Maaf ya kalau nemu TYPO
Setelah Renata menceritakan pertemuannya dengan Frans, Renata mulai melakukan aktivitasnya seperti biasa, dia pemilik salah satu butik yang cukup terkenal di Florida.
Setelah Renata sudah berhias diri dia meminta sanne untuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan Arjan, cukup dengan sebuah roti panggang dan s**u sudah bisa mengganjal perut Renata.
Sanne adalah seorang wanita yang sudah bekerja sejak Renata masih kecil dan sudah Renata anggap seperti ibunya, karna kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan mobil 10 tahun yang lalu dan sekarang Renata menginjakan umur 25 tahun.
"Nona Renata tadi teman anda menelfon jika hari ini dia akan ke butik terlambat." Ujarnya
Renata mengangguk, lalu meneguk susunya dan berkata pada Arjan, "Kak aku harus pergi sekarang." Ujar Renata dan beranjak pergi
"Tunggu, Frans ingin bertemu denganmu hari ini dan kau di suruh ke kantornya." Arjan menahan Renata dan menyuruhnya bergegas.
Renata ingin menolaknya tapi mungkin yang akan mendapatkan masalah bukan dirinya melainkan kakaknya. Dengan terpaksa Renata mengagguk dan itu membuat Arjan merasa lega.
Setelah Renata berjalan keluar tak di sangka sebuah mobil sudah terparkir di depan rumahnya, dan keluarlah seorang wanita yang kira-kira 2 tahun lebih tua darinya, pakaiannya yang glamor dan ketat sehingga memperlihatkan garis tubuhnya.
"Apa benar kau Renata Perkins?" Tanyanya.
Renata mengangguk, "iya." Sedikit bingung, apa dia suruhan Frans untuk menjeputnya tapi jika di lihat dari cara dia berpakaian, itu tidaklah mungkin. kini Wanita itu menyuruhnya masuk.
Setelah mobil itu melaju pergi sebuah mobil putih dari belakang mobil yang di naiki Renata berhenti, pengendara itu sekertaris Frans yang tempo lalu berada dirumahnya.
"Tuan sepertinya nyonya Karen membawanya pergi." Ujarnya lewat telefon.
"Ikuti dia." Ucapnya dari seberang.
Jim, sekertaris Frans mengikuti mobil yang membawa Renata.
Mobil yang di naiki Renata itu melaju dengan pelan, suasana pun masih terasa kaku namun, lebih tepatnya bukan kaku melainkan horor.
"Apa benar kau akan menikah dengan Frans?" Tanya Karen.
"Waahh, dia benar-benar hebat bahkan orang lain tahu tentang itu. Apa kau kekasihya?" Jawabnya dengan nada sedikit tertawa.
Karen sedikit kesal, dengan emosi dia memegang lengan Renata dengan keras yang membuat Renata merintih kesakitan, "Dengar ya. Aku istri kedua Frans. Dan kau jalang aku peringatkan untuk membatalkan pernikahan itu."
Renata menarik lengannya menatap Karen dan tertawa lebar di depannya, "sekarang dia jauh lebih hebat dari perkiraanku. Kau istri keduanya lalu di bandara itu apa istri pertamanya?-" potong Renata dan membalas Karen dengan memegang tangan Karen dengan keras.
"Aku bukan jalang, jika kau ingin menghentikan pernikahan ini maka lakukan sendiri. Kau hanya istri kedua dan kau hanya sebagian kecil dari nafsunya." Ujarnya sedikit menekan lalu melepaskan tangannya dan menyuruh sopirnya untuk menghentikan mobilnya.
Renata turun dari mobil, sebelum mobil itu melaju pergi Renata menyondongkan kepalanya ke arah kaca mobil dan Karen.
"Dengar yah nyonya kedua aku bukan orang yang mudah kau tindas. Air mata balas air mata, sakit balas sakit dan nyawa balas dengan nyawa." Renata serius dengan perkataanya lalu tersenyum tipis, "Terimakasih untuk waktunya dan hati-hati di jalan." Ujarnya sinis.
Mobil itu kini melaju meninggalkannya di sisi jalan, saat Renata hendak menghentikan taksi sebuah mobil sudah berhenti di depannya, kali ini bukanlah wanita melainkan yang keluar jim sekertaris Frans.
"Nona saya di suruh untuk menjemput anda." Ujarnya halus dan membukakan pintu mobilnya dan lalu melajukan mobilnya.
Sesampainya di perusahaan wicom (wine company), perusahaan yang memproduksi semua jenis wine termahal di Florida. jim Menghantarkan Renata masuk dan setibanya di dalam semua mata tertuju ke arah Renata, dia bertanya-tanya apa ada yang salah dengannya atau alasan lainnya karna dia calon istri Frans.
"Sehebatkah dia." Batin Renata.
Mereka menuju lantai 33 dan mereka masuk ke salah satu ruangan yang besar, mata Renata mengelilingi setiap sudut ruangan itu dan dekorasinya sangat cocok untuk laki-laki seperti Frans.
"Nona saya permisi." Ujar jim lalu keluar.
"Kau terlambat, aku benci wanita yang tidak bisa menepati waktu." Frans menoleh dan dia berjalan mendekati Renata dan kini duduk di kursi.
"Duduklah." Ujarnya
"Jika kau membencinya kenapa tidak kita batalkan saja pernikahan ini?" Ujar Renata
Renata menatap sinis, "kau sangat hebat tuan Frans Alvarado!"
Frans tertawa lalu menyilangkan kakinya, mengangkat satu alisnya. "Terimakasih atas sanjunganmu nona. Bukankah aku sudah bilang aku pasti mendapatkanmu."
"Aku percaya sangat percaya karna kau hebat dalam bermain cinta. Aku penasaran kalau aku ini akan menjadi istri yang ke berapa?"
"Aahh, sepertinya kau sudah tahu apa Karen yang memberitahumu? Lagian tidak ada yang bisa di sembunyikan dan kau akan tahu sendiri nanti." Frans berdiri dan berjalan ke arah jendela dengan kedua tangannya di masukan ke kantong celana.
Renata tidak menyangka saat Frans berdiri dengan tenang dari belakang dia terlihat jauh berbeda. Tubuhnya sangat jenjang tinggi dan terlihat seksi.
"Aku terima pernikahan itu asal dengan beberapa syarat." Ujar Renata
Frans kini menyilangkan tanganya, "syarat? Kau berani mengajukan syarat denganku. Kau benar-benar spesial nona, untukmu akan aku terima syaratnya." Lalu dia membalikan tubuhnya dan bersandar pada kaca jendelanya.
"Yang pertama, aku tidak ingin satu rumah dengan wanitamu yang lain. Ke2 aku ingin pelayanku yang bernama Sanne bisa keluar masuk nanti dan yang terakhir aku ingin kau tidak akan melarangku melakukan yang aku inginkan. Bagaimana deal?"
Tawa kembali menghiasi bibir Frans, "Baiklah."
Setelah mendengar itu entah kenapa hati Renata sedikit goyah, hanya dengan kata 'Baiklah' itu seakan menghapus semua sifat yang dimiliki Frans dan tawa itu terasa nyata dari hatinya. Sangat mustahil orang seperti Frans akan setuju dengan permintaan dari orang lain.
"Baiklah...apa alasanya kau cepat menerima syaratnya?" Tanya Renata
Frans mendekati Renata dan menatap matanya dengan dekat, "karna kau yang meminta." Lagi-lagi Renata di buat tertegun.
Frans masih dalam senyumannya dengan perlahan bibir Frans mencoba mendekat ke bibir Renata, namun. Hanya tinggal jarak 2 cm Renata langsung bergerak menjauh dari Frans. Frans yang melihat itu langsung tertawa dan kembali duduk.
"Aku juga punya satu syarat dan itu wajib kau penuhi." Tanya Frans.
"Ok." Jawab Renata dengan sedikit salting. Posisi duduk Renata tidak setenang tadi dan Renata mencoba merilekskan tubuhnya dengan bersandar, "apa syaratnya?"
"Kau harus selalu melayaniku nona Perkins." Jawab Frans dengan sudut bibir yang terangkat.
Bola mata Renata seketika melotot dan dia langsung berdiri. jemarinya menunjuk Frans, "kau...kau sangat b******k Frans! Aku sudah pernah katakan meski aku mati sekalipun aku tidak akan sudi tidur denganmu!" Bentak Renata yang membuat Frans sedikit tersinggung.
Frans langsung berdiri dan menggepal tangannya dengan emosi dia mendekat ke Renata, tangannya yang kekar mencengkram bahu Renata, "aku kira waktu itu kau masih mabuk tapi sekarang kau yang memulainya nona." Ujar Frans dengan menekan setiap perkataanya.
Renata merintih kesakitan. Bukannya Frans melepaskan tangannya melainkan memberi penekanan yang lebih keras dan bibir Frans langsung mencium bibir Renata dengan paksa.
Renata menolak dengan semua kekuatannya namun cengkraman Frans jauh lebih kuat sehinga Renata tidak bisa berbuat apa-apa.
Ciuman ini jauh lebih menyiksa dari pada yang pertama, "aku tidak akan pernah menjalin hubungan denganmu Frans meski aku mati sekalipun." Batin Renata.
To be continued
Thanks yah yang sudah baca.