Saat ini ketiga orang itu sedang berada di tempat alat-alat lukis. Dan kalian tahu dari ketiga orang itu Lamia adalah orang yang paling antusias melihat segala peralatan lukis .
" Gue mau ambil yang satu set itu aja deh ribet kalau satu-satu," ucap Clarissa.
"Lo yakin nggak mau yang itu sa, sumpah bagus banget tapi gue nggak paham," ucap Lamia .
"Nggak dulu Mia, ini pelajaran lukisnya yang sederhana kok bukan yang bertekstur ," ucap Clarisa menjelaskan.
"Yah , tapi kalo Lo mau gue beliin dah," ucap Lamia.
"Mia kan yang ikut kelas lukis cuma Claris kok Mia mau ikut beli," ucap sesil .
Hanya sesil yang dari tadi merasa di planet mars saat masuk ke toko itu. Itu karena sesil benar-benar tidak paham dengan semua benda kecuali cat sudah.
"Ini langsung ke toko bayi atau gimana?" Tanya Clarissa.
"Gue mau beli baju buat lomba tari," ucap Lamia.
" Yaudah ke toko baju dulu deh, sekalian beli buat show bulan depan," ucap sesil .
Selain pelajar sesil memang sering tampil di beberapa pertunjukan biola. Itu sebabnya dia hanya mengambil sekit pelajaran supaya kalau dia mau ijin tidak tertinggal terlalu banyak pelajaran. Itu semua adalah saran ibunya yang melihat kemampuan biola sesil.
Untuk kali ini Clarisa hanya sebagai komentator untuk baju yang akan di beli kedua temannya. Mulai dari sesil yang ingin memakai gaun terlampau seksi sampai Lamia yang bingung mengambil baju yang bagaimana.
"Sumpah gue selalu laper tiap kali nunggu kalian milih baju," ucap Clarissa.
Ini memang bukan pertama kalinya Clarissa harus menunggu kedua orang itu memilih baju. Kadang ingin rasanya ia pilihkan tanpa memberi pilihan lain , tapi itu adalah hal yang mustahil.
"Sasa kalau laper itu di tas gue ada roti, " ucap sesil.
"Nggak ah sil masak gue makan sendirian," ucap Clarisa.
"Yes udah Nemu baju yang pas buat dance," ucap Lamia.
Sebenernya toko yang di kunjungi Lamia dan sesil itu berbeda. Namun letaknya tepat bersebelahan,dan pas di depannya ada satu tempat duduk tempat dimana Clarissa duduk. Bisa kalian bayangin SE keras apa mereka bertiga berbicara.
Tapi sayangnya tidak ada satu staf pun yang berani menegur mereka selama itu masih dalam batas normal. Selain itu siapa yang tidak mengenal Lamia dan sesil disini. Karena mereka berdua adalah pelanggan ekslusif .
Tidak lama kemudian ketiga perempuan itu masuk ke dalam toko bayi. Mereka bertiga bingung saat melihat banyaknya barang di sana. Namun akhirnya sesil memilih untuk membeli alat sterilisasi botol s**u dan satu set baju bayi.
" Jadi mau makan apa?" Tanya Lamia.
"Spaghetti aja," jawab Clarissa.
Sebenarnya Clarissa menjawab itu karena uangnya hanya cukup untuk membeli spaghetti. Karena kalau mereka mengajaknya di restoran fine dining Clarissa belum tentu bisa makan.
"Kebetulan gue dah lama nggak makan spaghetti ," ucap sesil.
" Kalo gitu kita makan di bawah aja nggak di resto di sana enak loh ," ucap Lamia.
Tanpa mereka sadari Clarissa menarik napas lega.
Setelah memesan pesanan milik mereka , mereka segera duduk.
"Eh sa , selain gambar dan nulis diary Lo suka apa?" Tanya sesil.
"Belajar,"
"Lo nggak capek sa?" Tanya Lamia.
"Capek itu wajar karena kita itu manusia , tapi gue yang pingin jadi gue nikmati aja, apalagi kalian juga tahu kalau gue bukan dari kalangan berada seperti kalian," ucap Clarissa.
Clarissa memang tidak pernah malu untuk mengakui bahwa mereka berbeda. Toh kedua temannya itu juga mau berteman dengannya.
"Sa Minggu malam Lo ada waktu kan?" Tanya Lamia .
" Ada kenapa?"
" Temenin gue ya," ucap Lamia .
" Emang Lo mau kemana mi?" Tanya sesil.
" Gue ada acara minum teh sama kolega orang tua gue , terus kolega ortu gue itu rata-rata bawa anak , dan sialnya cuma gue yang anak tunggal," ucap Lamia.
" Terus Lo mau gue ngapain?" Tanya Clarissa.
" Nanti temenin gue aja , acaranya cuma dua jam kok," ucap Lamia .
"Oke deh, sesil nggak ikut?" Tanya Clarissa.
"Lo lupa gue ada les piano ?" Ucap Sesil.
" Ah iya maaf,"
Setelah itu makanan mereka bertiga telah datang. Di saat mereka makan sesil merasa ini sudah terlalu malam . Ia segera melihat jam dan benar ini sudah jam tujuh malam.
"Guys ayo pulang," ucap sesil .
Beruntung ketiganya telah selesai makan . Mereka segera merapikan baju dan keluar dari pusat perbelanjaan itu.
" Loh sa Lo nggak bareng kita?" Tanya sesil.
"Nggak deh ,gue naik taksi aja kan beda arah," ucap Clarissa.
Mendengar jawaban dari Clarisa Lamia segera memesan salah satu taksi dan memberinya uang saat itu pula.
"Pak ini antarin temen saya ini uangnya kembaliannya buat bapak," ucap Lamia sambil memberikan uang dua ratus ribu ke sopirnya.
"Ya ampun Mia," ucap Clarissa.
" Udah santai aja , nggak usah di ganti, hati-hati ya," ucap Lamia dan sesil.
Clarissa pun segera masuk ke dalam mobil taksi itu. Hari ini ia lumayan lelah hingga tanpa sadar ia ketiduran.
Tidak lama kemudian Clarissa terbangun saat merasa mobil itu berhenti. Ia melihat di sekitar mobil itu masih belum rumahnya. Ia segera keluar dan bertanya kepada sopir tadi.
" Pak ini kenapa kok berhenti?" Tanya Clarissa.
"Anu neng mobilnya tiba-tiba mati , ini bapak nggak bisa benerin, neng ini uangnya saya kembaliin aja biar neng bisa naik ojek," ucap pak sopir itu.
Akhirnya Clarissa menerima uang seratus ribu itu. Yang mungkin besok akan ia kembalikan ke Lamia.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan dan Clarissa jelas tahu kalau di daerah sini tidak ada ojek. Tidak mungkin juga kalau dia menelepon Mauren.
Akhirnya ia terus berjalan sejauh empat kilometer. Itu karena jalan yang di lewati berbeda dengan jalan menuju sekolah. Berbeda dengan jalan yang tadi pagi ia lewati disini memang sangat sepi dan jarang ada orang yang lewat.
Baru saja ia berjalan sejauh satu kilometer meter . Tapi siapa sangka ia akan melihat jalanan di sini saat ini berubah menjadi sirkuit balap liar. Melihat hal itu Clarisa berjalan sedikit lebih cepat dari pada tadi . Ia sedikit takut saat ini.
Di saat melewati arena balap liar itu tanpa sengaja ia melihat orang yang ia tahu. Dengan cepat ia mengambil sebuah foto ke arah orang itu. Sebenarnya tidak hanya satu fotonya apalagi saat melihat orang itu sambil membawa sebotol minuman keras.
Tapi tanpa di sadari oleh Clarissa bahwa ia lupa mematikan lampu flashnya. Orang itu segera menoleh ke arah Clarissa . Dan satu lagi yang tidak di ketahui Clarissa botol yang di genggaman orang itu kosong karena telah habis di minum teman orang itu.
"Kelinci kecil sedang ingin bermain rupanya," ucap orang itu.
Melihat orang itu tersenyum ke arahnya Clarissa pun panik . Ia segera berlari menjauh dari arena itu. Hal itu membuat orang tadi semakin terkekeh
"Let's play bunny,"