Luka tak berdarah

1136 Kata
Alea lebih banyak diam, sejak dua hari lalu tepatnya. Sinta sebagai bundanya menganggap putrinya itu kecewa, karena ayahnya bahkan lupa mengucapkan selamat ulangtahun. Hal yang sebelumnya tak pernah terjadi. Alea semakin bingung dan yakin, ada hal yang ayahnya sembunyikan. Alea harus bagaimana, Lea bingung. Pertanyaan itu terus berputar diotaknya. Ketakutan selalu membayangi pikirannya, jika sampai hal buruk terjadi bagaimana? tapi tak mungkin ayah tega menyakiti aku dan bunda. Alea selalu menepis pikiran buruknya itu. Alhasil gadis cantik itu lebih banyak melamun, "eta si Lele kunaon? dari tadi diem-diem bae?" tanya Lembayung, "gara-gara moncong dispatc mergokin member BTS kencan kayanya mah, biasa lah penganut bias is mine," ledek Beka sembari cekikikan. Anitapun ikut tersenyum, "Udahlah Le, kamu ikhlasin aja, Kan masih ada LeeHaechan," "Ih enggak usah gengges kamu deh Yung, dia kan tunangan aku," cebik Bebek, "Aduh kalian teh, suka pada halunya? aneh, padahal mukanya kan sama semua kayanya, "timpal Anita. "Hahaha kamu tuh kaya emak aku Nit, artis korea dinamain Lee Min Ho semua, udah gitu bilangnya mukanya sama semua, padahal mah, ulalala," tutur Beka dengan gaya centilnya. Alea yang biasanya langsung nimbrung ketika topiknya tentang oppa korea dan dede gemas. Kini masih saja tak bergeming. "Yaudah, jangan ngomongin artis dulu." Anita mengkode kedua temannya, sembari melirik kearah Alea. "Kamu sakit Le?" tanya Lembayung. "Iya Le, kalau sakit, yuk kita ke toko bangunan," "Sumpah Bek, garing," cebik Lembayung. "Heheh, maksudnya ke UKS," "enggak papa, aku cuma kecapean aja. Tadi kan abis olahraga." "Hmmm ... paling kamu tuh kecapean gara-gara seharian kemarin jalan-jalan sama ayah kamu kan. Diem-diem aja, enggak upload medsos sama sekali," cerocos Beka. "Quality time Bek, emang kamu apa aja dibikin status. Udah kaya selebgaram ampe titik-titik kaya semut," ledek Lembayung. "Hahah si netijen komen," Alea tersenyum mendengar ucapan kedua Sahabatnya yang suka berantem enggak jelas itu. Dia tak menceritakan, kalau bahkan ayahnyapun lupa mengucapkan selamat untuknya. "Nah gitu dong senyum, kan jadi mirip Prilly," "Hmm, kata kamu kaya indonesia-Jerman Yung, jauhhh," ucap Alea pelan. "Hehehe, iya juga ya Le, biar kamu enggak ngelamun aja gitu," "yaudah pulang sekolah, kita ke pameran lukisan yuk. Pasti kamu suka banget deh Le," ujar Beka kali ini. "Enggak deh, aku mau istirahat di rumah aja," "tumben Le, kan kamu biasanya suka banget kalau liat pameran lukisan?" "Lagi mager aja Nit," "katanya mau jadi pelukis terkenal, punya galeri sendiri. Eh, suruh liat inspirasi males, gimana si kamu Le?" "Yaudah Bek, mungkin Lea emang lagi pengin istirahat," timpal Nita lagi. "tau kamu Bek, maksa banget. Jangan-jangan ada pelukis ganteng makanya kamu semangat," ledek Lembayung. "ih si Gayung, pikirannnya jelek mulu deh kalau sama aku. Aku tuh cuma mau Alea meraih mimpi-mimpinya. Kan nantinya kita sebagai sahabat jadi ikut bangga." "Wihhh, Bebek 2021 Le-Nit," Merekapun tertawa bersama, hingga bel pelajaran terakhirpun berbunyi. - "Nit, aku boleh nanya?" tanya Alea, dari balik telepon sesampainya ia di rumah. "Ya boleh atuh Le," "Mmmm," "ada apa Le? jangan sungkan, kalau aku bisa dan tau, pasti aku jawab." "Aku mau tanya soal ayah kamu Nit," "kamu enggak usah khawatir Le, nenek aku ada di sini. Jadi sementara, aku dan ibuku aman." "Alhamdulillah kalau gitu Nit, tapi aku mau nanya soal kejadian perselingkuhan ayah kamu, boleh?" "Maksud kamu gimana Le?" "aku mau tau Nit, saat pertama kali ayah kamu selingkuh. Maaf Nit, jadi mengorek luka lama kamu yah? kalau kamu enggak mau jawab juga enggak---" "Santai aja Lea," potong Anita, "lagipula bukan luka lama ko, bahkan luka itu selalu ayahku berikan sampai detik ini. Aku sudah mulai terbiasa, bahkan bisa dikatakan aku berteman dengan luka, luka hati dari seorang yang kusayangi." "Nit ...," Alea merasa iba dengan ucapan Sahabatnya itu. "Enggak papa Le, aku ceritain yah. Waktu itu Ayahku sering pulang malam, dia selalu bilang lembur, ada kerjaan dadakan. Selalu saja beralasan setiap kali aku tanya Le, aku merasa ada yang beda dengan ayahku. Dan benar, ayahku punya wanita lain selain ibuku." Seketika ponsel dari genggaman Alea terjatuh, semua yang Anita sebutkan mengenai ayahnya, sama persis apa yang Ardan katakan pada putri dan istrinya. "Lea, Halo Le?" "Ah, iya Nit," Lea menarik nafas dalam, tak terasa setitik airmata terjatuh dipipinya. "Kamu beruntung Le, punya ayah yang sangat sayang sama kamu. Yang mencintai bunda. Aku yakin, ayahmu tak akan seperti ayahku Lea," "Iya Nit, yaudah aku matiin dulu ya Nit. Terimakasih kamu sudah berbagi cerita," Sambungan teleponpun terputus, Alea masih diam menatap kosong dari balik jendela kamarnya. Ayah, Lea ingin selalu berfikir positif pada ayah. Tolong jangan lakukan hal yang membuat Lea sakit yah. Alea memutuskan untuk pergi ke Jakarta, dia tak bisa berdiam diri dengan berselimutkan segedung pertanyaan dibenaknya. Kali ini dia membohongi sang bunda, mengatakan akan menginap di rumah Anita. Sebelum melangkah keluar rumah, dia mengamati wajah bundanya. Dia tak sanggup, kalau wanita yang ia cintai disakiti oleh laki-laki yang juga sangat ia cintai. Diperjalanan menuju Jakarta, Alea terus saja meyakinkan hatinya. Bahwa ini hanyalah firasat buruknya. Ayah tidak mungkin begitu. Tepat pukul 4 sore, Alea sampai di kantor sang ayah. Kila menunggu di sebrang jalan, dia menelfon ayahnya. Dan akhirnya tersambung, setelah beberapa hari lalu nomor ayahnya tak bisa dihubungi. "Waallaikumsallam sayang, maafin ayah yah, ayah enggak sempat ngucapin ulangtahun buat Lea. Sinyalnya di sini susah banget nak," "iya yah enggak papa," jawab Lea pelan, "emang ayah sekarang di mana?" "Ayah lagi tugas di luar kota sayang. Ayah lagi ada projek di Kalimantan," "kalimantan?" Lea kaget, "iya sayang, makanya dari kemarin ayah enggak bisa hubungin Lea dan bunda. pokoknya selamat ulangtahun anak ayah tercinta. Yaudah ya nak, nanti ayah telepon lagi. Ayah lagi sibuk nih," "iya yah," Klik telepon dimatikan. Alea membuang nafas lega, "maafin Lea yah, Lea udah berprasangka buruk sama ayah. Padahal ayah sibuk dan pasti capek banget kerja jauh." ucapnya seorang diri, lalu dia tersenyum. Alea hendak balik lagi ke Bandung, karena buat apa dia di sini, ternyata ayahnya memang sedang sibuk bekerja di luar kota. Alea hendak melangkah, menaiki taxi yang sudah menunggunya. Tapi, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat sosok ayahnya keluar dari Lobby kantor. "Ayah?" gumam Alea, dengan menampakan wajah kagetnya. Dia mengucek kedua matanya untuk meyakinkan, dan memang benar itu adalah ayahnya. Hati Lea kembali mencelos, dia berharap penghlihatan dan pendengarannya salah kali ini. Alea kembali menghubungi Ayahnya lagi. "Ayah," "ada apalagi sayang, ayah lagi sibuk banget nih. Ayah matiin yah---" "Ayah sekarang di mana?" tanyanya dengan intonasi pelan tapi penuh penekanan. "Yaampun Lea, kan ayah sudah bilang. Ayah lagi di kalimantan sayang, udah dulu yah," Kaki Alea terasa lemas, hatinya sakit. Sangat sakit, bagaimana tidak, seorang ayah yang selama ini ucapannya selalu ia percaya, justru, di depan matanya melakukan pembohongan yang ia lihat dan dengar secara langsung. "Neng, gimana jadi jalan?" tanya supir Taxi. Alea masih diam, tatapannya masih tertuju pada orang yang paling ia cintai itu. Masih susah untuk diterima oleh akalnya, bahwa sang ayah tega membohonginya. Apa yang sebenarnya Ardan sembunyikan. Melihat Ayahnya memasuki mobil, segera Aleapun masuk ke dalam taxi. "Pak, ikuti mobil itu," Follow ig ku yah @emaknyahaechan94
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN