tadi melamun tergelonjak kaget begitupun dengan Zean yang hampir menjatuhkan komiknya.
"Anjing lo!" kesal Wanda.
Anje meletakkan jari telunjuk di bibirnya dan mengisyaratkan agar mereka mengikuti arah pandang Valdo dan semuanya pun mengikuti isyarat Anje dan mengernyitkan dahi mereka.
"Lo suka sama si kutu buku val?" Tanya Andara membuat Valdo tersentak kaget dan menoleh kearah Andara yang berada dibelakangnya.
"Ga," jawab Valdo singkat padat dan jelas.
"Terus kenapa dari tadi lo ngelihatin tuh cewe?" Tanya Anje.
"Jujur aja kali Val, kita bakal dukung siapa pun pilihan lo, lagian kalau dilihat-lihat Melisa juga cantik, badanya juga berisi" ucap Wanda dan di angguki Andara.
Anje yang menangkap tatapan tak suka dari Valdo dengan segera mengalihkan topik, "dari pada bosan mending main game."
Zean yang sedari tadi diam mengangkat alisnya, "game apa?"
Anje meletakkan jarinya di dagu seperti orang yang berfikir keras dan tak lama kemudian ia menjentikkan jarinya.
"Angkat tangan kalian," perintah Anje yang mendapat tatapan aneh dari keempat temanya.
"Malu sama badan kekar lo njeng, udah gede masi aja main polisi-polisian," ucap Wanda.
Anje berdecak kesal, "lo pikir gue masi demen mainan bocah!"
Wanda menggedikkan bahunya, "kali aja, kan lo rada sinting."
"Ayo angkat satu tangan kalian," perintah Anje yang kali ini diikuti keempat temanya membuat Anje mengembangkan senyumnya, ia sendiri pun ikut mengangkat tanganya.
"Harus jawab jujur, kalau gak gue sumpahin bapak lo nikah sama mbok Asri," ucap Anje dan di angguki semuanya.
"Put your finger down, kalau kalian masi suka nonton bokep," ucap Anje yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Wanda.
Wanda pun melipat satu jarinya dan disusul Andara, "Ganyangka gue kalian masi suka nonton gituan," ucap Anje namun sesaat kemudian ia ikut melipat jarinya.
"Lo juga g****k!" Kesal Andara yang dibalas cengiran oleh Anje.
"Oke lanjut."
"Put your finger down, kalau kalian masi suka kencing sembarangan," ucap Anje dan Zean melipat satu jarinya.
Anje pun melanjutkan permainan, "put your finger down, kalau kalian lagi dekatin cewek." Dan Wanda kembalu melipat satu jarinya.
"Aduh! Syapa tu bang?" Goda Anje membuat Wanda ingin sekali menyumpal mulut Anje dengan sepatunya.
"Santuy bang, ayo lanjut," ucap Anje.
"Put your finger down, kalau kalian kalian lagi suka sama seseorang." Wanda melipat satu jarinya dan disusul Valdo yang ikut melipat satu jarinya membuat semuanya melongo.
"Lo suka sama siapa val? Arana? Atau jangan-jangan Melisa?" Tanya Anje mengintimidasi.
Valdo berdehem dan meraih sebotol air mineral yang ada di mejanya dan meneguknya dan tak lama kemudian seorang guru pun memasuki kelas membuat Valdo menghela napas lega.
Kelas kembali hening dan pelajaran pun dimulai.
"Menurut lo Valdo suka sama siapa?" Bisik Anje kepada Wanda yang menjadi teman semejanya dan Andara yang duduk dibelakangnya bersama salah satu teman sekelas mereka yang bernama Fano pun ikut menyimak.
Wanda pun terlihat berfikir sesaat, "gue rasa Melisa."
Anje pun manggut-manggut menyetujui ucapan Wanda, "kasian gue sama Arana."
"Soal hati gaada yang tau, karena tuhan bisa aja balikin hati manusia dalam sekejap," ucap Andara yang sedari tadi menyimak.
"Anjir Nda bisa bijak juga lo ternyata," kagum Anje.
"ANJE! WANDA! ANDARA! perhatikan kedepan!" Teriak bu Anom yang sedang mengajar.
Ketiga cowok itu pun nyengir tanpa dosa dan kembali fokus ke pelajaran walaupun mereka hanya menatap kosong papan tulis yang ada di depan kelas dengan otak yang entah menjelajahi dunia bagian mana.
***
Valdo menatap lurus televisi yang ada dihadapannya dan tiba-tiba saja Vanya menghampirinya dan duduk disebelahnya.
"Gue denger tadi Arana ngasih lo coklat di kantin." Ucapan Vanya membuat Valdo menoleh kearahnya.
"Hm."
"Apa lo gabisa maafin dia?" Tanya Vanya membuat Valdo menatapnya dengan raut berbeda.
"Gue rasa lo masi ingat prinsip gue," ucap Valdo dan bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua.
Vanya menghela napasnya dan kembali sibuk dengan ponselnya.
"Valdo kemana?" Tanya Lea menghampiri putrinya.
Vanya pun menggedikkan bahunya, "gatau ma, kayaknya tu bocah lagi pms, dari tadi badmood mulu," adu Vanya.
Lea pun tersenyum, "Valdo ada pacar?" Tanya Lea dan dibalas gelengan oleh Vanya.
"Kayaknya Valdo belok," ucap Vanya santai dan memakan cemilan yang ada dipangkuannya.
Lea pun menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra dan putrinya, namun mereka lah yang membuat hidup Lea semakin bewarna.