Bagian 6 - Kabar

1155 Kata
Menjauh bukan berarti tak setia kan? Happy Reading Keesokan harinya... Di sekolah tepatnya kantin sebelum masuk pelajaran. "Sya, gue sama Varka nggak ada apa-apa. Gue semalam-," "Udahlah, Ta. Gue muak dengan semua sandiwara lo." ucap Helshah lelah berbicara dengan cewek di hadapannya. "Sya, gue tau semua yang gue lakukan salah. Tapi gue akan berusaha mungkin mengembalikan semuanya. Gue akan membuat semuanya membaik sekalipun nyawa gue taruhannya." "Gue nggak peduli. Gue duluan." ucap Helshah langsung meninggalkan Nikita. "Gue akan melawan semua orang, jika itu menyangkut lo dan Teja. Bahkan Mama gue sendiri, Sya." Perkataan Nikita membuat langkah Helshah terhenti. Tidak berbalik, namun mulai berpikiran dengan kata 'Mama gue sendiri.' "Mungkin lo nggak akan percaya sama semua omongan gue. Tapi tolong percaya sama gue kali ini aja." ucap Nikita berusaha menarik napas pelan. "Adik lo masih hidup! Mama gue yang menukar dia dengan bayi meninggal. Gue nggak tau jelas dengan maksud perlakuan b***t Mama. Gue minta maaf atas perlakuan Mama." lanjut Nikita sesaat dan membuat Helshah duduk di hadapannya kembali. "Apa maksud lo? Dari mana lo tau kalau gue punya adik? Gue nggak pernah-," "Soni Sadilah Irwanda dan Ridho Irwanda. Orang tua lo nggak pernah kasih tau siapa keluarga Irwanda?" Helshah membisu saat nama itu terngiang di telinganya. "Irwanda itu licik." "Irwanda akan melakukan apa saja demi mendapatkan segala kekuasaan." Memori itu seperti radio rusak yang tidak ingin Helshah dengar kembali. "Gue pergi dulu." ucap Helshah menginggalkan Nikita sendirian di kantin. "Sya, gue belum kasih tau adik lo yang mana!" teriak Nikita yang di abaikan Helshah. "Ah, syaland! Gue harus kasih tau Helshah kalau Teja adalah adiknya." ucap Nikita menyambar ponselnya di meja. Namun, belum sempat Nikita menyentuh gambar telepon, sebuah pesan masuk dari aplikasi w******p. "Pesan dari Mama? Pasti Mama akan mengancam gue lagi." Mama |Jangan coba-coba untuk mengatakan padanya atau Mama akan melakukan sesuatu pada Teja?| 07.07 |Mama cuma ngancam kan? Kali ini Nikita nggak akan berpengaruh, Ma.| 07.07 |Terserah kamu. Tapi jangan salahkan Mama kalau goresan berada di tubuh Teja.| 07.07 Helshah menunggu Teja dipagar sekolah. Sebentar lagi masuk, tapi Teja belum juga datang. Ponselnya pun mati. Helshah kesal pada Teja. "Lo di mana, sih? Enggak biasanya lo telat gini." gerutu Helshah pada foto Teja yang terpampang di ponselnya. "Lo ngapain disini, Sya?" ucap Namish yang berada di belakang Helshah. Kegiatan Helshah yang sibuk menelepon Teja terhenti. Ia berbalik dan mendapatkan Namish bersama Varka. Helshah mengalihkan pandangannya saat tatapannya beradu dengan Varka. "Gu-Gue lagi nelpon Teja. Sebentar lagi masuk, tapi dia belum datang juga." ucap Helshah melirik Varka sekilas. "Mungkin telat." ucap Namish. "Tapi nggak biasanya dia telat." "Terus? Lo mau apa sekarang?" "Gue mau nyari Teja." "Kami bantu cariin Teja." ucap Namish lagi. "Enggak perlu, gue masih bisa nyari sendiri." ucap Helshah. "Sya, Teja dalam bahaya. Biar kita nyari Teja sama-sama, ya?" ucap Namish menghantarkan kernyitan Helshah. Tidak lama kemudian, Helshah mengangguk dan mengabaikan kebingungannya. "Lo sama gue!" ucap Varka saat Helshah memilih satu mobil bersama Namish. "Udah sana!" ucap Namish sedikit mendorong tubuh Helshah. "Nyebelin banget, sih!" gerutu Helshah lirih, namun masih bisa didengar kedua cowok itu. Kegiatan mereka yang ingin masuk ke mobil harus terhenti, karena teriakan Nikita. Dengan tergesa-gesa, Nikita menghampiri Varka. Ia menunjukkan ponselnya pada Varka. Sedangkan Helshah? Jangan tanyakan bagaimana reaksinya. Ia mengepalkan tangannya, lalu menutup lagi pintu mobil dengan sedikit kuat. Ia muak dengan Nikita. Ia muak dengan semuanya. Namish menghela napas dan menghampiri Nikita bersama Varka sebelum terjadi sesuatu. "Ada apa?" tanya Namish. "Teja disekap Mama. Kita harus cepat-cepat menyelamatkan Teja." ucap Nikita pada keduanya. "Lo nggak liat muka Helshah? Udah merah gitu. Awas lo kenak amukan samanya." bisik Namish. Nikita menepuk jidatnya saat menyadari sesuatu. Ia menarik Namish menuju mobil. Keempatnya langsung pergi dengan lokasi yang mereka ketahui. Sebuah hutan yang terdapat lobang yang sangat dalam dengan atasan besi. Teja baru saja tersadar dari pingsannya. Ia mengerjap dan mengubah posisinya menjadi duduk saat menyadari tempat yang asing. "Shh, gue di mana?" tanya Teja dengan mata yang menatap sekelilingnya. "Tempat apa ini? Kenapa nggak ada cahaya sedikit pun, tapi terik panasnya matahari masuk ke sini?" Teja berusaha mendongakkan kepalanya ke atas dengan kepala yang sedikit pusing. "Gue ada dilubang? Kenapa bisa?" tanya Teja dengan mata yang hampir tertutup karena tidak tahannya pusing ditambah lagi sinar matahari yang masuk ke indra penglihatannya. "Shhh, siapa itu? Jangan main-main sama gue! Jangan beraninya menggunakan topeng saja! Buka topeng lo!" ucap Teja yang berhasil menarik tangan sosok yang berjubah hitam dan ditutupi oleh topeng. "Tolong keluarkan gue dari sini, hiks! Gue takut, hiks! Gue takut! Siapapun lo, keluarkan gue dari sini!" isak Teja yang mulai lemas, namun dengan sekuat tenaga masih ia tahan agar tidak pingsan. Sosok bertopeng itu tertawa, lalu berkata, "Haha, saya membebaskan kamu? Jangan harap! Tidak mudah bagi saya untuk membawa kamu ke dalam sana!" Cengkeraman Teja pada tangan sosok itu semakin melemah ketika mendengar suara familiernya. Teja tahu betul siapa pemilik suara itu yang tak lain adalah milik orang yang selama ini Teja anggap sebagai Ibu. Tapi, bagaimana mungkin ia bisa melakukan ini pada Teja? "Tante-Mama?" panggil Teja dengan lemas. "Kamu sudah tau siapa saya? Bagus, selamat tinggal Teja!" ucapnya berakhir menghempaskan tangan Teja. Teja terjatuh bersamaan dengan air yang berjatuhan dari atas. Air itu berasal dari sosok bertopeng itu yang disengaja untuk menyiram dirinya yang terkulai lemas. Perlakuan sosok itu membuat Teja susah bernapas. Tidak tanggung air yang ditumpahkan nya tepat diwajah Teja seperti air hujan yang membasahi bumi. "Siapa pun tolong gue..." lirih Teja berakhir menutup mata. Di sisi lain, mereka masih sibuk mencari lobang dalam itu dengan sesekali meneriaki nama Teja. "Ja! Lo di mana, sih?!" ucap Helshah lelah mencari Teja di tengah hutan. Ia tidak akan pernah tahu kalau hidup Teja dalam bahaya. Tadi Nikita mengirimkan video yang dikirim oleh Mama Nikita. Tidak tahu apa maksud Mama Nikita menculik Teja. Kini beberapa pertanyaan terngiang di otaknya, namun Helshah masih bisa menahannya. Karena baginya, nyawa Teja lebih penting dari pada pertanyaan. Grep! Seseorang menyenggol bahu Nikita sampai ponsel yang dipegangnya berguling ke jurang. "Ponsel gue!" teriak Nikita histeris. "Udah, nanti aja cari ponsel lo." ucap Namish menahan tangan Nikita yang akan mengambil ponselnya. "Bu-kan gitu, tapi di dalam sana ada bukti. Gimana kalau Mama melakukan sesuatu? Lo tau kan gimana Mama gue?" "Di ponsel gue juga ada buktinya. Sekarang kita mencari Teja secepatnya." ucap Helshah membuat langkah mereka jalan kembali. Di pertengahan perjalanan, Helshah hampir saja terjatuh kalau Varka tidak cepat menahannya. "Lo bisa hati-hati nggak, sih?!" ucap Varka membantu Helshah berdiri. "Shhh, lobang? Ka, ini lobang! Apakah Teja ada di bawah sana?" ucap Helshah menajamkan penglihatannya ke bawah. "Bentar, biar gue periksa." ucap Namish berakhir membungkukkan tubuhnya dan menatap ke bawah sana. "Itu Teja! Ta, lo cari tali cepat! Ka, bantu gue melepaskan besi ini!" ucap Namish dengan segala perintahnya. To Be Continued... 1179 kata Responnya y guys.. Fighting for time next.. Keep smile! Helshah Syaputri Hapipa Varka Derrel Fellano Pari Rismayanti Indira Sachin Rifqiawan Irfansah Sonica Amalia Raissa Kiss Jauh linar_jha2
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN