C H A P T E R VI

1105 Kata
Jeffry Pov  Kuraih ponselku lalu ku cari satu nama dalam daftar kontak ku... sesaat kemudian aku sudah menemukannya,  dia yang tak pernah bisa kulupakan disetiaphembusan nafasku. Segera kupilih kontak dengan nama Olive ku tekan tombol hijau tak lama berselang koneksi telpon tersambung namun tak ada sahutan dari Olive...kucoba lagi dan lagi namun tetap tak dijawab...aku frustasi, Liv ayolah angkat dongtelponnya... Pikirku memohon... Menit berikutnya aku kembali menghubungi Olive hatiku keluh, jantungku berdebar-debar tak menentu... Mengingat aku memang salah...aku mengabaikannya setelah hari itu, aku berbohong padanya aku tidak menelponnya seperti yang alu janjikan. Kini gilirankuyqng harus menanggung rasa bersalah ini... Olive tetap tak menjawab telponku, kembali lagi ku coba menelpon ini untuk yang ke tujuh belas kalinya, aku sungguh berharap kali ini Olive mangangkattelponku... Terdengar sambungan telpontruuuu...truuuu... Truuu tepat pada deringan keempat terdengar suara merdu diujung sana, "Hallo..." ucapnya malas "Hallo Liv" ucapku ragu. "Gimana kabarmu Liv" tanyaku lagi "Apa pedulimu hah?"sahutnya ketus, aku terperanjat... Oooh tidak Olive marah besar bisikku dalam hati. Live maafkan aku ya... Aku ga menepati janjiku kemari, Ujarku memohon. "Bodo... Emang gue pikirin" sahutnya meninggi.., ala mak matilah aku...bagaimana ini? Gumamku hampir putus asa. "Liv...dengar dulu Liv", aku ga maksud bikin kamu kecewa... aku ada masalah kemarin-kemarin" ujarku makin memelas. "Aku ga mau dengar kamu lagi... Kamu pecundang, manusia tak bertanggung jawab, sono pergilah jauh-jauh dari hidupku" tut...tut...tut, sambung telpon diputus Olive...aduh...sial... Liv jangan lakukan ini padaku... keluhku makin frustasi. Kulempar ponselku ke atas kasurku. Aku membaringkan diri menatap langit-langit kamar sambil memutar otak memikirkan bagaimana caranya bicara dengan Olive, baiklah aku coba lagi semoga dia mau mendengarku bisikku lirih pada diriku sendiri. Kurang kembali ponselku yang tadi ku lempar, segera ku dial kembali nomor Olive. Truuu...truuu...truuu terdengar nada panggilan tersambung Saat berikutnya Olive menjawab telponku... Hatiku sangat senang... Namun betapa terkejutnya aku sebab lagi-lagi sambungan diputus sepihak olehnya... Aku semakin putus asa... Segera ku dial lagi nomor Olive dan kali inj dia segera mengangkat telponku. "Hallo...kenapa lagi sih?" ucapnya sinis " Liv... Dengar dulu dong...jangan langsung ditutup gituplease Liv" ujarku memohon. "Oke... tapi tidak pakai lama, aku masih banyak urusan" ucapnya tegas. "Baiklah...begini Live pulang dari tempatmu uangku hampir habis aku gunakan untuk memperbaiki motor, jadinya aku mesti minta ke orangtuaku dulu... Karena tak ada pulsa buat telpon akhirnya aku sms ibuku tapi tak langsung dibacanya. aku mesti tunggu kabar darinya Liv...sms itu terakhit yang bisa aku kirim Liv... Aku ingin datang tapi motorku masih belum bisa digunakan dalam jarak yang jauh...dan aku kembali membawanya ke tempat service dan sekarang baru saja selesai." Jelasku panjang lebar...hening sesaat tak terdengar jawaban Olive. Hallo...Liv...kamu masih disana? Tanyaku pelan takut membuatnya makin marah. "Iya...kenapa? Uda selesai apa belum bicaranya? Klo uda aku mau tutup" tanyanya ketus. "Liv...please... Jangan bikin aku makin frustasi" ucapku memohon. "Apa mau mu? Kamu sudah memperlakukan aku seenaknya sendiri... Kamu ngerti ga apa yang aku rasakan? kamu sungguh membuatku kehilangan rasa percaya" ucapnya dengan suara yang meninggi dan terasa makin ketus. " Liv...please... Maafkan aku... Aku akan menebus semua kesalahanku ini... aku akan datang kesana malam ini, boleh khan Liv? Tanyaku yang lebih seperti memohon. " Maaf aku lagi sibuk jadi lain kali aja" jawabnya singkat. Aku tak berani memaksanya lagi...hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri panggilanku, supaya Olive tidak semakin kecewa dan marah padaku. "Baiklah Liv... Jika memang kamu sibuk nanti aja aku datangnya. "Liv...kamu masih marah?" padaku? Tanyaku ragu..." Masih" sahutnya tinggi...aku terdiam sejenak menarik nafasku dalam lalu menghembuskannya lagi... "oke Liv uda dulu ya...maaf