Matahari baru menunjukkan sinarnya malu-malu , namun Clarissa sudah berjalan menuju halte bus terdekat. Jarak dari rumah sampai halte bus sekitar dua kilometer. Biasanya ia diantar jemput oleh kekasihnya Mauren . Tapi saat karena mereka berbeda sekolah , Mauren jadi jarang mengantar Clarissa.
Kekasih Clarissa itu bersekolah di Buntara High school , yang letaknya tidak terlalu jauh dari Svarosky hanya berjarak tujuh ratus meter dari sana. Hanya saja Buntara High school memiliki kualitas pendidikan kan bisa dibilang menengah. Namun nilai tambahan dari Buntara adalah memiliki asrama. Jadi setiap siswa harus tidur di asrama hanya tiga malam tiap satu minggunya. Itulah sebabnya Mauren tidak bisa mengantarkan Clarissa.
Setidaknya tadi pagi ia sudah sarapan walaupun hanya dengan nasi sisa semalam. Untungnya nasi itu tidak basi, karena tadi neneknya terlalu sibuk membuat beberapa kue.
Sesampainya di halte bis Clarissa hanya menunggu sekitar dua menit saja sampai bus datang. Untungnya hari ini penumpangnya lumayan sepi jadi ia bisa mendapatkan tempat duduk. Karena biasanya ia sering harus berdiri sepanjang jalan.
"Aku sedikit beruntung," ucap Clarissa.
Hanya butuh waktu lima belas menit saja Clarissa sudah sampai di halte bus depan sekolahnya. Kebanyakan anak di Svarosky sudah membawa mobil pribadi untuk anak kelas tiga . Sedangkan untuk kelas satu dan dua dilarang oleh pihak sekolah karena usia mereka masih di bawah tujuh belas tahun. Jadi kebanyakan dari mereka diantar oleh mobil pribadi.
Selain Clarissa ia yakin bahwa tidak ada orang lain yang lebih sederhana darinya dan bisa masuk ke Svarosky. Disini Clarissa memiliki dua sahabat sejak dia duduk di bangku kelas sepuluh yaitu Lamia dan sesil.
"Tumben sil Lo udah dateng," tanya Clarissa saat melihat sesil di kelasnya.
"Gue males di rumah sepi, kan enak di sekolah jadinya," ucap sesil dengan polosnya.
"Iya juga sih," ucap Clarissa sambil duduk di sebelah sesil.
" Dan Lo tahu sa , bisa-bisanya empat lampu di rumah gue tiba-tiba meledak gak lama setelah ortu gue cabut ke luar kota," ucap sesil.
"Lah adek Lo mana?" Tanya Clarissa.
"Sa, Lo lupa gue anak tunggal?" Tanya sesil.
"Astaga gue lupa, kan yang punya Adek cuma Lamia hehe," ucap Clarissa.
"Lo nggak ada cita-cita nginep di rumah gue apa?" Tanya sesil.
" Ah nggak dulu sil, kasihan nenek gue sendirian," ucap Clarissa.
"Ya juga ya, bentar ini Lamia tumben belum dateng ya, " ucap sesil.
"Gue nggak ketemu mobil sesil dari tadi," jawab Clarissa.
Kedua orang itu kemudian menyiapkan empat buku dari lokernya. Pagi ini mereka akan menerima dua mata pelajaran wajib itu sebabnya mereka harus cepat menyiapkan buku. Itu karena pergantian mata pelajaran hanya berbeda satu jam , dan siapa yang tidak terlihat menyiapkan buku untuk mata pelajaran wajib akan mendapatkan hukuman.
Tidak lama kemudian Lamia masuk kedalam kelas dengan terburu-buru.
" Eh lam tumben?" Tanya Clarissa.
"Lo tahu sa gue hampir aja nggak sekolah tadi," ucap Lamia.
" Kok bisa mi?" Tanya Sesil.
" Hampir di paksa nyokap buat ikut dia dines," ucap Lamia.
" Emang mau dines kemana?" Tanya Clarissa.
" Seoul, sekalian nyamperin Tante," ucap Lamia.
Kedua temannya saat ini hanya bisa menganggukkan kepalanya. Tidak berbeda jauh dengan sesil dan Clarissa, Lamia juga segera menata bukunya.
Di saat pelajaran bahasa Mandarin ternyata mereka sudah di ajarkan oleh guru yang berbeda . Di saat itulah Clarissa membuka buku catatannya dan menggambar wajah sang guru tidak lupa dengan nama guru itu . Semua orang tahu itu kalau Clarissa adalah orang yang sangat suka menggambar. Apalagi hasil gambarnya hampir seperti aslinya.
"Widih udah dapat tambahan aja tuh buku," ucap Lamia .
"Iya gue kan lumayan dapet model baru," ucap Clarissa sambil tertawa.
"Tapi emang gambaran Lo nggak pernah bikin kecewa sih sa," ucap sesil.
" Ya dong Clarissa gitu loh," ucap Clarissa sambil tertawa.
Tidak terasa waktu istirahat telah tiba. Mereka bertiga saat ini bergegas menuju ke kantin.
"Sa, Sil Lo mau makan apa?" Tanya Lamia.
"Gue mau paket satu aja ," ucap Clarissa.
" Gue mau steak , bye ," Ucap sesil sambil menuju stand steak.
" Sip kita antri bareng ucap Lamia kepada Clarissa.
Makanan paket satu yang di sebutkan oleh Clarissa itu memang paket komplit namun jarang peminatnya. Karena isinya terlalu komplit menutut para pelajar. Kalian tahu isinya apa? Isinya adalah nasi, lauk, kuah, side dish, buah, Snack, s**u , dan air putih. Dan masakannya setiap hari berbeda. Berbeda dengan paket dua hanya tidak ada tambahan kuah dan s**u saja.
Bahkan untuk menu vegetarian disana mempunyai stand sendiri. Karena tidak sedikit pula siswa yang vegetarian.
Setelah mengambil pesanannya kedua orang itu segera mencari keberadaan sesil.
" Oh itu sesil disana," Ucap Clarissa sambil menunjuk meja sesil.
Mereka berdua segera berjalan menuju meja sesil . Di saat itu tidak sengaja ada seorang siswa lain yang menabrak pundak Clarissa. Untungnya siswa itu memegangi Clarissa yang hampir jatuh.
"Makanya kalau kalau jalan pakai mata," bisik orang itu sambil menolong Clarissa.
"Loh kan," ucapan Clarissa terhenti saat sadar hampir seluruh kantin melihat mereka.
Dengan perasaan sedikit dongkol Clarissa segera duduk di meja.
"Sumpah Lo tadi beruntung banget di tolong kak Darwin," ucap sesil sangat antusias.
"Iya bener banget sa," ucap Lamia.
"Bentar-bentar kalian ngomongin siapa sih?" Tanya Clarissa.
"Itu cowok yang nolongin Lo namanya Darwin kakak kelas kita yang nilai sempurnanya 30 gila," ucap sesil.
"Mana dia ganteng,baik, keren, pinter, apa lagi yang kurang," tambah Lamia .
Clarissa mengerutkan dahinya, baik darimana pikirnya . Buktinya tadi dia yang nabrak bahu Clarissa tapi malah menyalahkan Clarissa.
"Kalian yakin dia kayak gitu?" Tanya Clarissa.
"Iya lah, udah deh cepet makan,"ucap Lamia.
Setelah kejadian tadi seisi sekolah banyak yang menatap ke arah Clarissa. Sebenarnya itu hal yang biasa tapi biasanya hanya siswa laki-laki sedangkan para siswi menatap biasa saja. Tapi ini semua menatapnya seakan ingin bertanya sesuatu. Merasakan hal itu kedua teman Clarisa itu segera membawa Clarisa ke kelas sebelum mendapatkan sesi wawancara dadakan.
"Eh kalian ada yang ikut kelas lukis nggak sih?" Tanya Clarissa .
" Ya nggak mungkin lah sa kita masuk ke kelas lukis cukup pelajaran wajib aja udah Puyeng kita," jawab sesil.
"Jangan lupa kalau gue cuma ambil renang sama tari nggak lainnya , tapi kalau Lo mau shopping kita ikut," ucap Lamia.
" Huh rencananya gue sepulang sekolah mau cari alat lukis," ucap Clarissa.
"Oke kita ikut," ucap Lamia dan sesil bersamaan.
"Emang kalian nggak ada les hari ini?" Tanya Clarissa.
" Hari ini gue libur les biola , Lo tahu kan guru les gue lahiran," ucap sesil.
" Sil guru les biola Lo kan laki-laki sil," ucap Lamia.
" Iya melahirkan kok ini chatnya,"ucap sesil sambil menunjukkan handphonenya.
"SESIL ITU ISTRINYA YANG MELAHIRKAN," Ucap Lamia dan Clarisa bersamaan.
" Tapi kan bener melahirkan," ucap sesil pelan.
"Terserah sesil dah, " ucap Lamia.
" Terus Lo rencanya mau ngasih kado apa sil kan bapaknya guru Lo," tanya Clarissa.
" Oh itu, gue baru kepikiran, gimana kalau carinya setelah Lo cari alat lukis?" Ucap sesil.
"Oke, untung gue bawa baju ganti," ucap Clarissa.
" Berhubung dari kita belum ada yang tujuh belas tahun gue udah ngelobi pak Dika biar anter kita kemana aja," ucap Lamia sambil menunjukkan isi chatnya.
" Thank you Lamia," ucap Clarissa.
Selain untuk keluar alasan kenapa Clarissa membawa baju ganti ialah. Hari ini ia ada jadwal kelas renang. Kali ini Clarissa hanya satu kelas dengan Lamia. Sedangkan sesil sudah ada di kelas mata pelajaran wajib kesukaannya.
Setiap siswa di Svarosky memiliki jadwal pelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan berapa poin yang ingin mereka capai . Ada yang mengambil satu hari hanya mengambil tiga mata pelajaran berbeda. Ada juga yang mengambil lima sampai enam mata pelajaran untuk satu hari, contohnya seperti Clarissa. Namun banyaknya pelajaran itu tidak mempengaruhi jam pulang dan istirahat itu sebabnya banyak yang lebih memilih tiga sampai empat saja.
Kelas renang tadi juga merupakan mata pelajaran ke enam clarisa hari ini. Ia segera mencari temannya di depan dan segera menuju pusat perbelanjaan terdekat.
Tidak lupa sesampainya di sana ketiganya segera mengganti pakaian dan tas sekolah mereka di tempatkan di bagasi mobil milik Lamia.