Ada apa dengan Ayah?
Ini tentang Alea Lesmana, gadis berusia 16tahun yang kini duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Gadis yang mempunyai paras cantik, pribadi yang periang dan disenangi oleh banyak temannya.
Dia adalah anak tunggal dari pasangan suami istri Ardan dan Sinta. Sang ayah, bekerja di salah satu perusahaan iklan di ibukota. Mereka terpaksa tak bisa setiap hari bertemu. Tentu jarak yang lumayan antara Jakarta dan Bandung, oleh karena itu, setiap weekend barulah Ardan bisa berkumpul dengan keluarga tercinta.
Setiap hari liburnya, ia selalu memanfaatkan waktu bersama Alea. Sedangkan Sinta sang istri yang sering sakit-sakitan lebih banyak di rumah.
Alea dibesarkan dengan kasih sayang penuh oleh kedua orangtuanya. Bahkan Ardan dan Sinta seringkali memperlakukan putrinya seperti anak kecil, hingga Alea tumbuh menjadi anak yang sedikit manja. Terlebih diapun anak satu-satunya.
Ketiga sahabatnya yang tau bagaimana kehidupan Alea, seringkali merasa iri dan menganggap Alea adalah anak yang paling beruntung. Tapi tak segan, Aleapun jadi bahan ledekan mereka.
Seperti sekarang, saat mereka berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompok.
"Ciee yang bentar lagi mau ultah, pasti ayah tercinta beliin apapun yang dia mau nih," ucap Beka Saeka.
Dia adalah teman sekelas, sekaligus sahabat Alea dari bangku SD. Namanya Beka, tapi suka dipanggil Bebek, karena dia paling cerewet.
"Ya iya atuh, si geulis kesayangan ayah," sahut Lembayung Widi Astuti.
Gadis tomboy itu juga sahabat Alea dari bangku Sekolah Dasar. Dan takdir menyatukan mereka bertiga, dalam satu kelas. Nama Lembayung, tapi si Beka suka manggil Gayung biar gampang katanya, jadi deh si Alea juga ikut-ikutan.
"Iya yah, enak jadi Lea, anak tunggal," si kalem Anita kali ini juga ikut menimpali.
Ya, Anita ini paling pendiam diantara lainnya. Tapi karena terjebak dipersahabatan yang congornya bocor semua, jadi dikit-dikit dia sekarang enggak begitu diam kaya limbad lagi.
"Ih-ih, kita mah kan, disuruh ngerjain tugas kelompok ceunah, bukannya pada gibahin Prilly Latuconsina yang paripurna ini," sahut Alea sembari menyomot cemilan yang disediakan Beka di kamarnya, tempat mereka mengerjakan tugas hari ini.
"Hahah, Prilly nangis tuh kalau denger disamain sama kamu Le,"
"tau, kaya indonesia-jerman Le, jauhhhh!
"Anita, tolongin Lea, masa Bebek sama gayung ngomong gitu?" dengan gaya sok manja kali ini Alea mengatakan.
Tentu membuat kedua sahabatnya, menahan jijik, sedangkan si kalem Anita hanya tersenyum.
"Sekarang ayahku enggak begitu guys. Enggak semua yang aku mau bisa dituruti. Katanya kebutuhan dan pengeluaran ayahku banyak sekarang, lagipula aku udah dewasa juga katanya, menuju dewasa enggak enak juga ya ternyata heheh."
"Masa si Le? ayah kamu bilang gitu?" Lembayung menampakan wajah tak percaya, pasalnya yang ia tau, ayah Lea selalu menuruti kemauan Sahabatnya itu. Walau Alea juga enggak pernah minta yang melebihi batas.
"Wah, jangan-jangan---" sergah Beka dengan mimik dramatisnya.
"Ya baguslah teman-teman," potong Anita, "berarti ayah Lea udah anggap Lea dewasa."
"Tuh, dengerin apa kata Anita, otak kamu mah sinetron mulu Bek. Jadinya teh, kebanyakan jangan-jangan kalau ngomong."
"Hahah iya, kebanyakan nonton sinetron ikan terbang si Bebek mah Le!" sela Lembayung.
Beka mengerucutkan bibir,
"idih-idih, kalau begitu kaya mimi piri kamu Bek," sembari cekikikan Lemabayung mengatakan.
"ihhhhh," Beka hendak menimpuk buku ke arah Lembayung, tapi buku malah mendarat ke punggung Anita.
"Aw," pekik Anita,
"Yaampun punten Nit, sumpah, niatnya mau nimpuk si Lembayung,"
"Huuu, Azab tuh," Lembayung cekikikan.
"Tong kitu atuh Bek, Cup-cup Anitaku kacian," Alea menepuk-nepuk pundak Anita dengan keras, karena dia pikir Anita hanya bergurai merasakan kesakitan.
"Aw, sakit Le," kali ini Anita meringis kesakitan.
"Yaampun Nit, kamu teh enggak bercanda?" timpal Alea,
Dan tiba-tiba Anita menangis,
"Yah, kamu si Bek?!" pungkas Lembayung.
"Yaampun, maafin aku ya Nit," Beka mendekat,
"Atuh, ini gara-gara aku, tadi teh nepok punggung nitanya kekencengan."
"Bukan salah kalian ko," Anita angkat bicara, dia menangkap wajahnya dengan kedua tangan, lalu kembali menangis.
Alea segera memeluk Anita, "kamu kenapa Nit? cerita sama kita?"
"Iya nit kenapa?" Beka tak sengaja melihat lebam biru dipunggung Anita. "Astagfirullah Nit, punggung kamu kenapa?"
Refleks, Bekapun menyingkap seragam Anita. Lembayung dan Aleapun terbelalak saat melihat banyak sekali lebam biru dipunggung Sahabatnya itu.
"Ini ulah ayahku," jawab Anita dengan bergetar.
"Hah? yang bener Nit?" sergah Lembayung dengan wajah serius.
"Ibumu tau Nit?" timpal Beka.
"Ibuku bahkan diperlakukan lebih dari aku," tangisan Anita semakin kencang.
"Ya Allah nit, ini si harus dilaporin polisi." ujar Alea.
"Bener kata Lele Nit, ini si udah keterlaluan!" Dengan emosi Lembayung mengatakan. "Apa perlu, kita bantu laporan?!"
Anita menggeleng, "bahkan, kata ibuku jangan sampai orang lain tau. Aku mengatakan padanya, lebih baik mereka berpisah. Tapi ibuku malah bilang, lebih baik mati dari pada harus berpisah dengan laki-laki jahat itu," tangis Anita kembali pecah.
Ketiga sahabatnya itu memeluk Anita,
"yang sabar ya Nit," kata Alea, walau sejujurnya jika ini terjadi padanya. Diapun tak tau akan sekuat Anita atau tidak.
Selama ini, ketiga Sahabat itu sudah tau, kalau ayah Anita suka berselingkuh. Dan selama itu pula, Alea bersyukur ayahnya adalah orang yang bertanggungjawab dan tak pernah menyakiti dia dan bundanya.
Walau akhir-akhir ini, Alea merasa ada yang berubah dari sang ayah. Seperti yang terjadi sekarang,
Sehabis maghrib, Alea baru pulang dari rumah Beka. Dan seperti biasa, setiap jumat sore pasti ayahnya sudah pulang ke Bandung.
Alea selalu antusias. Dia segera berlari saat melihat mobil ayahnya sudah terparkir di depan rumah.
"Ayah ...," teriaknya, lalu memeluk erat Ardan.
Pelukan ini yang selalu Alea rindukan setiap pekannya.
"Anak ayah baru pulang?"
"Iya yah, Alea abis kerja kelompok di rumah Bebek,"
"masih aja, manggil Beka dengan sebutan bebek si nak," tukas Sinta.
"Biarin bun, dia aja masih manggil Alea_Lele,"
Sinta dan Ardan tersenyum,
"Ya pokoknya, Alea harus rajin belajar, biar----"
"Biar kaya anak teman ayah, yang selalu juara kelas, juara antar sekolah, juara nasional," potong Alea, "ayah udah kasih tau Lea berapa kali coba? otak Lea limitnya cuma segini yah hehe, tapi yang penting anak temen ayah enggak juara dihati ayah kan? yang juara dihati ayah ya cuma Lea, iya kan bun?" Alea memeluk sang bunda.
Sinta lagi-lagi hanya tersenyum, mendengar celoteh anak gadisnya.
"Iyalah, Lea selalu juara dihati ayah." ucap Ardan sembari tatapannya kembali terfokus pada ponsel.
"kalau gitu, pasti ayah enggak bakal lupa dong hari minggu besok,"
Ardan seperti tak mendengarkan ucapan putrinya, dia masih saja berkutat dengan benda pipih ditangannya.
"Lea mau kado alat lukis ya yah, Lea mau ngelukis lagi yah, boleh kan yah?"
Melihat ayahnya tak merespon ucapannya, Aleapun mendekati Ardan dan segera melihat kelayar ponsel yang dipegang sang ayah. Refleks Ardan segera mengantungi benda pipih itu.
"Ayah! ayah ko enggak dengerin Lea ngomong si? ayah masih sibuk aja sama HP?"
"iya-iya, maafin ayah ya sayang. Ini soal kerjaan, tadi Lea bilang apa, coba ulangi?"
"Ih, bunda, ayahnya nih," Alea merajuk, mengadu pada Sinta.
"Ituloh yah, hari minggu kan ulangtahun Alea, terus Alea mau kado alat lukis. Mau ngelukis lagi katanya,"
"Enggak usah ngelukis lagi lah sayang, mending Lea belajar yang rajin, ngelukis kan enggak penting buat pendidikan. Biar kaya---"
"Anak temen ayah lagi? emang pintar banget ya yah, teman anak ayah itu? sampe ayah ngulang-ngulang mulu bicarain dia?"
Ardan hanya nyengir, "oh iya, ini nanti jam 9 malam ayah harus balik ke Jakarta lagi sayang,"
"Hah? kan ayah baru pulang, ko udah ngomongin ke jakarta lagi si? sebulan kemarin ayah cuma sehari libur bareng Alea dan bunda. Dan sekarang__"
"Iya maaf sayang, ada kerjaan banyak dan mendadak akhir-akhir ini. Lagipula, biaya pengobatan bunda kan lumayan banyak. Karena itu, ayah harus kerja lebih giat lagi cari tambahan,"
Alea manyun, "tapi, cuma sehari kan yah, hari minggunya ayah pulang lagi. Kan ayah udah janji, diultah Lea, mau makan di luar bersama."
"Enggak bisa sayang, kerjaanya manjang sampai minggu depan. Ayah janji, minggu depannya lagi yah? Tong ngambek atuh geulis,"
"Hmmmm ... minggu kemarin, ayah bilang minggu depan. Terus sekarang ayah bilang minggu depan lagi, mau sampai kapan yah?"
Tiba-tiba ponsel Ardan berdering, "nih, temen kerja ayah udah telepon, ayah angkat dulu yah,"
Ardan menjauh dari anak dan istrinya.
Melihat raut wajah kecewa dari anak gadisnya. Sintapun mencoba menenangkan.
"Aduh, anak bunda kalau manyun gitu jelek ah. Tong kitu atuh, Alea kan udah dewasa bentar lagi mau 17tahun. Lea harus belajar ngertiin oranglain yah, termasuk ayah. Benar kata ayah, pengobatan bunda kan perlu biaya yang banyak. Jadi ayah, harus kerja keras lagi, demi bunda demi Lea juga kan?"
Gadis cantik itu diam, dan beberapa detik kemudian dia mengangguk, "iya bun, Lea tau ko. Ayah kerja keras buat kita."
"Alhamdulillah, anak bunda emang lembut hatinya. Hari minggu, kita makan di luar berdua yah, atau Lea mau ajak Beka, Lembayung sama Anita?".
"janganlah bun, mereka teh makannya banyak. Apalagi si Bebek,"
Sinta tertawa, mendengar banyolan anaknya. Dia tau, putrinya itu hanya bercanda. Alea anak yang baik dan tidak pelit sama sekali.
"Yaudah bun, Alea mau nyamperin ayah. Mau bilang enggak papa, mau minta maaf juga, tadi manyun sama ayah hehe."
"Yaudah sana, begeur pisan anak bunda," Sinta mengelus lembut rambut putrinya.
Aleapun keluar ke depan rumah, tapi ayahnya tidak ada. Dan tak lama, Alea melihat Ardan yang rupanya menelpon di ujung teras rumah tetangga yang sudah lama tak ditempati.
"Yaampun si ayah, nelepon jauh pisan. Sekalian aja di gedung sate," Alea cekikikan sendiri.
Diapun menghampiri, berniat mengagetkan ayahnya. Lea berjalan dengan pelan, bahkan Ardanpun tak menyadari putrinya itu sudah ada di dekatnya.
Lea hendak menepuk pundak sang ayah, tapi dia hentikan, saat mendengar ucapan Ardan dari balik telepon.
"Iya, aku juga kangen. Ini bentar lagi aku otw yah. Aku juga sayang sama kamu, tunggu aku yah,"
Kaki Alea terasa lemas, hatinya mencelos, apa dia tak salah dengar? siapa orang dibalik telepon itu, hingga ayahnya mengucapkan kata kangen dan sayang.
Ardanpun berbalik badan, dia menampakan wajah kagetnya, saat melihat putrinya sudah ada di belakangnya. "Lea, kamu ngapain? kamu nguping? enggak sopan yah kamu!" Ardan menampakan wajah marah, saking paniknya
"Nguping apa yah, Alea baru sampai." Gadis cantik itu menatap wajah ayahnya dengan serius. "Lea cuma enggak sengaja dengar ucapan kangen dan sayang yang ayah ucapkan tadi. Emang ayah teleponan sama siapa?" tanyanya lugas.
"Sama temen kerja ayah nak, biasa teman kerja ayah tuh suka bercanda bilang kangen sama sayang juga. Makanya ayah juga bilang gitu," Ardan sedikit tersenyum kepada putrinya.
"Yaudah ayo kita masuk yuk,"
"oh gitu yah, teman kerja ayah perempuan atau laki-laki?" lagi-lagi Alea memberikan pertanyaan yang membuat wajah ayahnya itu pias.
Ardan diam, tapi tak mau putrinya curiga, diapun segera menjawab dengan santai, "Laki-laki sayang. Namanya pak Jono. Yaudah ayo masuk, banyak nyamuk."
Alea mematung sejenak, banyak tanya yang menyeruak dipikirannya. Putrinya bukan anak kecil lagi, apa Ardan pikir Alea percaya begitu saja.
Jelas sekali tadi Alea mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayahnya bukanlah, layaknya nada bercandaan. Melainkan seperti sepasang kekasih yang saling melempar rindu.
"Ada apa dengan ayah?"
Jangan lupa follow IGku yah @emaknyahaechan94