3. Asal Usul

1990 Kata
Noah benar-benar dibuat terkejut dan merasa gila dengan apa yang ada dihadapannya. Manusia cheetah? Terdengar gila! Dan lebih gila lagi, itu benar-benar ada. Dihadapannya! Catat itu, di depan matanya. "Katakan sekali lagi, jadi kau benar cheetah yang semalam?" Noah kembali bertanya, memastikan kondisinya. Apakah dia benar-benar tengah dihadapkan pada realita yang menurutnya gila atau dia tengah mabuk dan berhalusinasi. Caitlin berdecak, kedua tangannya masih memegang selimut dengan erat, menahan agar tidak melorot. "Kau sedang mencoba melupakan jasa ku tentang aku yang menyelamatkan dirimu semalam?" Tuduh Caitlin. "No! Hanya saja-" Noah mengusap rambutnya kasar, melangkah tidak tentu arah, karena bingung, aneh, dan masih tidak percaya. "Ini seperti dongeng!" Lanjutnya. Caitlin hanya tersenyum polos melihat Noah. "Kau juga suka membaca dongen?" Tanya Caitlin, membicarakan topik lain. Noah langsung menatap Caitlin "oke. Kita perjelas lagi. Jadi kau adalah cheetah yang semalam." Caitlin mengangguk "betul! Dan janga bertanya lagi, aku tidak bohong. Oke?" Noah mengangguk "lalu, darimana asalmu? apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa ada disana?" Tanya Noah. Wajah Caitlin langsung cemberut "aku berasal dari hutan dekat danau. Aku bersama Josh sedang pergi, semacam jalan-jalan mencari suasana baru, keluar hutan. Lalu waktu kami hampir habis dan disaat kami akan pulang, aku melihatmu hampir di bunuh, jadi aku menolongmu" Noah mengangguk "kalau begitu, sebagai ucapan terima kasih, aku akan mengantarmu kembali ke hutan" Caitlin langsung menggeleng, membuat Noah mengerutkan keningnya "ada apa?" "Hutan tempat tinggalku berbeda dengan hutan yang lain, hutan ku adalah hutan terlarang untuk manusia dan kami punya peraturan sendiri. Dimana setiap hewan yang keluar dari hutan, hanya memiliki waktu lima jam diluar, jika dalam lima jam tidak kembali, maka hewan yang keluar akan menjadi manusia untuk selamanya dan aku-" Caitlin menghela napas "sudah lewat lima jam, dan selamanya aku akan menjadi manusia" lanjut Caitlin. "Apa kau yang pertama kali? Maksudku, pasti ada yang pernah mengalami hal juga kepada yang lain" Caitlin mengangguk "tentu saja aku bukan yang pertama" "Jadi apa masalahnya? Aku bisa tetap mengantarmu ke hutan untuk pulang" Caitlin kembali menggeleng "bukan begitu, bukan seperti itu. Ada peraturan hutan dimana setiap henghuni hutan yang telah berubah menjadi manusia, tidak akan bisa lagi tinggal di hutan, dia hanya bisa datang untuk berkunjung" jelas Caitlin. "Kenapa?" "Kau banyak tanya ya" Noah langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal "ya bagaimana, hanya ingin tahu lebih jelas" "Semua demi menyelamatkan hutan dan penghuni hutan yang telah berubah. Ketika penghuni hutan menjadi manusia, mereka pasti berteman dengan sesama manusia, tidak semua manusia baik, untuk menjaga hutan dari manusia jahat yang berpura-pura baik, maka muncul larangan tinggal didalam hutan. Bagaimana jika teman yang berpura-pura baik meminta ikut kedalam hutan?, lalu mereka membocorkan kondisi hutan kepada yang lain, lalu yang lain ikut penasaran dan tentu saja itu bahaya. Baik untuk penghuni hutan yang sudah berubah menjadi manusia, atau hutan kami sendiri. Terkadang, keserakahan manusia akan membahayakan" Noah mengangguk, dia mengerti dengan penjelasan Caitlin "lalu bagaimana? Selanjutnya, kau akan tinggal dimana?" Caitlin mengangkat bahunya, tanda dia juga tidak tahu akan tinggal