uda ganggu...makasih ya waktunya" pamitku yang kemudian di jawabnya " Iya" singkat padat dan jelas, belum sempat aku bicara lagi terdengar  suara tuutt...tuuut sambungan diputus. Aku tercenung sejenak lalu meletakan ponselku di atas meja selanjutnya aku memilih membaringkan tubuhku yang terasa sangat letih meskipun aku tak bekerja...ya...letih memikirkan bagaimana memperbaiki hubunganku dengan Olive. Olive benar-benar marah padaku... Liv...tolong dongmaafin aku...bisikku lirih...hubungan yang aku bangun dengan susah payah bertahun-tahun akankah hancur lagi?....tidak...tidak...tidak teriakku keras... Setelah berteriak aku memperhatikan sekelilingku aku takut tetangga  mendengar teriakkan ku, untungnya ta ada yang mendengar...aku kembali meringkuk di kasur tipisku...mengenang kebersamaan dengan Olive tiga hari lalu... Sangat manis...aku ingin mengulangnya lagi Liv ...jangan begini...jangan tinggalkan aku...aku takkan sanggup Liv...mataku berkaca-kaca memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi... Namun aku segera tersadar aku harus bangkit... Aku tak boleh menyerah... Olive adalah milikku...dia milikku selamanya. Aku menatap jam di ponselku pukul lima sore, aku segera bangun dan segera meraih handuk dan perlengkapan mandi lainnya kemudian berjalan dengan semangat menuju kamar mandi, aku mulai membersihkan tubuhku dan mengguyur air dingin ke kepalaku yang terasa sangat menyejukkan disusul aroma wangi dan lembut lemon dari sabun mandi yang kugunakan sangat menenangkan, seketika aku mulai berbisik  aku harus berjuang, bertekad untuk Olive, sehabis mandi aku akan menghubungi Olive lagi. Aku harus berhasil membuat Olive percaya padaku. Setelah mandi aku segera mengenakan kaos biru laut dan celana jeans hitam selutut setelah merasa rapi aku menjemur handukku dengan menggantungnya pada sebuah gantungan baju supaya tetap kering ketika mandi berikutnya. Aku segera meraih ponselku,  segera ku dial lagi nomor Olive sesaat berikutnya terdengar nada tersambung namun tak ada jawaban hingga nada sambung terhenti, kucoba lagi dan lagi sampai pada panggilan kedelapan barulah aku mendengar suara yang kunanti-nantikan... "Hallo... Kenapa lagi Jeff?" ujarnya ketus. Hallo Liv... Aku ingin tau keadaanmu Liv, Kamu uda makan apa belum?" sahutku lembut tak ingin membuatnya lebih marah. Sebab aku memang membuatnya kesal...aku selalu menelponnya sepanjang hari ini. "Uda...kenapa?" jawabnya yang masih dengan nada kesal dengan balik bertanya. " Ga apa-apa Liv...aku senang klo kamu uda makan" ucapku pelan. "Besok punya waktu ga Liv?" tanyaku ragu " mau apa?" tanyanya balik "Mau main kesana, lihat kondisimu liv" jelasku singkat " aku sehat ga perlu repot-repot kemari" jawabnya lagi-lagi ketus aku semakin frustasi, semangatku melemah...aku hampir putus asa mendengar jawaban Olive yang selalu ketus. " oke kalau gitu aku jemput kamu ya... Kita jalan-jalan ya" lanjutku memohon. "Apa? Kamu belum puas bohongin aku kemarin? Aku tak mau didatangin dan tak lihat wajahmu lagi" ucapnya pedas. " Aduh Liv...lagi-lagi aku salah... Kenapa liv, kenapa kamu ga bisa maafin kesalahanku?" Tolong maafin aku Liv ucapku memohon... " Baik aku maafin tapi aku tetap tak ingin berjumpa kamu lagi" jawabnya datar. Aku menarik napas dalam, setelah menghembuskannya aku kembali mencoba memberanikan diri memohon sekali ini lagi. "Liv...kamu benar maafin aku? Jika itu benar berarti aku boleh dong main" " Ga... kamu ga boleh datang lagi kemari" sahutnya tegas "Pokoknya besok aku datang, tunggu aku jangan kemana-mana" ucapku tiba-tiba hampir berteriak. Olive terdiam ...  Lalu aku kembali menegaskan... Liv kamu harus tunggu aku ya aku akan datang besok. Olive mendesah kesal namun akhirnya dia menjawab " iya aku tunggu kloga sibuk" ucapnya beralasan, "pokoknya harus tunggu Liv" tegasku lagi. " ya uda ..." jawabnya malas, namun itu sukses membuat hatiku berbunga-bunga. "Baiklah Liv... makasih akhirnya kamu mau menerimaku, sampai besok siang ya" iya sahutnya singkat. " uda ya, aku masih ada tugas nih" ucapnya inginmengakhiri sambungan "Oke baiklah... daag ya sampai besok," "Oke...daah"                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN