"Ini apa? Lalu ini juga, apa?" Caitlin mengacungkan bra dan celana dalam kehadapan Noah.
"Itu celana dalam dan itu bra" jawab Noah sambil menunjuk kedua barang yang di acungkan kepadanya.
Caitlin mengangguk "tapi untuk apa?" Tanya Caitlin lagi.
"Tentu saja untuk kau pakai" jawab Noah lalu membalikan tubuhnya, menghadap lemari yang terbuka. Dia membelakangi Caitlin, melepas pakaiannya yang basah dan menggantinya.
"Apa seperti ini memakainya?" Tanya Caitlin lagi.
Noah membalikan tubuhnya setelah memakai kaos. Mulutnya membulat melihat kelakuan Caitlin.
"Oh my gosh! No!" Noah langsung menghampiri Caitlin. Mengambil celanaa dalam yang Caitlin pakai sebagai penutup kepala.
"Bagaimana? Aku kan tidak tahu!" Bibir Caitlin cemberut.
"Pakai di bagian bawah" ucap Noah.
Caitlin mengerutkan kening "alas kaki?"
"No"
"Jadi bagaimana? Jangan buat aku bingung!" Kesal Caitlin.
Noah juga bingung, tidak mungkin dia mencontohkan bagaimana caranya memakai celana dalamm wanita.
"Cepat, pakaikan saja!" Suruh Caitlin kemudian.
"Apa?" Berhadapan dengan Caitlin, membuat Noah merasa kepintarannya berkurang.
"Pakaikan!" Ulang Caitlin yang sudah kesal.
Noah langsung mengedarkan pandangannya, mencari ponsel miliknya.
"s**t!" Maki Noah saat teringat jika ponsel miliknya ada di kamar lain.
"Tunggu apa? Kalau tidak mau, aku akan meminta tolong kepada yang lain"
Noah menarik napas dalam, lalu mengembuskannya, mencoba tenang.
"Sini, mendekat" suruh Noah. Oke, kalau melepas c*****************a, memang sudah tidak terhitung berapa kali, tapi untuk memakaikannya, ini adalah yang pertama.
Noah berjongkok, melebarkan bolongan celana dalam "masukan kaki kanan mu ke lobang sebelah ini" suruh Noah.
Caitlin langsung melakukan perintah Noah. "Satu lagi" lanjut Noah kepada kaki Caitlin yang satunya. Setelah kedua kaki Caitlin masuk, Noah bangun sambil menaikan celana dalamnya.
"Sudah?" Tanya Caitlin.
Noah mengangguk.
Caitlin menggerak-gerakan tubuhnya, mencoba hal yang baru pertama dia lakukan "cukup nyaman" ucapnya "lalu, ini bagaimana?" Tunjuk Caitlin kepada braa.
Noah menghela napas, menahan diri. Sepertinya tugas dia akan bertambah, menjadi pengajar Caitlin.
Noah mengambil braa, lalu berjalan ke belakang Caitlin. "Lepas dulu bathrobe mu" suruh Noah.
Caitlin patuh, melepas bathrobe nya dan kini hanya ada celana dalamm yang menempel di tubuhnya.
Noah menahan napas, lalu melingkarkan braa dia d**a bagian bawah Caitlin. Mengaitkan kaitannya, dan setelah menempel, dia balik ke depan, menelan ludah saat matanya melihat payudaraa Caitlin.
Dia langsung menarik cup braa ke atas, menutupi dua bukit yang menggodanya. "Masukan tangan mu" suruh Noah pada Caitlin.
Caitlin patuh, lalu Noah merapihkan branya, menaikan talinya hingga ke pundak hingga dadanya benar-benar tertutupi.
"Sudah?" Tanya Caitlin.
Noah mengangguk. "Sekarang kau sudah tahu cara memakainya, ingat"
"Iya, aku ingat. Aku ini pintar, cukup satu kali kau beritahu atau contohkan, aku akan langsung mengerti" jawab Caitlin.
"Bagus. Setidaknya, itu akan meringankan beban ku"
"Beban?!" Ulang Caitlin.
"Bukan seperti itu" maksud Noah adalah dia tidak akan kuat jika terus melakukan hal tadi kepada Caitlin, pertahanannya bisa runtuh.
"Lalu, aku harus apa sekarang?"
"Pakai baju dan celana" jawab Noah.
"Pakaikan" suruh Caitlin dengan gampangnya.
Noah menghela napas, lagi, dia tidak menolak. Mengutuk dirinya yang mudah patuh kepada Caitlin. Ini benar-benar bukan dirinya.
Meraih celana jeans, Noah membantu Caitlin memakaikannya, benar-benar seperti ayah yang membantu gadis ciliknya memakai pakaian saat sang ibu tengah pergi berbelanja atau arisan. Celana selesai dipakai, lanjut Noah membantu memakaikan atasan. Haiden membelikan setelan dengan gaya simple. Hanya celana jeans dan blouse motif bunga.
"Sebentar" Noah meraih sisir, lalu merapihkan rambut Caitlin, Haiden tidak membelikan ikat rambut dan di villa ini memang tidak ada. Ingat, Noah tidak pernah membawa perempuan kesini.
Pintu kamar kembali di ketuk, lalu terdengar suara Haiden yang meminta izin. Noah menyahut dan memperbolehkan Haiden membuka pintu.
"Maaf tuan. Mr. Hans ada di mansion dan meminta anda untuk segera pulang, menemuinya" jelas Haiden.
"Untuk apa dia di mansion?" Tanya Noah.
"Mr Hans tidak memberitahu, beliau hanya memerintahkan agar anda segera pulang ke mansion"
Noah berdecak "baiklah, suruh kakek tua itu menunggu. Aku akan pulang hari ini tapi tidak pasti jam berapa. Sampaikan kepadanya"
Haiden mengangguk "baik tuan" ucapnya lalu undur diri.
"Kita akan pulang ke mansion."
Caitlin mengerutkan kening "mansion?"
"Rumahku"
"Ini bukan rumahmu?"
Noah menggeleng "ini Villa, tempat yang aku datangi hanya di akhir pekan. Tempat aku mencari ketenangan"
"Apa kita akan pergi jauh dari sini?" Wajah Caitlin mendadak sedih.
"Lumayan, butuh beberapa jam dari mansion ke tempat ini dan sebaliknya"
"Lalu, bolehkah aku izin untuk menemui keluargaku dulu? Aku belum pamit" ucap Caitlin. Orang tuanya pasti sudah tahu tentang dirinya yang sudah berubah menjadi manusia. Tapi alangkah baiknya, sebelum dia benar-benar memulai hidupnya yang baru, dia menemui orangtuanya terlebih dahulu.
"Tentu saja. Silahkan" ucap Noah.
"Sekarang, aku ingin bertemu mereka sekarang"
Noah mengangguk. "Ayo" Noah meraih sebelah tangan Caitlin untuk dia genggam. Lalu melangkah keluar kamar.
Beberapa pelayan yang melihat kehadiran Caitlin langsung terkejut. Caitlin adalah satu-satunya perempuan yang berhasil membuat Noah mengizinkan kehadirannya. Tapi yang menjadi pertanyaan mereka, kapan wanita itu datang?
"Kemana kita harus pergi?" Tanya Noah.
"Danau" jawab Caitlin.
Noah mengangguk, tangannya masih menggenggam tangan Caitlin dan mereka melangkah ke arah danau.
"Jaga dari kejauhan" suruh Noah pada Haiden.
"Baik tuan" jawab Haiden lalu memberi kode kepada para penjaga keamanan.
Kali ini Caitlin yang memimpin jalan. Dia membawa Noah memasuki hutan.
Caitlin tiba-tiba berhenti. Lalu memejamkan matanya beberapa saat. Hingga terdengar suara srigala.
"Tunggu disini, aku akan masuk sendiri" suruh Caitlin.
Noah mengangguk, tautan tangan mereka terlepas, dan Caitlin masuk kedalam hutan lebih dalam, saat tubuh Caitlin sudah tidak terlihat. Suara srigala juga berhenti, tidak terdengar lagi.
Noah benar-benar diam. Ada perasaan percaya dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Rasanya gila dan luar biasa. Hingga sekitar lima belas menit kemudian, suara srigala kembali terdengar dan sosok Caitlin terlihat dengan mata yang kini sembab.
"Anakku berubah menjadi manusia karena menolongmu. Jaga dia, aku terus mengawasimu"
Noah menggelengkan kepalanya saat mendengar suara seorang laki-laki masuk kedalam telinganya. Sosoknya tidak ada, tapi suaranya benar-benar terdengar jelas. Apakah itu ayah Caitlin?
"Ayo pulang. Aku bisa menangis lebih lama jika terus disini" ucap Caitlin setelah ada di hadapan Noah.
"Suara srigalanya?" Tanya Noah saat suara srigala kembali hilang.
"Pintu pembatas sudah kembali tertutup. Jadi suara dari sana tidak akan terdengar lagi, mereka para penjaga hutan" jelas Caitlin.
Noah mengangguk. Lalu mereka kembali melangkah. Keluar hutan, menuju villa.
"Jadi, saat suara srigala terdengar, pintu pembatas antara hutan biasa dan hutan istimewa tempatmu tinggal sedang terbuka?"
Caitlin mengangguk.
"Apakah pintunya disana?"
"Tidak. Kami bisa masuk dari setiap sudut hutan, tidak ada pintu khusus hanya perlu kemampuan khusus" jelas Caitlin.
"Aku tadi mendengar sesuatu"
"Itu ayahku. Mereka sedih karena anak kecil mereka berubah menjadi manusia" jawab Caitlin.
"Jadi ayahmu bisa melihatku?"
Caitlin mengangkat bahunya "mungkin. Hanya dia yang tahu"
Noah mengangguk "baiklah. Jadi, apa kau siap untuk memulai hidupmu yang baru?"
Caitlin menghela napas "mau bagimana lagi. Aku harap, aku tidak hidup dengan orang yang salah"
"Kau hidup dengan orang yang tepat" sahut Noah.
***
Setelah kembali ke villa, Noah langsung bersiap untuk pulang, sedangkan Caitlin hanya diam diatas kasur sambil bengong. Seperti tengah meratapi nasib barunya.
Hingga Noah selesai bersiap dan mengajak Caitlin untuk pulang.
"Kita naik mobil?" Tanya Caitlin yang wajahnya langsung berubah penuh antusias.
"Kau tahu mobil?" Tanya balik Noah.
"Woahh. Jadi benar. Namanya mobil" sahut Caitlin penuh semangat.
Pintu mobil terbuka, Noah menyuruh Caitlin masuk terlebih dahulu, lalu dia menyusul. Dia dan Caitlin duduk di kursi belakang, sedangkan Haiden di kursi depan, samping sopir.
"Ethan pernah cerita kepadaku tentang hal ini" bisik Caitlin.
Noah mengerutkan kening lalu memakaikan seatbelt untuk Caitlin "siapa Ethan?"
"Temanku harimauku, dia juga sudah berubah menjadi manusia" bisik Caitlin.
Noah menatap Caitlin dengan satu alis menaik, seolah meminta pembenaran atas apa yang diucapkan Caitlin.
"Ssttt. Aku jujur. Ini rahasia. Ingat?" Ucap Caitlin dengan jari telunjuk di depan bibir.
Noah langsung tersenyum tipis. Lalu mengusap kepala Caitlin. Mobil sudah mulai berjalan. Caitlin langsung menatap keluar jendela dengan penuh antusias dan hal itu entah mengapa membuat Noah betah melihatnya.
Sepertinya keputusannya untuk mengajak Caitlin tinggal bersamanya sudah sangat tepat. Meskipun Caitlin seperti bayi yang harus di ajarkan ini dan itu terlebih dahulu, entah kenapa dia tidak merasa marah dan keberatan.
Tidak ada sedikitpun perasaan menolak atau keberatan. Hanya terkejut saat diawal dan itu normal, bagaimanapun, mengetahui ada sesuatu yang benar-benar terjadi dan itu diluar nalar, setiap orang pasti akan terkejut.
Menggeram atau menghela napas saat membantu Caitlin, itu juga bukan karena dia benci, hanya saja, godaan Caitlin benar-benar luar biasa. Diamnya Caitlin, bahkan sangat menggoda.
"Apa kau sedih?" Tanya Noah tiba-tiba.
Caitlin mengalihkan pandanganya dan menatap kearah Noah. "Sekarang sudah tidak" jawab Caitlin.
"Kenapa?"
Caitlin mengangkat bahunya "tidak tahu. Kata ibuku, aku juga tidak boleh sedih. Dewa akan marah jika aku sedih dan mengamuk karena kondisi baruku" jawab Caitlin.
"Bagus. Hidup bersamaku, satu hal yang harus kau ketahui. Hidup bersamaku, adalah hal paling tepat, tapi kau juga harus memiliki keberanian"
Caitlin menghela napas "aku ini sangat berani. Kau lupa siapa aku ya?"
"Tidak"
"Bagus, jadi jangan meremehkan aku ya. Jika seperti itu lagi, aku akan mencakarmu" ancam Caitlin sambil mengacungkan tangan kanannya dengan jari-jari yang ditekuk.
Bukan takut, Noah hanya tertawa pelan. Wajah Caitlin benar-benar lucu. Dia tidak tahu, jika jelmaan seekor cheetah ternyata memiliki sifat begitu lucu dan manis. Berbanding terbalik dengan tubuhnya, tinggi, langsing, benar-benar seperti model dengan wajah cantik, mata yang indah dan bisa memberikan tatapan tajam, jika disandingkan dengan wanita lain, mungkin mereka akan takut karena aura mendominasi Caitlin sangat kuat.
Mungkin karena ada jiwa lain yang hidup dalam tubuh Caitlin dan seolah membantu para hewan yang berubah wujud agar tidak bisa di intimidasi. Benar-benar luar biasa. Meskipun di mata Noah, Caitlin tetaplah seseorang yang lucu, seperti jelmaan anak kucing rumahan.
"Jangan lupa ucapkan salam perpisahan karena kita akan masuk ke jalan utama" ucap Noah saat jalanan yang di hiasi pohon-pohon besar akan terlewati.
"Ibu, ayah, aku akan merindukan kalian. Jika laki-laki ini jahat, tolong hukum dia" ucap Caitlin dengan polosnya, membuat Noah tertawa pelan.
Sedangkan Haiden dan sopir, hanya diam. Keduanya cukup terkejut dengan respon Noah. Tawa pertama Noah, yang terdengar senang. Bukan tawa meremehkan dan pandangan sinis karena berhasil menghancurkan musuh-musuhnya.
***