dimana. Diakan baru saja menjadi tunawisma. "Kalau begitu, tinggal disini saja" Caitlin mengangguk "tentu saja. Bukankah kau juga memang harus balas budi karena aku menyelamatkanmu?" Noah tersenyum tidak mengira wanita jelmaan cheetah akan bicara begitu "betul. Aku memang harus membalas budi, bagaimanapun, kau sudah menyelamatkanku" Caitlin mengangguk setuju. Pintu kamar di ketuk, membuat Caitlin dan Noah langsung menatap ke arah pintu. "Tuan, kau baik-baik saja? Aku akan masuk" suara Haiden terdengar dari luar. "Kau tetap diam" suruh Noah kepada Caitlin lalu melangkah menuju pintu kamar. Noah membuka pintu kamar, sedikit "sudah cukup lama sejak anda masuk, saya pikir sudah terjadi hal buruk" ucap Haiden. "Kau boleh masuk lima menit lagi. Hanya kau" suruh Noah lalu kembali menutup pintunya. Melangkah menjauh dari pintu, Noah kemudian membuka lemari, matanya menatap ke segala sudut didalamnya. Lalu meraih satu kemeja hitam miliknya. "Ini, untuk sementara, kau pakai ini" Noah menyodorkannya kepada Caitlin yang masih diatas kasur. Caitlin menerimanya, langsung memakainya, dan saat akan mengancingkan kemeja tersebut, dengan santainya dia menurunkan selimut yang menutupi tubuh bagian depannya. "s**t!" Maki Noah. Tidak sadarkah jika wanita jelmaan itu membuatnya salah fokus. "Maaf. Aku belum terbiasa memakai pakaian, jadi lupa jika ada yang harus terus aku tutupi" ucap Caitlin setelah sadar. Samar-samar dia mengingat ucalan ibunya dulu, jika ada beberapa area manusia yang tidak boleh diliat oleh semua orang, area sensitif yang hanya boleh dilihat oleh suami atau orang yang dicintai. "Mulai sekarang, harus dibiasakan, karena itu sangat berbahaya" ucap Noah. Caitlin mengangguk "baiklah, aku cukup pintar untuk tidak lupa" Noah tersenyum mendengar kepercayaan diri Caitlin. Tubuh Caitlin sudah tertutupi pakaian, meskipun masih membuat Noah salah fokus karena Caitlin terlihat begitu sexy hanya menggunakan kemeja miliknya yang kebesaran di tubuhnya. Tapi itu lebih baik dibandingkan tubuh Cailin polos tanpa busana. Pintu kembali di ketuk, lalu setelahnya dibuka secara perlahan. Noah dan Caitlin melihat Haiden yang masuk sambil menatap setiap sudut kamar, lalu mengerutkan kening karena bingung, terlebih saat melihat Caitlin diatas tempat tidur. "Cheetah semalam?" Tanya Haiden kepada Noah. "Tidak ada" jawab Noah. Haiden masih bingung, lalu saat matanya melihat kaki Caitlin, matanya langsung membulat "dia berubah menjadi manusia?!" Kaget Haiden. "Wah. Kau pintar, bisa langsung mengerti" puji Caitlin sambil bertepuk tangan. "Kau tahu?" Tanya Noah dengan pandangan menelisik kepada Haiden. "Saya hanya pernah membaca buku tentang manusia srigala" "Betul. Itu juga ada. Dia paling terkenal diantara kami, saat menjadi manusia, mereka akan sangat keren!" sahut Caitlin dengan antusias. "Wah. Jadi benar? Luar biasa" "Diam dan hanya kamu yang tahu. Ini rahasia kita bertiga" suruh Noah. Haiden mengangguk "baik, tuan" "Kalau begitu, setelah ini kau siapkan segala perlengkapan Caitlin" Haiden kembali mengangguk "baik tuan" "Apa aku boleh makan? Sepertinya aku lapar" pinta Caitlin sambil mengusap perutnya. Noah mengangguk "kau ingin makan apa? Daging kucing? Anjing, atau-" "Kau gila ya! Aku tidak memakan temanku! Meskipun kami makan daging, kami makan yang tidak dilarang" Bentak Caitlin. "Aku kan tidak tahu. Makanya aku bertanya" "Bertanyalah dengan normal!" "Baik, kau ingin makan apa?" "Daging sapi. Kupikir itu mudah untuk ditemukan di dunia manusia" Noah