Tanpa diduga, Zian menemukannya dan langsung menembaknya. Gerbera menyadari itu, bergegas berlari menghindar. Ia menggunakan sihir kecepatan untuk bisa mengelabui Zian.
Kecepatan yang luar biasa, Zian tidak bisa menangkap pergerakan Gerbera itu. Ia tetap bersembunyi di balik Aldebaran, sampai perutnya terkena ledakan.
Ledakan kecil itu menembus perut Zian hingga ia memuntahkan darah segar. Secara refleks, laki-laki itu jatuh berlutut seraya memegang perutnya yang terluka parah. Cairan merah mengalir deras dari luka di perutnya. Secepatnya menyembuhkan diri dengan sihir.
Tidak sampai di situ, d**a kanan Zian juga terkena tembakan. Menghancurkan chip sihir yang terpasang di sana. Laki-laki itu tidak sempat menggunakan sihir penyembuh, harus berakhir dengan todongan senapan oleh Gerbera yang mengarah pada wajahnya.
"Jangan bergerak, Zian, atau kubunuh kamu!" ancam Gerbera.
"Ukh! Kamu penipu, Daisy!" timpal Zian.
"Aku bukan Daisy. Panggil aku Gerbera."
Gerbera menendang Zian hingga terjatuh. Zian yang sudah melemah karena kehilangan banyak darah, tidak fokus lagi dengan keadaannya. Rasa sakit pada d**a kanan dan perut membuat matanya berkunang-kunang.
Sedetik kemudian, ia pun tidak sadarkan diri lagi. Gerbera tersenyum senang.
"Akhirnya buronan berhasil kulumpuhkan," Gerbera memunculkan Bookpad secara ajaib untuk menghubungi seseorang lewat komunikasi video call. "Halo, Kaisar. Ya, aku sudah menangkap Alzian Ekadanta sesuai apa yang anda perintahkan padaku. Sekarang juga, aku akan membawanya ke tempat anda."
Kaisar yang ada di seberang sana, mengangguk pelan. "Ya, aku tunggu, Gerbera."
"Baiklah, Kaisar."
Layar virtual digital yang menampilkan penampakan Kaisar Yupiter, menghilang begitu Gerbera mematikan Bookpad. Bookpad dihilangkan. Lantas gadis itu langsung membawa Zian berteleportasi menuju ke istana Kaisar Yupiter.
***
Pertempuran di langit kota Titan masih berlangsung.
Antara Centauri dan Yupiter Alliance memanas, saling menyerang tanpa henti. Kiku yang mengendarai Centauri, mengamuk dan menghancurkan robot-robot tempur kelas balance serta kelas weight dengan tombak lasernya.
"Rasakan ini! Speed Javelin!" seru Kiku dengan nada yang keras. Centauri terbang mewakili gaya bertempur Kiku seraya melayangkan tombak laser yang tergabung dengan kecepatan.
Satu persatu robot tempur lawan hancur karena terkena hantaman tombak laser tersebut. Kecepatan yang dihasilkan Centauri adalah kekuatan sihir, tidak dapat ditandingi siapapun. Bahkan Yupiter Alliance saja tidak bisa mengejarnya.
Beberapa senjata penyerang menyerupai roket berukuran raksasa dengan panjang sekitar tiga meter, meluncur ganas menuju Centauri. Centauri yang terlindungi dengan perisai tidak terlihat, tetap melaju dan menghantam keras serangan-serangan itu. Fokusnya adalah balik menyerang musuh-musuh itu.
Kiku memusatkan pikirannya, mengirim pesan informasi pada Centauri untuk menembakkan missil.
Dari dua sisi tubuh Centauri yang kini menjadi robot petarung berbentuk manusia, keluar beberapa missil sepanjang empat meter, melesat cepat menuju ke robot-robot tempur yang tersisa itu.
Ledakan dahsyat terjadi lagi ketika missil-missil itu mengenai para musuh hingga hancur tanpa tersisa. Menimbulkan asap-asap hitam yang bertebaran di udara. Lalu muncul lebih banyak robot tempur lain dari berbagai arah.
"Apa?"
Kiku membelalakkan mata. Ia benar-benar terkepung. Segerombolan robot tempur berbentuk Singa memenuhi langit kota Titan seperti sekawanan lebah.
Ini benar-benar di luar dugaan. Nyali Kiku tidak menciut. Dengan mencurahkan semua Mana, gadis itu bertempur habis-habisan demi menyelamatkan Zian.
Zian, tunggu aku. Aku pasti akan datang untuk menyelamatkanmu, batin Kiku.
***
Cahaya itu perlahan-lahan datang. Membuka alam fana menjadi kenyataan. Tidak ada suara yang terdengar tatkala ia sadar.
Netra coklat itu terbuka lebar. Cahaya remang-remang menyelimutinya. Kesunyian merengkuhnya dengan penuh tanda tanya.
"Tempat apa ini?" tanyanya dengan suara yang menggema. Kepalanya berputar untuk menyapu bersih keadaan sekitar.
Ketika ia akan bergerak, sesuatu membelenggu dirinya. Sebuah rantai besi besar membelit dua tangan dan dua kakinya.
"Apa ini? Aku disekap?" Zian membelalakkan mata lalu berusaha melepaskan diri dari jeratan rantai besi itu.
Zian duduk di lantai seraya menyandar di dinding besi, membaca mantra sihir namun tidak terjadi apa-apa.
"Kenapa aku tidak bisa menggunakan sihir?" Zian memperhatikan d**a kanannya. "Chip sihirnya menghilang!"
Melihat kenyataan ini, Zian menunduk lesu. Sia-sia saja jika ia melepaskan diri dengan sekuat tenaga, rantai besi itu tidak akan bisa hancur. Tidak ada yang bisa dilakukannya lagi. Luka-luka di tubuhnya juga sudah menghilang karena disembuhkan oleh Gerbera.
Saat keterpurukan melanda hati Zian, tiba-tiba muncul seseorang yang memasuki sel, tempat dirinya terkurung. Pintu terali laser berderit keras, bergerak sendiri karena sihir yang dilakukan oleh seseorang itu.
Zian mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang berjalan menghampirinya. Wajah orang itu terlihat jelas dalam cahaya remang-remang.
"Siapa kamu?" Zian menatap tajam orang berpakaian seragam militer berwarna coklat tua.
Pria itu berwajah datar. "Namaku Gibraltar. Kaisar pemimpin negeri ini."
"Kaisar?"
"Ya. Aku senang sekali bisa bertemu denganmu, Alzian Ekadanta."
"Lalu, kenapa aku diikat seperti ini? Hei, lepaskan aku!"
"Aku tidak akan melepaskanmu."
"Apa?"
Zian menggeram kesal. Ia pun berusaha lagi untuk melepaskan diri.
"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi, Kaisar!"
"Sudah kubilang sebelumnya 'kan, aku tidak akan melepaskanmu."
"b******k!"
"Aku akan melepaskanmu jika kamu bekerja sama dengan kami."
Mendengar itu, Zian berhenti memberontak. Matanya menyipit tajam.
"Bekerja sama denganmu?"
"Ya. Aku akan menjadikanmu anggota Yupiter Alliance. Kita akan bersama-sama menghancurkan kerajaan Venus karena hanya kerajaan Venus yang sampai sekarang ini berusaha melawanku," jelas Gibraltar dengan nada yang tenang, "aku merasa kamu adalah orang yang terpilih dan cocok untuk bekerja sama denganku. Karena kamu memiliki sesuatu yang sangat besar. Sesuatu yang sama dengan Kaisar sebelumnya."
Zian terdiam. Pria tua berambut coklat tua itu terus berbicara.
"Sesuatu yang besar? Apa itu?"
"Aku akan memberitahumu jika kamu menyetujui permintaanku ini."
"Aku...."
Jeda sesaat, Zian berpikir keras. Ia memandang lama pria berperawakan lebih tinggi darinya. Permintaan ini tidak bisa dipenuhinya karena mengingat ia adalah partner Kiku.
"Tidak!" ucap Zian lantang, "aku menolak bekerja sama denganmu!"
"Begitu, ya," sahut Gibraltar menyipitkan mata.
Tiba-tiba, Gibraltar meninju perut Zian sehingga Zian memuntahkan darah segar. Tidak hanya itu, tinju beruntun menghantam perutnya berkali-kali. Membuat tubuh laki-laki itu melemah.
"Ukh. Bi ... biarpun kamu menyiksaku seperti ini, aku tetap memegang teguh perkataanku barusan," ujar Zian dengan nada yang parau, "Ka ... karena aku tidak akan pernah mengkhianati temanku."
Tinju yang terakhir menyebabkan Zian pingsan. Perutnya terasa sakit luar biasa bagaikan ditikam sebuah pisau yang sangat besar. Kepala laki-laki itu tertunduk seraya bersandar lemah pada dinding besi.
Gibraltar menyaksikan sandera yang tidak bergerak lagi, mengembuskan napas kekesalan. Karena Zian tidak bisa bekerja sama dengannya.
"Seperti yang kuduga, anak muda itu tidak akan mau menuruti permintaanku. Mungkin aku membujuknya lagi ketika dia sadar lagi."
Gibraltar bergegas meninggalkan tempat itu. Pintu sel ditutup lagi dengan menggunakan sihir.
***