"Tolya, kamu tidak apa-apa 'kan?" Sanna membantu Tolya berdiri.
"Aku tidak apa-apa, Sanna." Tolya tersenyum.
"Percuma saja bicara dengannya. Dia tidak akan pernah mendengarkan kita."
"Tapi, kejadian itu sepenuhnya bukan salah kita 'kan?"
"Memang bukan salah kita."
"Jangan ungkit masa lalu itu lagi! Dasar, kalian pengecut!"
Suara Kiku melengking di kelas itu. Tolya beserta yang lain, memasang wajah pucat saat melihat Kiku. Wajah gadis berambut putih menjadi menyeramkan bak monster.
"Gawat, Kiku mengamuk tuh. Itu karena kalian berdua, Tolya, Sanna," bisik Aiyin kalang kabut.
"Masa bodoh," gumam Sanna.
"Ya," tukas Tolya.
Mereka terdiam ketika kesunyian melanda itu. Kiku tetap memandangi mereka secara bergantian, kemudian ia bergegas pergi dari sana.
Pintu tertutup otomatis. Tolya hendak mengejar Kiku, namun Sanna memegang tangannya.
"Jangan kejar dia, Tolya!"
"Tapi, Sanna. Aku ingin menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Kiku."
"Tidak ada gunanya."
"Tapi...."
"Karena Kiku juga, kamu dihukum penjara selama sebulan ini 'kan? Sadarlah, dia sangat membencimu!"
Sanna menginjeksi Tolya dengan perkataannya yang manis. Tolya percaya begitu saja padanya. Ia pun mengangguk setuju.
Sementara ketiga orang lainnya, hanya terdiam menyaksikan mereka.
***
Kiku berlari di lorong yang sepi. Tangisan masih terdengar darinya. Tujuannya sekarang adalah mengejar Zian.
Zian, tunggu aku. Firasatku tidak enak. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu, batin Kiku.
Rambutnya yang panjang terayun ke kanan-kiri saat ia berlari. Selagi menuju keluar sekolah, ia memanggil robot tempurnya.
"Izsaukt, Centauri!"
Bersamaan, pakaian besi berwarna putih menutupi sekujur tubuhnya. Ia tetap berlari hingga berteleportasi langsung ke kokpit Centauri.
Kiku mendarat mulus seraya duduk di bangku di kokpit. Centauri yang dikendalikannya terbang melesat ke langit. Bookpad yang berada di tas kecil yang terpasang di pinggang gadis itu bersinar merah kedap-kedip. Menandakan sensor yang aktif di Bookpad-nya terhubung dengan Bookpad milik Zian.
Satu tangannya meraih Bookpad untuk mengecek lokasi di mana Zian berada sekarang, sedangkan satu tangannya yang lain, memegang tuas kendali dengan erat.
"Apa? Zian ada di kota Titan? Untuk apa Daisy membawanya ke sana?" Kiku panik sekali seraya meletakkan Bookpad pada dashboard. Ia mempercepat terbang Centauri.
Centauri berbentuk Rubah putih berkaki empat melesat seperti roket. Ia menembus awan-awan putih. Matanya yang berwarna biru, menyala terang untuk menjawab perintah Kiku.
Butuh beberapa menit, Kiku tiba di kota Titan, ibukota dari kerajaan Yupiter. Kota yang didominasi dengan gedung-gedung pencakar langit berwarna coklat muda.
Kiku melihat pemandangan kota Titan dari kaca bagian depan. Cahaya merah dari Bookpad menghilang. Kiku terkesiap. Ia merasakan Zian dalam bahaya. Menuntunnya untuk segera menyelamatkan Zian.
Yupiter Alliance mengendus kedatangan Kiku. Mereka bergegas mengirim beberapa robot tempur untuk menghadang pergerakan Kiku.
Dari markas yang terletak di pusat kota, dekat istana kerajaan Yupiter, beberapa robot tempur berbentuk Singa melaju menuju tempat Kiku. Mereka dipersenjatai dengan teknologi-teknologi jauh lebih canggih yang diperkirakan bisa mengalahkan Kiku.
Terjadi pertempuran dahsyat di langit kota Titan.
***
Aldebaran mendarat di padang rumput yang berada di kawasan hutan lebat, jauh dari kota Titan.
Hutan lebat yang merupakan bagian dari pohon Matahari, memiliki iklim yang cukup dingin sehingga Zian memeluk dirinya sendiri karena kedinginan. Sementara Daisy tidak merasa kedinginan, justru bersikap biasa.
"Kenapa kita mendarat di sini?" tanya Zian yang tidak berpakaian mecha lagi, justru memakai pakaian seragam sekolah. "Bukankah kita harus menyerang markas Yupiter Alliance?"
"Iya. Kita akan menyerang mereka nanti setelah kita bertemu dengan seseorang di sini," jawab Daisy yang tersenyum. Ia juga berpakaian seragam sekolah.
"Seseorang? Siapa?"
"Nanti kamu akan mengetahuinya."
Daisy tetap tersenyum. Zian mengerutkan kening seraya mengedarkan pandangan ke seluruh tempat itu.
Padang rumput yang cukup luas, terbuka tanpa ada pepohonan besar yang memayunginya. Langit cerah berawan. Panas mentari juga tidak menyengat.
Laki-laki berperawakan tegap itu, tetap waspada terhadap keadaan sekitar. Meskipun rasa takut dan was-was menguasai dirinya, namun ia berusaha memberanikan diri untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi.
Setelah lama menunggu, muncul beberapa orang berpakaian serba coklat tua dengan telinga dan ekor Singa, datang dari seluruh penjuru. Mereka mengepung Zian dan Daisy.
"Singa? Berarti mereka adalah manusia Singa," kata Zian panik.
"Ya. Memang manusia Singa," ucap Daisy mengangguk.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita terkepung."
Mengejutkan. Orang-orang itu menodongkan senjata api kepada Zian dan Daisy. Zian spontan mengangkat dua tangan, sedangkan Daisy maju dan ikut bersama mereka.
"Daisy, hei! Kenapa kamu pergi menghampiri mereka?"
Tanpa disangka juga, Daisy mengacungkan senjata api ke arah Zian. Laki-laki berambut hitam itu terkesiap.
"Daisy? Kamu?"
"Menyerahlah, Zian. Kamu sudah terjebak dalam tipu muslihatku."
"Maksudmu apa, Daisy?"
Zian berwajah kusut. Daisy tersenyum sinis.
"Mudah saja. Aku ini mata-mata Yupiter Alliance."
"Apa?"
"Ya. Aku bukan penduduk asli kerajaan Venus, melainkan penduduk asli kerajaan Yupiter. Kamu bisa lihat bagaimana penampilanku yang sesungguhnya."
Daisy membaca mantra. Dalam sekejap, ia berubah wujud menjadi gadis berambut orange gelap dengan telinga dan ekor Singa. Matanya berwarna ungu terang. Tubuhnya tinggi langsing dibalut dengan pakaian seragam khas Yupiter Alliance.
"Nama asliku Gerbera Lyyon. Umurku sembilan belas tahun. Aku adalah Komandan divisi penangkapan Yupiter Alliance. Atas perintah Kaisar Yupiter, aku menyamar menjadi Daisy agar mencari tahu tentang informasi anak keturunan Kaisar sebelumnya. Lalu, begitu tahu kamu adalah partner Kiku yang berasal dari dunia lain, aku pura-pura berteman denganmu agar bisa memancingmu datang ke sini. Sekarang hasilnya adalah kamu begitu mudahnya tertipu dengan hubungan pertemanan ini, hehehe."
Tawa sinis Gerbera membuat Zian muak. Zian menggeretakkan gigi-giginya seraya mengucapkan sebuah mantra sihir.
"Rifle!"
Bersamaan itu, chip yang terpasang di baju seragam Zian, merespon kode perintah suara yang diucapkan Zian. Kemudian chip itu bersinar putih terang untuk memunculkan sebuah senjata andalan laki-laki itu.
Senjata menyerupai SA802A2 Rifle namun berdesain futuristik, memiliki magazine yang berisikan peluru-peluru sihir angin. Senjata itu bernama Ll Rifle, yang merupakan senjata sihir ciptaan Kiku.
Zian langsung menembaki para musuh dengan senjata itu. Satu persatu dari mereka tertembak dan terkapar mati. Sebagian dari mereka, memilih menjauh untuk mencari tempat persembunyian. Hanya Gerbera yang masih berusaha menembak Zian dari jarak dekat.
Senjata Gerbera menyerupai senapan serbu yang berdesain futuristik. Berisikan peluru-peluru cahaya karena Gerbera adalah penyihir berelemen cahaya.
Terjadi baku tembak-menembak di antara mereka. Zian bersembunyi di balik Aldebaran. Di sisi lain, Gerbera juga bersembunyi. Mereka saling mencuri kesempatan untuk menembak.
Ledakan-ledakan kecil mewarnai tempat itu. Zian beraksi seperti penembak jitu yang berhasil menembak para musuh hingga tidak tersisa. Tinggal Gerbera yang belum tertembak, gadis itu tetap bersembunyi di balik Aldebaran.