C H A P T E R VII

1383 Kata
Olive Pov Aku sangat malas melihat ponselku yang  tak berhenti berdering, entah sudah yang keberapa kali ponsel itu berdering namun tak ku hiraukan lantaran hatiku belum dapat berdamai dengan pembual, rasanya sangat sakit dibohongi aku ingin menjauh bahkan tak pernah mengenalnya lagi. Namun lagi-lagi nama JEFFRY  yang terpampang dilayar ponselku untuk yang kelima belas kalinya, namun saat ini ponsel ku di silent hingga tak bising seperti tadi. Aku mulai jenuh dengan panggilan di ponsel ini hingga berniat menonaktifkannya namun aku takut ada keluarga yang ingin menghubungiku akhirnya aku terpaksa mengurungkan niat itu. Pada panggilan ketujuh belas aku meraih ponselku dan perlahan kutekan gambar gagang telpon hijau yang sedari tadi tak henti bergerak-gerak dilayar ponselku, panggilanpun tersambung. Tanpa ada semangat sama sekali aku menjawab panggilan tersebut “ Hallo...” ucapku malas. “Hallo Liv gimana Kabarmu?”, aku tahu itu hanya basa basi seorang pecundang lantas aku menjawabnya dengan kesal, “Apa pedulimu hah?” tanyaku geram dan banyak lagi percakapan kami yang tak ku ingat aku begitu membencinya. Ketika malampun dia kembali menghubungiku berkali-kali tanpa ku ingat sudah panggilan yang keberapa saat aku menerima panggilannya kami berbincang tanpa ada satu keselarasan dia ingin datang dan mengunjungiku namun aku selalu menolak, aku sangat sulit untuk percaya lagi padanya. Berkali-kali dia membujukku namun hatiku seolah terkunci. Akhirnya dia menegaskan padaku “ Liv apapun yang terjadi besok kamu harus tunggu aku”, ucapnya tegas setengah berteriak... aku terperanjat mendengar ucapannya meski setengah berteriak ada nada frustasi dalam suaranya ada keputusasaan yang dapat aku rasakan hingga suaranya terdengar serak dan bergetar. Meskipun mendengar hal itu aku tak langsung mengiyakan aku tetap membuat berbagai alasan supaya dia tidak datang. Namun lagi-lagi aku mendengar suara parau yang sangat frustasi...hingga akhirnya aku mengiyakan permintaannya dan memaafkannya. Aku bukan tipe orang yang muda memaafkan jika hatiku sungguh sangat sakit, namun entah kenapa mendengar rengekan seorang Jeffry hatiku bisa tersentuh untuk memberi dia kesempatan kedua, walau tak sepenuhnya percaya. Janji Jeffry untuk datang malam ini tak terlalu ku pikirkan, pagi ini aku mulai mengawali hari ku dengan aktifitas seperti biasa aku bangun berdoa lalu dilanjutkan dengan merapikan kamarku, mulai dari merapikan selimut, seprai, menyapu, mengelap debu-debu pada semua benda di kamarku dan terakhir mengepel lantai. Sudah lama sekali aku tidak membersihkan semua sepereti ini hampir satu bulan ini aku hanya menyapu saja sebab tak ada tenagaku untuk melakukan lebih, entah bagaimana hari ini aku mulai mendapatkan kekuatan untuk bangkit dan melakukan semuanya seperti biasa, aku pun heran dengan diriku ini, setelah semua beres aku meraih handuk dan piyama mandiku dan segera meletakkannya di kamar mandi, lalu aku kembali ke kamar untuk membawa air panas yang sedari tadi aku panaskan di hitter, aku masih belum bisa untuk selalu mandi air dingin jika cuaca buruk aku terpaksa mandi air hangat sebab jika dipaksa mandi air dingin tubuhku bisa menggigil seperti mau pingsan rasanya jantungku sangat dingin dan aku tak bisa bergerak bila itu terjadi, ini pernah ku alami setelah aku keluar dari rumah sakit, hingga aku sangat takut jika kedinginan. Aku mengguyur tubuhku kemudian kepalaku hingga rambutku yang panjang hampir menyentuh pinggang basah semua terasa nyaman ketika air hangat menyentuh kulit kepala dan tubuhku, setelah keramas dengan shampooh dengan aroma lembut telur dan madu aku melanjutkan membersihkan tubuhku dengan lulur mandi harum lavender kesukaanku yang terasa sangat menyegarkan. Setalah kegiatan mandi ku usai, aku segera mengenakan piyama dan melilitkan handuk pada rambutku yang basah untuk membantu mengeringkannya. Aku keluar dari kamar mandi namun rumah ini masih sepi, hanya langkah kaki tante Wati yang sedari tadi mondar-mandi merapikan rumah dan semua perabot. Aku masuk ke kamarku dan mengunci pintu, segera ku raih deodoran aroma rose yang sangat lembut menenangkan, kemudian kuraih hand body ku yang menyebarkan aroma milk aku sangat suka memakainya sebab terasa lembab dan sangat lembut dikulit ku. Kemudian aku meratakan hand body tersebut keseluruh tubuhku. Aku melanjutkan kegiatanku dengan memilah-milah pakaian yang akan ku kenakan hari ini, setelah menemukan yang dirasa cocok dan nyaman dengan suasana hatiku aku segera mengenakannya, aku memakai kaos ungu muda yang berlapis brukat ungu muda juga dengan motif kembang yang mengelilingi seluruh tubuhku, kemudian aku mengenakan celana putih selutut dengan karet diujung bawah samping kiri kanannya yang membuat kesan berkerut aku suka celana ini soalnya sangat simple. Aku melepaskan handuk yang sedari tadi meliliti rambutku, kini tak ada lagi air yang menetes dari rambutku namun masih basah. Ku gerai rambutku kemudian ku selipkan handuk dipunggungku untuk menyerap sisa-sisa air yang mengalir, aku duduk diujung kasur empuk ku yang hanya berukuran lebar satu meter dan panjang dua meter ya hanya bisa untuk satu orang. Ku raih ponselku untuk mengecek pesan atau telpon masuk, hanya ada pesan dari grup kampusku, hanya  sapaan dan candaan pagi antar teman sejurusanku, aku hanya mengetikkan dua kata “Morning Guys” lalu ku letakkan ponselku kembali di atas meja belajarku, aku beranjak menyisir rambutku setelahnya ku jemur handukku di jemuran belakang lalu aku bergegas mengunci kamarku untuk membeli sarapan pagi, aku membeli nasi rames (istilah orang jawa) di tambah ayam goreng kemudian aku bergegas pulang setelah membayar makananku. Tiba di kos suasana masih tetap sepi, aku menuju bangku panjang yang terlatak persis di depan meja televisi,  lalu meletakkan makananku kemudian aku segera membuka pintu kamarku lalu aku mengambil peralatan makanku serta satu botol air minum. aku menata makananku kedalam piring tanpa membuang bungkusnya, tak lupa aku berdoa sebelum menikmati berkat Tuhan ini. selesai berdoa aku segera menekan tombol power pada TV lalu mulai menekan-nekan tombol remote TV untuk mencari channel yang ku minati, akhirnya aku berhenti pada sebuah channel yang sedang menyiarkan berbagai berita. Aku berdoa sesaat sebelum menikmati makanan ku, aku mulai menyuap makananku suap demi suap namun benar-benar sangat tidak nikmat, makan sendirian sungguh menghilangkan selera makanku, sebab kami biasa makan bersama teman-teman satu kos ku sambil menonton TV, terkadang kami makan sambil bercengkrama atau bercerita satu dengan yang lain. aku kembali menyuap nasiku dengan malas, rasanya ingin aku mengakhiri makan ini jika tak ingat aku harus sehat. terdengar suara pintu kamar terbuka aku mengarahkan pandangan ku kearah suara pintu, kilihat mbak Monic tersenyum  hangat padaku, " Mari makan mbak" ucapku menawarkan. " Iya Liv lanjut aja, aku belum mandi, paling-paling ntar aku masak mie rebus aja", jawabnya jelas. "Oke mbak"  sahutku, sementara aku kembali memfokuskan dirikupada layar kaca yang sedang menyajikan berbagai  berita terbaru. Mbak Monic yang tadinya berdiri disampingku, kini beranjak ke kamarnya lagi seraya berkata    "Liv aku mau mandi bentar ya... kamu lanjutin aja makannya jangan sampai ga habis ya biar lekas pulih". Ucapnya yang bergegas menuju kamar mandi tanpa menunggu jawaban dariku. Aku hanya tersenyum menatap punggungnya yang mulai menghilang di balik tembok.  Tak lama berselang makanan ku pun habis... aku segera mencuci dan merapikan perlengkapan makanku, lalu kembali mendudukan diriku di depan layar kaca yang sarat dengan segudang informasi ini. Terdengar suara motor berhenti di depan kos ku, aku segera memalingkan wajahku kearah jendela kaca aku sangat terkejut sebab depan pintu  tiba-tiba Jeffry sudah berdiri di depan pintu kos ku. Aku segera berjalan kearah Jeffry, Pagi Liv ucapnya ketika aku semakin dekat kearahnya, "Pagi" sahutku malas, "yuk duduk disini aja ya, cowok dilarang masuk" ujarku menjelaskan. "Oke" jawab Jeffry singkat. Liv..kita jalan aja yuk, ajaknya. "Heeem paling-paling kamu mau nipu aku lagi" ucapku ketus. "ga Liv ga akan, aku janji jika mau pergi kemana-mana aku akan diskusikan sama kamu dulu, seperti sekarang ini" jelasnya singkat. aku mengangkat alisku dan bahuku mencoba meyakinkan diriku. "Percaya padaku Liv...aku takkan membuatmu kecewa lagi" jelasnya meyakinkan ku. "lihat saja nanti sahutku singkat. "Gimana jika kita ke candi Liv?" Ucapnya menawarkan. "Candi mana?" tanyaku simpati. "terserah kamu aja ada candi prambanan, mendut, dan Borobudur", jelasnya. "Baiklah kita kita ke candi" ucapku setuju. "sekarang aku bersiap-siap dulu ya", ucapku segera berjalan masuk ke kamarku setelah mendapat anggukan dari Jeffry. Aku berpamitan pada mbak Monic, "mbak kami jalan dulu ya mau lihat candi" ucapku ketika mendapati mbak Monic yang sedang memasak mie rebus, ";eh...uda mau jalan aja, padahal aku belum jumpa Jeffry", sahutnya sambil tersenyum. "Yuk ke depan mbak biar jumpa Jeffry", ucapku mengajak. "Nanti aja jika ada waktu, jika aku ke depan sekarang mie ku bisa gosong, Jelasnya singkat." hehehe..." kami tertawa bersamaan, kemudian aku mengecup pipinya lembut seraya berkata " kami jalan ya mbak" iya hati-hati Liv. sahutnya singkat. "Liv jangan lupa malam ini kita ada acara gereja ya" ucapnya setengah berteriak mengingatkan ku. " oke mbak. sahutku sambil menjauh menuju dimana Jeffry yang sudah menunggunsedari tadi. lalu kami segera berangkat menuju candi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN