Roti Jepang

1161 Kata
Valdo melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah cukup lama ia nongkrong bersama teman-temanya. Sedari tadi ada yang menganggu pikiranya dan ada rasa gelisah dihatinya, entahlah Valdo tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba gelisah. "Lo kenapa?" Tanya Zean yang melihat kegelisahan Valdo. Valdo kembali melirik jam dan menoleh kearah teman-temanya. "Gue balik dulu," pamitnya. Anje mengernyitkan dahi nya. "Baru juga jam segini Val, lo takut dimarahin ortu lo? Bukanya batas lo main sampe jam 12?" Valdo yang masi gelisah kembali melirik jam, mungkin siapa pun yang melihat kelakuan Valdo saat ini geram karena ia selalu melirik jam dengan kaki yang bergerak tak bisa tenang. "Gue lupa tapi Vanya nitip Roti jepang," jawabnya. "Buset dah, cewek emang ribet ya," ucap Andara. "Yaudah sana, sebelum diamuk bebeb Vanya," usir Wanda. "Kalo gitu gue duluan ya," pamit Valdo diangguki teman-temanya dan barulah setelahnya ia bangkit dan berjalan keluar Cafe. Sesampainya diluar Valdo menelepon Vanya namun tidak ada jawaban, ia kembali memeriksa pesan yang ia kirim beberapa waktu yang lalu namun masi belum dibaca. Ya, saat ini Valdo sangat mengawatirkan kembaranya itu, bukan masalah roti jepangnya, tentunya alasan yang ia berikan kepada teman-temanya tadi bohong. Valdo yang tak kunjung mendapat balasan dari Vanya mendesis kesal, ia dengan segera menaiki motornya dan melajukanya dengan kecepatan diatas rata-rata. Valdo melajukan motornya menuju markasnya yang seperti kata Vanya beberapa hari yang lalu, akan ada yang menyerang mereka. Maka dari itu Valdo dan Vanya malam ini berencana menggagalkan p*********n tuan X'D apakah kalian ingat siapa tuan X'D? Orang yang memberi Lea racun ketika ia baru kembali ke Indonesia. Ya, walaupun sudah semakin tua dan memiliki anak, Lea masih memiliki musuh yang berlatar belakang dendam, tetapi sekarang anak Lea sudah besar jadi mereka yang sering menghadapi musuh tanpa sepengetahuan Lea setelah kejadian itu, sebelumnya Lea membebaskan mereka namun beberapa tahun yang lalu karena kejadian itu Lea sama sekali tidak memeperbolehkan mereka menjalankan misi atau pun berdekatan dengan s*****a. Sesampainya di markas Valdo dengan segera berlari masuk dan terdapat banyak bercak darah di dinding dan lantai bahkan diantaranya ada yang meninggal, Valdo mengepalkan tangannya ketika melihat sosok yang sangat ia kenali terduduk lemah dipojok ruangan. "Vanya!" Panggil Valdo segera mengahampiri. Valdo merobek ujung kaus nya dan membalut luka dikaki Vanya yang mengeluarkan cukup banyak darah. "Udah gue bilang tungguin gue!" Kesal Valdo dengan nada tinggi membuat Vanya menundukkan kepalanya tak berani menatap Valdo. "Maaf," lirihnya. "Lo itu keras kepala, untung cuma kaki lo yang luka, kalau sampai kayak dulu gimana?" Marah Valdo membuat Vanya semakin menundukkan kepalanya. Valdo terus memarahi Vanya sembari mengobati luka kembaranya itu membuat Vanya semakin berasa bersalah. "Sekarang mau alasan apa ke mama?". Tanya Valdo melirik kaki Vanya. "Bilang aja gue jatuh." "Udah basi vanya!" Vanya semakin menundukkan kepalanya, ia dapat melihat dengan jelas banyak penjaga yang tergeletak tak berdaya di lantai. Valdo mendekatkan tubuhnya dan memeluk tubuh Vanya yang gemetaran. "Gue gamau hal yang dulu ke ulang lagi vanya." Vanya membalas pelukan Valdo. "Maaf," lirihnya sekali lagi. Valdo membantu Vanya untuk berdiri dan meminta beberapa bawahannya untuk membereskan markas beserta mayat-mayat yang tergeletak disana. Untuk alasanya Valdo akan memikirkanya nanti, bahkan ia rela jika harus dihukum dipojok hukuman, ini juga kesalahnya dan beruntungnya hal itu tidak keulang kembali. *** Disaat jam istirahat seperti biasanya kantin pasti penuh, Arana sedari tadi mengedarkan pandanganya kepenjuru kantin namun ia tidak menemukan tempat yang kosong. "Udahlah na, kita gabung sama anak Respect aja, mereka pasti bolehin kok," ujar Gita yang sudah lelah berdiri sedari tadi. "Iya na, gue juga udah pegel," sahut Nesya. Arana menghela napas dan menganggukan kepalanya. "Tapi jangan lama-lama, habis makan langsung cabut," ucap Arana dianggukki kedua sahabatnya. Ketiga gadis itu pun berjalan ke pojok kantin tempat yang diisi oleh lima cowok yang sedang memakan makanannya dengan diselingi tawa dari beberapa cowok itu. Sesampainya disebelah meja yang diduduki anak Respect Nesya dengan segera membuka suara untuk menjawab tatapan heran kelima cowok itu. "Kita boleh gabung disini ga? Soalnya gaada tempat lain," pinta Nesya dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya sedari tadi. Wanda mengembangkan senyumnya dan segera bangkit dari kursi nya, ia menarik kursi disebelahnya. "Ayo silahkan." "Thanks," ucap Nesya dan segera duduk diikuti Gita dan Arana. "Ternyata Arana kalau dilihat dari dekat makin cantik ya," ucap Anje yang duduk dihadapan Arana, Arana membalasnya dengan senyuman tipis dan mulai memakan makanannya. Arana sedikit melirik cowok yang duduk disebelah Anje, Arana dapat melihat dengan jelas cowok itu sedang memperhatikan seorang cewek yang berdiri tak jauh dari mereka dengan jalan yang sedikit pincang. "Vanya!" Ya cowok itu adalah Valdo, dan sekarang ia memanggil cewek yang sedari tadi ia perhatikan. Vanya yang merasa namanya terpanggil berjalan mendekati Valdo dengan seorang sahabatnya. "Apa?" Tanya Vanya setelah mendekati Valdo. Valdo menarik kursi kosong disebelahnya. "Duduk disini," ucap Valdo, tidak, itu lebih tepat seperti perintah. Vanya tersenyum tipis dan duduk di samping Valdo diikuti sahabat Vanya yang duduk disebelahnya, ya meja tempat Respect memanglah luas. "Aduh A'a Valdo sosweet banget, mau dong digituin," ucap Andara menaik turunkan alisnya menatap Valdo, sedangkan Valdo hanya menatapnya datar tak berminat untuk memulai perdebatan dengan Andara. "Menurut kalian cantikan mana Arana atau Vanya?" Tanya Wanda tiba-tiba membuat Arana tersedak. Zean yang tak jauh dari Arana dengan segera menyodorkan segelas air. "Thanks," ucap Arana kepada Zean yang dibalas senyum tipis oleh cowok itu. "Cantikan Arana lah," sahut Anje. "Vanya cantik tapi pawangnya galak," ucap Andara melirik Valdo yang hanya memasang wajah datar. Arana, Gita dan Nesya hanya mendengarkan dan melanjutkan makan mereka, sepertinya Gita dan Nesya tidak suka dengan kedatangan Vanya. "Gita, minta no wa lo dong," pinta Wanda menyodorkan ponselnya kepada Gita. Gita menaikkan satu alisnya tetapi tetap menerima ponsel yang disodorkan Wanda. "Buuat apa?" "Buat hubungi lo lah, kali aja ada hal yang penting," jawab Wanda, Gita pun menuliskan deretan angka di ponsel cowok itu, setelah selesai ia pun mengembalikannya. Sedangkan Nesya yang sudah selesai makan menopang dagunya dan menatap sosok yang ada di hadapanya. "Lo gamau minta no gue gitu?" Tanya Nesya kepada cowok di hadapanya. Zean menaikkan satu alisnya. "Buat?" Nesya pun mengembangkan senyumnya. "Benar ya kata orang lo itu dingin banget, ya buat komunikasi lah sekalian pendekatan," ucap Nesya to the poin tanpa ada malunya. Zean mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya kepada Nesya. "Yaudah catat." Nesya mengembangkan senyumanya dan dengan segera mengambil ponsel yang disodorkan Zean. "Lo berdua udah selesai makan kan? Yaudah balik ke kelas," ucap Arana yang tiba-tiba berdiri. Arana melirik sekilas kelima cowok itu termasuk Vanya dan sahabatnya. "Makasih udah bolehin kita duduk disini," ucapnya dengan wajah datarnya dan berlalu begitu saja. Gita sontak mengejar Arana disusul Nesya yang baru selesai menuliskan nomornya di ponsel Zean. "Jangan lupa dihubungi ya!" Teriak Nesya kepada Zean sembari berlari mengejar Arana dan Gita. "Gila, Arana kalau udah ketemu Valdo wajahnya datar kebangetan," heboh Anje yang sedari tadi merasakan aura berbeda ketika Arana dan Valdo berdekatan. Wanda pun menopang dagunya keatas meja. "Gue jadi ngebayangin kalau Arana pacaran sama Valdo, itu gaya pacarannya gimana ya? Diem-dieman? Atau adu wajah datarnya?" Ucap Wanda membuat Valdo mendelik kesal. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN