bc

Jual Mahal

book_age18+
2.5K
IKUTI
34.7K
BACA
drama
comedy
twisted
sweet
heavy
like
intro-logo
Uraian

Hanya karena sudah berusia 30 tahun, Kiara dicap Enggar sebagai perawan tua yang tak laku-laku. Sebaliknya, hanya karena menjadi duda di usia muda dan sering mengoloknya, Enggar dicap Kiara sebagai seorang duda merana.

Lalu apa yang terjadi saat keduanya dipaksa menikah oleh kedua orang tua masing-masing? Tolak-menolakkah seperti kutub utara dan selatan yang berdekatan pada sebuah magnet? Atau tarik-menarikkah seperti eksperimen penggaris yang digosokkan di kepala untuk menarik sobekan kertas kecil pada pelajaran listrik statis di tingkat sekolah dasar?

 

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Perjodohan
"Hari ini, terakhir mama ngeluarin uang untukmu!" tukas Bu Lilis sembari menyodorkan selembar uang merah ke tangan Kiara. "Maksudnya?" perasaan Kiara mulai tak nyaman. "Kamu sudah dilamar. Mama sama Papa sudah terima lamarannya, dan hari ini, kita akan makan siang bersama keluarga calon suamimu!" "Hah? Ma? Enggak bisa gitu dong. Aku bukan Siti Nurbaya!" Kiara menolak keras. "Tentu saja, karena yang melamarmu memang bukan Datuk Maringgih!" sahut Bu Lilis. "Hanya saja dia duda beranak tiga," lanjutnya kemudian. "Hah? Anak tiga? Dari berapa istri, Ma?" Kiara kaget bukan kepalang. "Tiga juga!" Degh! Begitu putus asanya kah Sang Ibu menanti jodoh untuknya, sampai-sampai menerima lamaran duda yang pasti sudah tua itu tanpa kompromi? Baru saja kemarin Kiara menyombongkan diri pada Enggar tetangga depan rumah yang sering menggoda sekaligus mengejeknya dengan sebutan Perawan Tua. Status Enggar seorang duda beranak satu, yang kerap membuat Kiara menyombongkan diri di depannya. Hari ini dia dijodohkan dengan duda beranak tiga? Ya Ampun ... apa kata Enggar nantinya? "Enggak Ma. Aku gak mau. Aku sebenarnya sudah punya pacar. Seminggu lagi akan kukenalkan. Ini dia lagi sibuk banget, Ma," Kiara berontak. "Enggak! Batas terakhirmu hari ini. Dari usia 25 ke 30. Sudah molor 5 tahun Kia. Papa sudah enggak mau nunggu lagi. Mumpung ada yang lamar! Hari ini tinggal nentuin tanggal pernikahannya!" suara berat Pak Johan-ayahnya yang menyusul masuk, kemudian membungkam mulut Kiara. "Tapi aku enggak mau keluar, Ma. Pokoknya aku enggak mau liat orangnya pasti sudah tua bangka!" Kiara menggeleng kuat-kuat. "Gampang, dari kemarin emang aku sudah siapkan penutup mata. Jangan dibuka-buka! Kalau dibuka sebelum waktunya. Aku ada kado khusus buat kamu. Nilainya 2 juta loh!" tiba-tiba Rista turut masuk membawa kain panjang berwarna hitam. "Serius?" Mata Kiara berbinar menatap adiknya. "Hu-um!" Rista memperlihatkan sebuah kado kecil. Kiara langsung mengangguk setuju. Rista bergerak menutup mata Kiara dengan mengikat kain hitam tadi di kepalanya. Kiara yang memang tak berniat melihat wajah pelamarnya pun menurut dengan senang hati. Apalagi diiming-imingi kado yang membuatnya penasaran. "Bujuk tuh kakakmu. Farel sudah datang tu sepertinya," ucap Pak Johan lalu keluar bersama istrinya untuk menyambut putra pertama mereka. Rista mengangguk dan mulai melancarkan rayuan supaya kakaknya mau menerima perjodohan tersebut. *** "Ayo, keluar!" Rista menuntun Kakaknya menuju ke sebuah kursi setelah menghabiskan waktu hampir 15 menit membujuk Kiara dikamar. Baru saja Rista mendudukkan Kiara, tiba-tiba ponsel Kiara berdering. "Siapa Ris?" tanya Kiara sambil menyodorkan ponselnya pada Rista. "Mayang nih! Kabarin kalo kamu udah mau nikah! Biar enggak ngajak kamu ngeluyur lagi! Dah, yang anteng. Aku, Mama, sama papa mau ngobrol sesuatu dulu sama Kak Farel di depan. Ingat! Jangan dibuka dulu kalau mau kadonya!" ucap Rista sambil mengangkat panggilan Mayang dan menempel ponsel ke telinga Kiara, kemudian bergegas meninggalkannya. "May! Help me, Please! Masa aku di jodohin sama duda, May. Udah beranak-pinak dari tiga induk pula, udah kebayangkan, hancurnya?" cerocos Kiara begitu Rista sudah menjauh. "What? Kaya ayam jantan aja," jawab Mayang disertai kekehan panjang. "Masih mending kalo kaya ayam jantan. Bayangin aja, anaknya sudah tiga, May. Dih! Ngeliat aja aku gak sudi. Tapi Mama sama Papa udah main terima aja lamarannya." Mayang tergelak lagi dari seberang. "Mereka udah enggak sabar, Kia. Gak apa-apalah duda, asal banyak duitnya. Ketibang kamu di-omelin melulu sama emakmu gak pernah ngasilin duit! Kan santuy, kamu minta duit langsung dapat!" "Hahaha! Iya kalo langsung dapat! Kalo enggak?" "Enggak usah dikasih! Kalau perlu minta di depan sebelum buka-bukaan." Mayang tergelak lagi. "Bener juga ya, daripada aku capek-capek nyari kerja. Tapi, emang aku Bispak apa?" "Rangkap, Bispak sekaligus Bisyar. Sama suami sendiri enggak dosa kok." "Asem. Sesat memang ajaranmu kamu, May! Tapi tua pastinya May ...." Kiara bergidik. "Biarin, tutup mata aja! kebetulan aku juga udah bosan di-utangin sama kamu!" "Iiish! Jujur banget sih, May! Bantuin kek, biar batal!" jawab Kiara sebal sambil garuk-garuk kepala. Mayang malah meledeknya. "Ogah! Itu si derita loe! Emang udah pernah ketemu sama orangnya?" "Katanya hari ini mau makan siang di sini. Tapi belum ada tanda-tanda ada mobil atau motor yang berhenti tuh, di depan rumah. Moga aja gak jadi, bannya kempes kek. Mendadak stroke kek orangnya dijalan!" ucap Kiara jahat. "Heh! gak boleh gitu. Terima nasib aja dulu, oke? Aku tunggu undangannya!" ucap Mayang meledek lagi, kemudian sambungan mereka terputus. Kiara menghembus napas kasar, meletakkan ponsel di meja sambil meraba tepinya. Tak lama kemudian, Kiara mendengar suara berisik mendekat. Kedua orang tua, adik, dan kakaknya rupanya sudah selesai berunding. Tapi tak terdengar suara orang lain. Kiara bernapas lega. Sepertinya Si Calon tak jadi datang. "Ayo, sebelum bicara serius, kita makan dulu. Sudah lapar," ucap Ayah Kiara sambil menjatuhkan bobot di kursi. "Sekarang saatnya buka mata, yaaa," ucap Rista membuka ikatan kain di kepala Kiara. Kia menurut saja, karena merasa aman. Tak ada siapa-siapa selain mereka di situ. Begitu membuka mata, tenggorokan Kiara langsung tercekat. Di depannya Bu Jeny Enggar, dan Pak Marsudi sudah duduk manis sambil cengar-cengir. Kiara tidak tahu bahwa tetangga depan rumah mereka juga diundang. Di kiri dan kanannya ada Farel dan Rista. Sementara di ujung meja kedua orang tuanya pun sudah duduk rapi bersiap menyendok nasi. Hanya Nirma--adiknya Enggar yang tak turut serta dalam makan siang mereka. "Selamat ya, yang sudah laku. Gak sia-sia nunggu lama, akhirnya dapat satu gratis tiga. Triple Ex lagi," olok Enggar dengan nada puas, membuat wajah Kiara memerah sekaligus memanas. Berarti Enggar tahu dia dijodohkan dengan Duda. Gusti! Terjun bebas harga diri Kiara. "Se-jak ka-pan di-sini?" tanya Kiara gugup pada keluarga Enggar. "Sejak pertama kamu duduk tadi," jawab Pak Marsudi sambil mengulum senyum. Bu Jeny juga mengulum senyum. Rupanya mereka sengaja diam saat ia berbicara tak senonoh tadi. Memalukan sekali. Sementara Farel, Rista, dan kedua orang tuanya yang tak paham acuh saja melihat wajah Kiara yang makin memerah seperti kepiting rebus. "Calonnya Kiara mana, Pak? Enggak jadi datang dan makan bareng?" tanya Enggar tak sabar ingin melihat Kiara lebih malu lagi, karena pernah jual mahal sekaligus menghina dirinya yang berstatus duda. "Calon yang mana? Calon Kiara ya Kamu, Gar! Kami sudah sepakat sejak seminggu yang lalu untuk menikahkan kalian. Kami juga sudah undang Pak Penghulu, besok!" jawab Pak Marsudi tegas. "Jadi? Dia? Kami?" Enggar dan Kiara sontak berdiri dan saling menunjuk. "Iya. kalian berdua!" jawab yang lainnya juga serempak. Huaaaa! Apakah seorang perawan tua memang diciptakan hanya untuk seorang duda? "Enggak Mau! Mending aku jomblo seumur hidup daripada nikah sama dia!" tolak Kiara sengit. "Heeh, jangan norak! Siapa juga yang mau nikah sama kamu! Aku juga mending jadi duda seumur hidup daripada sama kamu!" balas Enggar tak mau kalah. Semua yang duduk di meja makan melongo. Mereka baru menyadari bahwa Enggar dan Kiara selama ini diam-diam saling bermusuhan. Jadi piye?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook