chapter 3

1090 Kata
Maaf kalau nemu Typo Happy reading guys "Aku akan membuatmu menyesal dengan perkataanmu sendiri nona perkins!" Ucapan Frans kembali terniang di kepala Renata, belum pernah dia mendengar sesuatu yang segitu seriusnya. Sudah 3 jam lebih sejak kejadian di kantor Frans, Renata tidak bisa memutar otaknya untuk bekerja. Ddrrrttt. Bahkan ponsel yang terus bergetar tidak bisa menyadarkan Renata dari lamunannya. "Ren aku masuk." Suara wanita dari balik pintu menggema, tanpa respon dari Renata. Arin dan Janne langsung masuk ke ruang kerja Renata, Butik Restyl. "Ahh kalian disini, ada apa?" Tanya Renata pada kedua temannya yang sudah berdiri di depannya. "Apa yang kau lamunin? Sampai kita masuk kau tidak tahu." Tanya Arin. Renata menghela nafas panjang dan menemani temannya duduk. Seuntas senyum Renata gambarkan seolah tidak terjadi apa-apa. Tak ada obrolan serius mengenai masalah Renata dan Frans melainkan obrolan itu menyangkut pekerjaan. "Ren. Coba deh kau lihat di atas meja kerjamu. Apa kau serius kalau kau sudah melihat itu semua?" Janne yang melihat sikap Renata jauh berbeda dari sebelumnya sehingga mengundang pertanyaan. Renata melirik sebentar, "Hhmm, aku sudah melihat itu semua. Hanya saja aku belum sempat membukanya." Senyum yang singkat Renata tunjukan dan di sambut tawa kecil oleh janne. Ingin rasanya masalah itu Renata ceritakan ke mereka, tapi bagaimanapun. Masalah itu sangat menjijikan baginya, mendengar menjadi istri yang kesekian kali entah yang ke berapa saja sudah membuat Renata merasa mual apalagi sudah ada kata 'sah' mungkin dia akan hidup bak di neraka. Meskipun begitu dia sudah membuat janjinya sendiri untuk 'tidak akan pernah menjalin hubungan dengannya'. Meski Renata harus kehabisan darah dia tetap akan pegang teguh prinsipnya, itulah sifat Ranata yang sudah melindunginya dari hal yang berbau, DI TINDAS. Sejak kematian orang tuanya Renata jauh dari sifat manja dan cengeng, semenjak itu dia lebih kuat dan berani. "Bagaimana kalau kita ke bar?" Ajak Arin. Janne dan Renata mengangguk, "let's go!" Ujar serentak mereka. *** Berbeda dari sebelumnya, bar ini tidak seramai waktu itu. Belum 2 jam Renata sudah menghabiskan 1 botol wine, dia pemabuk yang handal sekaligus saat dia meminum hampir 1 botol wine dia akan terlihat seksi dan b*******h. "Renata berhentilah minum! Dan ceritakan masalahmu." Ujar Arin sambil menarik gelas berisikan wine dari tangan Renata. "Kau tahu kan masalah ini sangat menjijikan, bahkan setelah kau mendengarnya kau pasti akan mual." Renata mengayunkan jarinya dan memngetukan ke atas meja. Setengah sadar Renata menggerakan mulutnya untuk bicara, "Aku...aku Renata Perkins akan menikah dengan laki-laki yang b******k laki-laki penuh nafsu dan birahi. Lebih menyedihkan lagi aku bukan istri pertama. Kalian lihat kan aku sangat menyedihkan sebagai wanita." "WHAT!!" Ujar janne dan Arin. Bruk Kepala Renata sudah tidak bisa dia angkat lagi. Hanya dengan hitungan detik kepala itu sudah mendarat di atas meja. Pemabuk yang handal tapi tidak tahan mabuk. Janne dan Arin hanya saling memandang tidak percaya apa yang barusan dia dengar. I belive I Belive. Rinton ponsel mengejutkan mereka, Arin meraih ponsel itu dari saku Renata. Di lihatnya panggilan masuk atas namakan FRANS. "Ini dari Frans." Ujar Arin. Janne menyuruh Arin untuk mengangkat itu "Halo, ini Arin temannya Renata. Siapa kau?" Tanya Arin. "Dimana dia?" "Kau siapa? Apa kau Calon suaminya? Sih laki-laki b******k itu?" Frans terlihat kesal, wanita itu berani mengumpat dirinya ke teman-temannya. "Kau katakan saja di mana dia? Atau aku akan buat hidupmu sengsara." Ancam Frans dari sebrang. Arin merasa takut. Suaranya yang berat membuat Arin merinding, "di..dia ada di bar. Alamatnya domistic bar." Setelah mendengar jawaban dari Arin, Frans langsung menutup ponselnya. "Apa yang dia katakan?" Tanya Janne "Aku rasa Renata benar. Hidupnya akan seperti di neraka jika menikah dengannya." Arin menceritakan hal tadi. Tidak lama Frans datang menemui mereka. Seketika mata coklat mereka melotot, Frans yang di maksud ternyata laki-laki yang menyandang Raja uang dan Wine di Florida. Frans yang terlihat sangat berwibawa dan manly dengan styl jas hitam berdasi hitam, matanya yang coklat memberikan kesan tajam dengan hidung mancung bibir yang seksi, entah itu beruntung atau kesialan orang yang mendapatkan Frans tapi dalam pikiran Janne maupun Arin itu keberuntungan sedangkan dalam pikiran Renata itu kesialan. "Aku akan membawanya pulang." Ujar Frans tegas sambil mencoba mengangkat tubuh Renata dan di peluknya erat dalam d**a bidangnya. "Tunggu! Mau kau bawa kemana?" Tanya janne yang melihat Frans yang sudah menggendong Renata dan beranjak pergi. Namun. Frans tidak merespon melainkan langsung pergi. Saat Janne dan Arin hendak mengejar tiba-tiba dua orang laki-laki menghadangnya, mereka berjas, berkacamata hitam dan di kupingnya terdapat alat seperti untuk komunikasi. Tidak salah lagi mereka pasti pengawal Frans. Frans mambawa Renata masuk ke mobilnya, mendudukan Renata di bangku depan lalu memasangkan sabuk pengaman. Bibirnya yang merah merona mengundang Frans untuk lekas menciumnya. Ibu jari Frans dengan lembut menyentuh bibir Renata, lembut dan halus. Tidak ingin membuang waktu Frans kini melajukan mobilnya. ~ Beberapa jam berlalu, Renata masih tertidur lelap, bau alkohol masih menyengat dari mulut Renata. Sesekali dia menggerakan tubuhnya yang terasa berat, dalam benaknya entah mimpi atau nyata Renata merasa satu helai benangpun tidak menempel di tubuh, namun. Tidak kedinginan melainkan merasa hangat sangat hangat. Dia tahu sesuatu pasti jatuh, 'tapi apa itu?' Hatinya bertanya. Perlahan Renata membuka matanya tepat sekali dalam pandangan yang pertama kali dia lihat adalah tubuh seorang laki-laki telanjang dengan ototnya yang sangat terlihat, garis tubuhnya yang begitu tegas deru nafas yang panjang dan teratur, hawa panas meski tanpa sehelai benang, mata Renata kini menjelajah ke kepala Laki-laki itu, Renata kenal betul pemilik wajah itu. "Kau jauh terlihat seksi jika kau ada di dalam mimpi ku." Bisik Renata. Renata kembali menyusuri tubuh yang masih memeluknya, tiba-tiba dia menariknya lebih mendekat. Kini Renata mampu merasakan jika dua jenggolan dadanya menempel d**a laki-laki itu. Renata menahan rasa senangnya dan kehangatan lalu kembali menutup mata. "Kau bahkan hadir dalam mimpiku Frans, tapi entah kenapa aku tidak ingin bangun." Bisik Renata Renata kini merasakan sesuatu menyentuh pantatnya, ya. Bukan hanya sentuhan tapi kini jauh lebih nikmat, "haruskan kita lanjutkan, sayang?" Bahkan sekarang suaranya begitu nyata menggema di lubang kuping. 'Tidak mungkin.' Batin Renata, kedua mata Renata langsung terbuka lebar lalu mendongak dan melihat sebuah senyuman yang membuat Renata langsung bangun. "KAU...KAU..INI NYATA!" Ujar Renata terkejut. Renata yang terbangun tanpa balutan apapun yang memperlihatkan payudaranya lurus ke mata Frans, Frans tersenyum dan matanya kini menyusuri pusar dan garis pinggang Renata. "Apa yang kau lihat." Teriak Renata tanpa sadar, dengan pelan Renata melihat ke bawah sontak Renata langsung menarik bantal dan menutupi buah dadanya. "Apa yang kau lakukan sayang, apa kau mencoba menutupi itu? Percuma aku sudah menikmati semalaman." Ujar Frans sambil mendudukan tubuhnya dan bersandar. "Kau b******k Frans!" Teriak Renata Renata berdiri sambil terus menutupi d**a menggunakan bantal, "aku tetap tidak sudi kau menyetuh tubuhku Frans. Meski kau sudah bilang kau sudah menikmati semalaman dan aku juga akan mandi semalaman agar bersih dari noda menjijikan darimu Frans." Bentak Renata. To be continued. Thanks yah..jangan bosen Nantika chapter selanjutnya yahhh. Kisa yang semakin membuat penasaran sudah menanti loohhh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN