Di sisi lain, pertempuran antara Kiku dan Yupiter Alliance sudah selesai.
Di sudut kota Titan, Kiku bersembunyi untuk menghindari para Tentara yang sedang mencarinya. Centauri miliknya telah diekspor kembali ke tempat penyimpanan. Sementara waktu, gadis itu memilih menyerang para Tentara yang mengejarnya dengan menggunakan senjata andalan miliknya.
Senjata canggih menyerupai AK-47M, tergenggam erat di tangan Kiku. Ia memakai jubah hitam berhoddie untuk menutupi jati dirinya.
Zian pasti ada di istana itu, batin Kiku.
Gang sempit yang diapit dua gedung tinggi, memiliki jalan yang bercabang menuju ke istana. Kiku berlari menuruti rute yang dilihatnya pada pemetaan digital. Dengan cepat, ia mengingat rute itu. Memungkinkan ia tidak bertemu dengan para Tentara itu.
Hari mulai malam. Wajah langit diselimuti muram jingga kemerah-merahan. Terlihat benda-benda raksasa beterbangan di langit. Mereka sedang mencari keberadaan penyusup yang tiba-tiba menghilang setelah pertempuran.
Dengan menggunakan scan wilayah, Yupiter Alliance berusaha mendeteksi Kiku namun tidak berhasil.
Saat scan wilayah berlangsung, Kiku bersembunyi di tempat yang tidak bisa terdeteksi oleh Yupiter Alliance. Gadis itu menggunakan sihir menghilang yang dapat membuatnya seperti hantu. Sihir yang bernama Pazud tersebut, bisa bertahan selama apapun. Oleh sebab itu, ia bisa menjelajah secara terang-terangan menuju ke istana. Banyak orang bertelinga dan berekor Singa ketika ia tiba di jalanan. Mereka tidak menyadari adanya penyusup yang berlari di antara mereka.
Kiku berlari secepat kilat. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Zian. Perasaannya yang telah menyatu dengan perasaan Zian, menuntunnya untuk melewati berbagai bahaya. Karena Zian bukanlah saudara angkat, melainkan lelaki yang paling berarti bagi hatinya.
Ya, Kiku sadar bahwa perasaan yang ingin melindungi Zian adalah perasaan cinta gadis kepada laki-laki. Ia ingin selalu bersama Zian untuk selamanya.
Zian, aku mencintaimu. Kumohon, bertahanlah sebelum aku mencapai ke tempatmu. Aku yakin kamu bisa menggunakan chip sihir itu dengan baik.
Kiku membatin seraya berlari. Rasa capek tidak dihiraukannya, yang penting ia bisa bertemu dengan Zian lagi.
Tak terasa, langkahnya hampir mencapai istana itu. Bersamaan mentari telah tenggelam di balik Bumi, gadis itu menghentikan lari.
Di depan mata Kiku, sebuah istana besi menyerupai Singa berdiri megah dengan akar-akar raksasa yang menopang di sekeliling. Di sekitarnya, terlihat beberapa orang saja yang lalu-lalang di jalanan itu. Suasana dingin dan hening. Angin berhembus, menemani sang gadis yang memandangi istana besar itu.
Ini istana Kaisar Yupiter itu. Firasatku mengatakan Zian disekap di dalamnya. Aku harus cepat menyelamatkan Zian sekarang, batin Kiku lagi.
Tetap menggunakan sihir penghilang, Kiku bergegas berlari lagi menuju istana yang dipagari tembok besi setinggi lima meter. Ada dua penjaga bersenjatakan senapan serbu canggih, yang berdiri di pintu gerbang. Mata liar mereka yang seperti Singa, bergerak cepat untuk mengitari seluruh tempat itu.
Kiku melewati mereka dengan mulus. Dewi Fortuna memihak padanya karena pintu gerbang kebetulan terbuka lebar sehingga ia leluasa masuk tanpa diketahui dua penjaga itu. Si gadis menemukan halaman yang luas, dipenuhi karpet hijau dan akar-akar merambat di permukaan tanah.
Di sekitar depan istana, juga ada beberapa penjaga yang bersenjatakan sama seperti dua penjaga di dekat pintu gerbang. Mata mereka menyapu bersih keadaan sekitar dan tidak tahu jika Kiku berhasil masuk ke istana.
Kiku semakin dengan tujuannya. Zian yang terkurung di bawah tanah istana.
***
Zian sadar lagi ketika merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Proses penyembuhan yang dilakukan Gerbera, menghasilkan dampak yang baik padanya.
Cahaya sihir biru penyembuh menghilang dari tubuh Zian. Laki-laki itu menatap sayu Gerbera yang berhadapan dengannya dalam jarak yang cukup dekat.
"Ka ... kamu ... Gerbera," gumam Zian.
"Syukurlah karena kamu sadar lagi, Zian," ucap Gerbera.
"Kamu yang menyembuhkan aku?"
"Ya. Atas perintah Raja Gibraltar."
"Huh. Untuk apa dia melakukan itu padaku?"
"Agar kamu mau membantunya untuk melawan Venus."
"Aku tidak akan mau meskipun kalian memaksaku berkali-kali!"
Teriakan Zian menggema di tempat itu. Gerbera terdiam bersama beberapa prajurit yang menunggu di luar penjara. Zian menatap mereka dengan penuh kebencian.
"Jika keputusanmu begitu, tidak ada pilihan lain. Kami akan menghukummu dengan hukuman mati," ancam Gerbera.
"Apa?" Mata Zian terbelalak keluar.
"Bersiaplah untuk mati, Alzian Ekadanta. Orang yang menghukummu adalah aku."
Gerbera menunjukkan muka yang menyeramkan. Aura pembunuh menguar dari tubuhnya. Zian merasakan aura itu, merasa terintimidasi karenanya.
Tiba-tiba, muncul suara yang berbisik ke telinganya yang membuatnya kembali membelalakkan mata.
Zian, kamu jangan takut. Aku akan melindungimu.
Itu bukan suara Kiku, melainkan suara pria yang tidak diketahui. Zian merasakan hawa dingin menguasai tubuhnya bersama Gerbera memunculkan sebuah scythe bermata dua.
Scythe berwarna biru yang mengkilat dengan desain futuristik, siap menebas kepala Zian sekarang juga. Sebelum hukuman mati dilakukan, Gerbera bertanya pada Zian.
"Alzian Ekadanta, sebelum kamu mati, apa yang ingin kamu sampaikan?"
Keheningan melanda tempat itu, hanya beberapa detik saja. Suara Zian yang terdengar untuk memecahkan keheningan di tempat itu.
"Keinginan terakhirku adalah...."
Jeda sesaat, Zian memejamkan mata. Ia merasakan ada sosok yang masuk ke tubuhnya. Sosok yang sejiwa dan sehati dengannya. Kemudian, mata coklat itu berubah menjadi mata hijau.
Perubahan mata itu mengejutkan Gerbera. Refleks, ia mundur beberapa langkah. Bertepatan Zian yang mampu menarik rantai yang mengikat dua tangan dan dua kakinya hingga rantai tersebut hancur berkeping-keping. Mendadak Zian berubah menjadi orang lain.
"Keinginan terakhirku adalah bisa bebas dari sini dan menghancurkan kalian semua!"
Suara yang berbeda keluar dari mulut Zian. Ekspresi wajahnya berubah amat dingin. Ia menatap Gerbera penuh amarah lantas mengeluarkan senjata pamungkasnya dari ketiadaan.
Sebuah pedang besar berwarna hijau dengan balutan akar-akar di gagangnya yang berdesain futuristik, tergenggam erat di tangan kanan Zian. Laki-laki itu maju dengan kecepatan kilat untuk menyerang Gerbera.
Dalam hitungan detik, Gerbera jatuh ke lantai karena terkena serangan dari Zian. Perutnya terluka karena tusukan pedang yang sangat dalam. Darah merah berceceran di mana-mana ketika Zian memaksa keluar pedang yang menusuk perut Gerbera.
Menyaksikan itu, beberapa prajurit yang sejak tadi berdiam diri, bertindak cepat. Mereka menyerbu Zian dengan melancarkan serangan tembakan dari senjata masing-masing.
Tiba-tiba, muncul akar-akar hijau yang merambat dari gagang pedang Zian. Akar-akar itu menangkis serangan-serangan itu hingga Zian terlindungi. Kemudian salah satu akar merambat, membelit prajurit-prajurit hingga mereka kehabisan napas. Meremas tubuh mereka sekuat tenaga.
Para prajurit tidak bisa bergerak karena belitan akar tersebut. Mereka juga tidak bisa menggunakan sihir, seakan sihir mereka diblokir oleh sesuatu. Sampai mereka pun meledak bagaikan balon yang meletus.
Isi tubuh mereka tercerai-berai dengan darah merah yang mewarnai tempat itu. Berserakan di mana-mana. Sangat mengenaskan.
Zian terpaku. Ia menyaksikan pemandangan mengerikan itu dengan sorot mata yang kosong. Bola netranya tetap berwarna hijau seperti warna pohon Matahari. Lantas ia menghilang dari tempat itu karena seseorang yang membawanya.
***