mengangguk, "segera siapkan" suruh Noah. "Baik tuan" Haiden mengangguk, lalu pamit pergi. Keluar kamar. "Jadi, apa yang tidak kau makan?" "Kami seperti manusia. Sapi, ayam, pokoknya hewan yang normal dimakan dan tidak dilarang" jawab Caitlin. "Bagaiman buah dan sayur?" "Aku bukan jelmaan kambing kalau kau lupa" "Tentu saja aku ingat. Maksudku, saat kau sudah menjadi manusia, kau harus belajar memakan itu semua untuk kebutuhan tubuhmu" Caitlin menghela napas "baiklah, kapan-kapan aku akan mencobanya" *** "Hey! Apa yang akan kau lakukan" Noah menahan tangan Caitlin saat wanita itu akan menurunkan piring berisi daging keatas lantai. "Makan" jawab Caitlin dengan wajah polosnya. Noah langsung menggeleng "makan dilantai? Tidak boleh" "Lalu?" Caitlin menatap bingung Noah. "Ingat, kau sekarang menjadi manusia, jadi harus belajar bagaimana kehidupan manusia, termasuk cara makan" "Ajarkan" suruh Caitlin langsung. Noah tertawa pelan, tidak menyangka jika ada yang dengan gampang menyuruhnya. "Oke. Begini" Noah mengambil piring dari tangan Caitlin. Kembali meletakkan diatas meja yang ada di kamar. Noah kemudian meraih pisau dan garpu, lalu duduk di kursi. Memegang garpu ditangan kiri dan pisau di tangan kanan lalu mulai memotong daging "begini, jangan terburu. Lakukan dengan baik dan benar, jangan sampai pisaunya melukaimu atau dagingnya terbang dan membuatmu malu" jelas Noah. Caitlin mengangguk, mengerti. Lalu Noah memberikan garpu dan pisaunya kembali ke Caitlin. Kemudian bangun. Giliran Caitlin yang duduk. Mulai mengeksekusi daging sesuai contoh yang diberikan Noah. Noah memperhatikan setiap gerakan Caitlin. Cukup kagum karena Caitlin melakukan dengan sangat baik, tidak seperti orang yang baru pertama menggunakan pisau dan garpu untuk makan. Caitlin makan dengan lahap. Memotong, menyuap, mengunyah dan menelan dengan lahap tapi masih terlihat anggun. Bahkan saat lidahnya menyapu bibir yang terdapat noda, Noah menelan ludahnya. Shit! Terlalu banyak hal dari wanita jelmaan itu yang membuat dia salah fokus!. "Lagi?" Tanya Noah saat isi piring Caitlin sudah habis. Caitlin mengangguk "iya" jawabnya. Noah langsung menghubungi pihak dapur dari telepon yang ada di kamar, meminta untuk dibuatkan menu yang sama dan diantar. Haiden tengah pergi untuk membeli pakaian dan kebutuhan lain untuk Caitlin. Untuk hewan Cheetah yang semalam mengejutkan penghuni villa, Haiden memberi alasan jika hewan itu sudah di bebaskan saat menjelang pagi, dimana kondisi benar-benar sepi. Hal itu dilakukan agar tidak membuat cheetah tersebut takut, kemudian mengamuk. "Bagaimana luka di kakimu?" Tanya Noah saat merasa kamar terlalu sepi. Caitlin melihat kearah kakinya yang di perban, menggerakkan, memutar-mutar "tidak sakit." Jawabnya. "Benarkah?" Caitlin mengangguk "bukan luka parah dan akan membuatnya cepat sembuh. Meskipun aku sudah berbentuk manusia, jiwa cheetahku tidak akan hilang. Ada dua jiwa disini" Caitlin menunjuk dadanya. "Dia yang bersembunyi, akan tetap membantuku" lanjutnya, menunjuk pada jiwa cheetah yang dia maksud. "Kalau begitu, ayo kita lihat" Noah mendekati Caitlin, lalu berjongkok. Memeriksa kakinya sebentar lalu perlahan membuka perban yang melilit di kaki Caitlin. Noah langsung dibuat takjub saat perban benar-benar telah dibuka, kondisi kaki Caitlin sembuh. Benar-benar sembuh dengan ajaibnya. Tidak ada bekas luka sedikitpun, benar-benar menghilang tanpa bekas. "Bagaimana, sudah sembuh kan?" Tanya Caitlin yang menunduk, melihat kakinya. Noah mengangguk, lalu bangun. Ini gila, tapi nyata. Hal yang diluar nalar, yang tidak pernah dia pikirkan, sedikitipun. Ternyata terjadi didalam kehidupannya. Rasanya masih cukup terkejut, tapi anehnya tidak membuat dia takut atau berpikir buruk kepada Caitlin. Terdengar pintu kamar yang di ketuk, lalu Noah segera melangkah dan membuka pintu, hanya setengah. "Berikan" ucap Noah meminta makanan yang di pesan. Pelayan tersebut lalu memberikan piring berisi makanan yang dipesan. Sedikit aneh karena tuan besar mereka mengambilnya langsung. Biasanya mereka akan meletakkan dan menyusun rapi diatas meja. Setelah piring ditangan, Noah memberi kode agar mereka pergi, dia kembali menutup pintu lalu menghampiri Caitlin. Meletakkan makanannya lagi tepat di hadapannya. "Makan" Tanpa menjawab, Caitlin kembali mengeksekusi makanan yang ada dalam piring. Benar-benar lezat dan luar biasa. "Ini benar-benar enak. Aku bisa makan ini setiap hari" ucap Caitlin sambil mengunyah. Pintu kembali di ketuk, menjauhi Caitlin yang tengah sibuk dengan makanan, Noah kemudian membuka pintu. "Tuan, ini pesanan anda" Haiden tiba dan menyodorkan beberapa paperbag. Noah mengangguk, lalu mengambil paperbag dari Haiden dan kembali menutup pintu. "Setelah ini kau mandi dan berganti pakaian" ucap Noah sambil meletakkan paperbag diatas kasur. Caitlin hanya mengangguk, sibuk mengunyah makanannya. Hingga semua habis lalu meminum air mineral hingga habis. "Bagaimana cara mandi manusia?" Tanya Caitlin sambil menghadapkan tubuhnya ke Noah. "Basahi tubuhmu, lalu pakai sabun, kemudian bilas. Mudah bukan?" Caitlin mengangguk. "Ayo. Aku tunjukkan" Noah melangkah ke kamar mandi dan Caitlin mengikutinya. "Ini, kau masuk kesini, nyalakan keran air, lalu bahasi tubuhmu. Setelah basah, pakai sabun dan bilas dengan air" jelas Noah dengan tangan yang menunjuk shower, juga sabun. Caitlin mengangguk, melangkah dan langsung menyalakan shower. "Cait!" Teriak Naoh, refleks. "Apa?" Tanya Caitlin dengan wajah polosnya. "Buka dulu baju mu" Caitlin berdecak. "Kenapa mandi manusia banyak sekali aturan, aku biasanya hanya menjilati tubuhku untuk mandi" Noah langsung menelan ludahnya. Lagi dan lagi, dia dibuat salah fokus dan kali ini karena ucapan Caitlin. Coba hitung, sudah berapa kali dia salah fokus? jangan salahkan dia. Dia hanya pri dewasa yang normal. "Cepat, kamu bantu aku saja untuk mandi" kesal Caitlin. Noah menghela naps panjang, mencoba mengontrol dirinya. Menggulung lengan pakai, dia masuk ke tempat mandi yang di kelilingi kaca. "Sekarang, buka pakaian mu" Caitlin patuh, lalu membuka pakaiannya dan membiarkan jatuh begitu saja ke lantai yang basah. Noah mencoba fokus. Noah akui, dari sekian banyak tubuh wanita yang pernah dia lihat dan dia rasakan, tubuh Caitlin adalah yang paling sempurna. "Nyalakan air" ucap Noah sambil memutar keran. Air langsung membasahin tubuh Caitlin, dan sedikit kena Noah. "Lalu pakai sabun" Noah mengambil busa, menuangkan sabun keatasnya. "Basuh semua tubuhmu" ucapnya lalu mulai menyabuni tubuh Caitlin. Rasanya dia ingin meledak sekarang juga. Godaan terbesar dalam hidupnya. Hingga semua tubuh Caitlin sudah disabuni, Noah kembali menghela napas lega. "Sekarang, bilas" ucanya lalu kembali menyalakan keran air. Tubuh Caitlin sudah bersih dari sabun. Noah mengambil bathrobe dan memakaikannya ke tubuh Caitlin. Akhirnya, ujiannya terlewati dengan baik meskipun rasanya dia ingin mati karena tergoda. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN