Chapter 1 : Hiraeth Hospital
Ventilasi berukuran sembilan puluh centi meter memberikan pemandangan langit yang begitu cerah pukul satu siang. Daun dari pepohonan menari-nari, serta burung yang berlari meninggalkan dahan sebab diselimuti kejenuhan selama setengah jam saja bertengger disana. Matilda tampak memperhatikannya, alih-alih melalui jendela yang lebih luas. Ia lebih suka memandanginya dari sebuah ventilasi.
Suara dari televisi menyala, beradu dengan guruh kipas angin yang dibiarkan menyala kendati ruangan tersebut sudah diberikan sebuah ac, pun keran air pada washtafel sudah penuh hingga menetes-netes ke lantai kamar mandi--Matilda abai pada semuanya dan hanya memperhatikan ventilasi tepat dua langkah dari ranjangnya.
Seorang wanita tiba memasuki ruangan tersebut dengan tergesa, ia berlari ke arah kamar mandi dan menutup kerannya. Dengan raut wajah kesal ia memperhatikan punggung Matilda yang terduduk sembari memperhatikan ventilasi menuju halaman belakang. Matilda tak menoleh sama sekali ketika ia tiba-tiba saja masuk dan berlari ke arah kamar mandinya, rambut kecoklatan yang tergerai acak-acakan itu tak perlu lagi menjelaskan apa yang terjadi pada wanita tersebut. "Nona Matilda, setelah dari kamar mandi anda harus mematikan keran, jika tidak di tonton televisi sebaiknya dimatikan, dan anda tidak perlu menyalakan kipas angin disaat ac disini menyala." Wanita dengan seragam biru berusaha meredam emosinya, dan dengan sabar mematikan segala barang elektronik yang menyala.
Sedang Matilda hanya diam, masih memandangi ventilasi kegemarannya. si wanita berseragam biru memperhatikan Matilda dengan jengah, namun secepat kilat kejengahan itu hilang dan berganti dengan rasa kagum sekaligus menyayangkan keindahan yang Tuhan beri pada seorang Matilda. Manik sebiru langit, hidung yang mancung, bibir yang indah, wajah yang sempurna, kulit yang sedikit pucat, rambut kecoklatan, pinggang yang ramping, dan proporsi tubuh idaman setiap wanita. Sayangnya, ia sedikit berbeda...
Kali ini Matilda mengalihkan pandangannya pada wanita tersebut, dalam keadaan sekacau ini Matilda tetap terlihat sangat menarik. Bahkan seorang wanita sekalipun tak mampu menampiknya.
"Pergi," ucap Matilda tiba-tiba, dengan raut wajah sangat datar. Namun wanita berseragam biru tersebut paham akan hal itu, lantas ia berlalu sembari mengingatkan bahwa sebelum petang menjelang Madam Bettie akan datang--hanya untuk merias seorang Matilda di malam hari, padahal Matilda tidak akan dilihat siapapun selain perawatnya yang akan mondar-mandir ke sana untuk mengecek keadaannya atau membersihkan segala kekacauan yang Matilda buat di kamarnya.
Setiap pukul delapan pagi Madam Bettie akan tiba dengan beberapa pasang gaun indah yang dibawanya untuk Matilda, merias rambutnya, memoles wajahnya, melakukan perawatan kuku dan lain sebagainnya, lantas kembali pukul enam sore untuk melakukan hal yang sama--setiap hari selama satu tahun ini. banyak yang bertanya padanya kenapa ia tidak lelah melakukan hal tersebut pada wanita dengan gangguan mental? jawaban pertamanya karena gajinya sangat tinggi, tentu saja. Dan selanjutnya ia mengatakan bahwa ia kasihan terhadap Matilda.
Semua yang dimiliki Matilda membuat para perawat iri, tak ayal setiap harinya mereka pasti menyelipkan nama Matilda dalam perbincangan mereka. Dan yang paling panas ialah setelah kedatangan seorang pria yang melengkapi penampilannya dengan masker dan topi hitam. Pria itu melewati kantin menuju ruangan Mr.Michael yang merupakan pimpinan dari Hiraeth, rumah sakit jiwa yang cukup terkenal disana.
Kabarnya pria tersebut merupakan wali dari Matilda, biasanya seorang perawat wanita akan pergi mencari informasi apabila pria tersebut datang ke rumah sakit. Dan hari ini perawat Mary mendapatkan sebuah informasi lain, "Pria itu memberi sejumlah cek kepada Mr.Michael. Mr.Michael mengatakan bahwa pria tersebut tidak perlu khawatir soal Matilda sebab ia akan memberikan perawatan terbaik untuk Matilda," ungkap Mary, membuat semua perawat wanita kaget dengan sebuah fakta baru mengenai pria misterius itu.
"Aku tak habis pikir sekaya apa pria ini hingga mampu membiayai Matilda hingga saat ini," ujar Anne, mantan perawat Matilda sendiri yang dipindah tugaskan karena tak becus merawat Matilda.
"Jika pria itu sodaramu, ia tidak akan memikirkan uang dan akan tetap mengorbankan semuanya demi kesembuhan dan kehidupan yang layak untukmu," balas Jane, yang merupakan perawat pribadi Matilda saat ini.
"Benar, tapi.." ucapan seorang perawat lain terhenti ketika melihat pria misterius itu melintasi kantin kembali untuk pulang. Semua tampak menahan nafas, hingga Mr.Michael tiba memanggil Jane ke ruangannya. Jane mengikuti Mr.Michel ke ruangannya saat itu juga, ia tidak duduk pada kursi di hadapan meja Mr.Michel sebelum diberikan ijin untuk duduk. "Periksa ruangan Matilda, ganti barang-barang yang rusak dan isi ulang apa-apa yang diperlukannya di ruangan," titah Mr. Michael, dan Jane tidak akan mampu menolak atau bertanya sedikitpun, jadi ia hanya mengangguk dan membungkuk sebelum keluar dari ruangan untuk mengerjakan perintahnya.
Mengurus Matilda sama halnya menjadi seorang asisten rumah tangga, sebab tugasnya tidak hanya harus mengecek keadaan mentalnya, membantunya meminum obat, memberinya makan, membantunya di kamar mandi atau mengajaknya berjalan-jalan di taman belakang--melainkan perlu mengurus seisi ruangannya pula. Selama satu tahun ini sudah lima orang perawatnya mengundurkan diri dengan alasan tak sanggup mengurus Matilda yang keperluannya tiga kali lipat dengan pasien yang lainnya, sisanya tujuh orang yang sengeja diberhentikan atau dipindah tugaskan merawat pasien lain karena dianggap Mr.Michael tidak becus mengurus Matilda.
Seperti yang terjadi pada Anne, ia diutus untuk mengurus pasien baru ketimbang Matilda dikarenakan kedapatan terlambat satu jam memberi obat kepada Matilda sehingga hari itu Matilda menjadi sangat brutal dan nyaris membakar gedung rumah sakit tersebut. Beruntung Anne tidak dipecat sebab ibunya merupakan mantan perawat rumah sakit yang paling lama bekerja disana. Maka kali ini Jane yang mengurus Matilda, kurang lebih dari satu bulan terakhir dan ia mulai merasa mengetahui apa-apa yang sering dilakukan Matilda jika kambuh.
Pertama nona muda itu akan membiarkan semua yang ada di dalam ruangannya menyala, mulai dari televisi, kipas angin, ac, air keran, lampu, serta barang-barang menyala lainnya yang harus Jane cek ke dalam ruangannya minimal tiga jam sekali. Itu sungguh melelahkan, tak ada yang mau pekerjaan sepeti itu apalagi yang harus ia rawat adalah pasien vvip macam Matilda. Belum lagi kebiasaan lain Matilda yang sering melempar-lempar barang pada seseorang ketika ia menyadari ada yang masuk ke dalam ruangannya, pun reaksi mendadaknya yang sering menjerit sembari mengacak-acak rambutnya, serta kebiasaan tambahannya yang suka membuka baju tanpa tahu ada siapa di dalam ruangannya.
Terakhir kali Jane dibuat kalang kabut ketika seorang service man datang ke ruangannya dan Matilda nyaris telanjang bulat di tempat. Jane sibuk menutupi tubuh Matilda sedangkan keran air menyala dan keluar dari kamar mandi. Alhasil ia harus mengelap ruangan Matilda kendati itu bukan tugasnya sebab Matilda tidak menyukai petugas kebersihan disana-entah apa alasannya. Yang jelas Matilda tidak membiarkan sembarang orang masuk ke ruangannya, kecuali mereka semua ingin melihat seorang Matilda murka.
***
Jane memasuki ruangan Matilda, si pemilik ruangan tampak meringkuk di samping ranjang dengan keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya bergetar hebat, rambutnya acak-acakan, matanya berair, gaun putih yang ia kenakan koyak sehingga memperlihatkan tubuh mulus Matilda hingga dadanya. Ia tampak menggigit-gigit kuku-kuku tangannya sembari merapalkan sebuah kata-kata seperti sebuah mantra--entah mantra apa. Yang jelas saat ini Jane kaget bukan main, ini merupakan kebiasaan baru yang Jane lihat dari pasiennya itu.
"Nona Matilda, apa yang baru saja terjadi?" tanya Jane, ia tahu Matilda masih mampu mencerna setiap ucapan, kendati wanita itu jarang menjawab setiap pertanyaan yang datang kepadanya apabila itu adalah pertanyaan yang terlalu rumit. Jane melihat arah telunjuk Matilda yang tiba-tiba terangkat. Jendela terbuka, dan ia melihat robekan pakaian seorang perawat pada engsel jendela. "Apa yang terjadi?" tanya Jane,
"Ia membuka pakaianku," ucap Matilda dengan sangat pelan. "Ya Tuhan, apa...apa dia sempat melakukannya?" dan Matilda hanya terdiam. Jane akan berada dalam masalah besar apabila Mr.Michael mengetahui hal ini, namun ia akan berada dalam masalah yang lebih fatal lagi apabila menyembunyikan hal ini. Jane segera merapikan pakaian Matilda dan menekan tombol dalurat yang berada tepat di samping ranjang Matilda, sembari menunggu seseorang tiba untuk membantunya Jane lebih dulu membuat Matilda tenang dengan menyuntikan obat penenang kepadanya.
Tak lama pelayan Mary datang, ia bertanya dengan raut wajah yang tak kalah paniknya sebab mendengar bunyi tombol dalurat dari ruangan Matilda. "Seseorang berusaha melecehkan Matilda. Mungkin dia juga seorang perawat pria disini. Aku harus memberitahu Mr.Michael." Pelayan Mary memintanya untuk tenang terlebih dahulu dan mencari siapa yang kiranya melakukan hal tersebut kepada Matilda. Jika mendadak mendatangi Mr.Michael itu akan mempengaruhi nasib Jane sebagai perawat disana, Jane bisa saja dipecat detik itu juga.
Mereka lantas pergi dari ruangan Matilda untuk mencari bukti lain sebelum melapor kepada Mr.Michael, namun mereka lupa untuk mengunci ruangan Matilda. Satu jam berlalu mereka tak kunjung kembali, sedang Matilda yang sudah sadar segera bangkit dari ranjangnya dan berlari ke luar. Seluruh lorong rumah sakit sangat sepi, entah apa yang terjadi namun Matilda merasa bersyukur sebab itu memudahkannya untuk keluar dari bangunan terkutuk itu. kali ini ia merasa rencananya berjalan dengan lancar untuk keluar dari sana dengan menjebak seorang perawat pria masuk ke ruangannya dan merobek pakaiannya.
Sesaat Matilda dibuat kaget karena melihat kerumunan banyak orang di taman dengan seorang korban pria yang ia gunakan untuk melancarkan aksinya keluar dari sana. Mereka tampak menyeret pria tersebut ke ruangan Mr.Michael untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dan disitulah Matilda dengan leluasa bisa keluar dari bangunan terkutuk itu sebab semua orang pergi untuk melihat khasus rancangan Matilda. Ia tahu, sangat tahu bagaimana ia begitu menjadi pusat perhatian seluruh orang di rumah sakit tersebut, tidak ada yang tidak ingin mengetaui informasi tentang dirinya. Itu sebabnya ia menggunakan taktik ini untuk menarik semua orang pergi dari tugasnya dan ia bisa dengan mudah lari dari sana.