01 : MENOLONG NENEK
Seorang nenek sedang berbelanja disebuah pasar tradisional di salah satu daerah di Jogja. Sang nenek tersebut terlihat kesulitan untuk membawa barang belanjaannya.
Karena kesulitan membawa barang belanjaannya tersebut ia tidak sadar jika ada mobil yang melaju kencang kearahnya. Lalu seorang gadis melihat nenek tersebut yang sedang dalam bahannya pun langsung berlari menyelamatkan nenek tersebut.
"Nenek awas!" Teriak gadis bernama Kanaya tersebut.
Bruk
Kanaya itu mendorong nenek tersebut agar tidak tertabrak oleh mobil. Namun justru Kanaya terjatuh dan terluka karena tergores aspal. Kanaya langsung bangkit menghampiri sang nenek tanpa memperdulikan lukanya.
"Nenek baik-baik saja apa ada yang terluka?" Tanya Kanaya.
"Nenek tidak apa tapi dirimu yang tidak baik karena terluka, coba lihat lenganmu berdarah." Ucap nenek tersebut.
"Ini hanya luka kecil saja, tidak apa nenek tidak usah khawatir." Ucap Kanaya sambil tersenyum.
"Terimakasih sudah menolong nenek, suatu saat nenek akan membalas kebaikanmu." Ucap nenek tersebut.
"Tidak perlu nek aku ikhlas membantu nenek." Ucap Kanaya. Lalu seorang pria datang menhampiri sang nenek.
"Nyonya besar tidak apa?" Tanya pria tersebut.
"Aku tidak apa karena ditolong gadis baik ini." Ucap nenek tersebut sambil menatap Kanaya yang menolongnya itu.
"Terimakasih nona sudah menolong majikan saya." Ucap pria tersebut.
"Sama-sama tuan kalau begitu jaga nenek ini baik-baik saya pergi dulu." Ucap Kanaya lalu berdiri meninggalkan nenek tersebut dan pengawalnya.
"Apa kau berfikir gadis itu cocok untuk cucuku Jaya?" Tanya nenek tersebut pada pengawal sekaligus sopirnya.
"Iya nyonya dia sangat cocok dengan tuan muda, mungkin saja dengan kehadiran gadis itu sikap tuan muda bisa berubah." Ucap Jaya menyetujui ucapan sang majikan.
"Pemikiranmu sama denganku Jaya, kalau begitu tolong cari tau tentang gadis itu mungkin suatu saat nanti aku akan melamarkan gadis itu untuk cucuku." Ucap nenek tersebut.
"Baik nyonya saya akan mencari tahu mengenai gadis itu, kalau begitu mari kita pulang." Ucap Jaya kepada nenek tersebut.
•••
"Putriku sudah pulang, astaga apa yang terjadi lenganmu berdarah Naya." Ucap Kanaya yang terkejut melihat anaknya terluka dan langsung menghampirinya. Anita langsung menyuruh putrinya itu duduk di sofa.
"Tidak apa Ibu, ini hanya luka kecil saja pasti cepat sembuh nanti." Ucap Kanaya yang berusaha menenangkan ibunya agar tidak terlalu khawatir. Tapi justru sebuah jelitakan diberikan Anita kepada putrinya.
"Aww, Ibu kenapa menjelitak kepalaku sih." Ucap Kanaya sambil mengusap-usap dahinya.
"Luka kecil apanya hah! luka seperti ini kau bilang luka kecil?! Darah yang keluar banyak seperti ini kau bilang luka kecil aish anak ini." Ucap ibu Kanaya kesal dan masih mengamati luka anaknya.
"Sudahlah lebih baik Ibu tolong obati saja lukaku daripada terus menggerutu tidak jelas seperti ini." Ucap Kanaya.
"Rafa! cepat bawakan kotak P3K kebawah!" Teriak Anita.
"Iya ibu." Sahut Rafa.
Tidak beberapa lama adik dari Kanaya itupun turun membawa sekotak obat-obatan.
"Ini Ibu, memang siapa yang terluka?" Tanya Rafa sambil memberikan kotak tersebut kepada ibunya.
"Kakakmu yang terluka maka dari itu Ibu akan mengobatinya." Ucap sang Anita sambil sibuk mengobati luka Kanaya.
"Aww sakit Ibu, tolong pelan-pelan." Teriak Kanaya yang merasakan perih pada lukanya.
"Nah masih mau bilang luka kecil lagi hah, makanya kau itu jangan terlalu baik pada orang lihat akhirnya kau sendiri yang terluka kan." Ucap Anita yang tidak sadar mengeluarkan air mata.
"Maaf Ibu, tadi aku hanya ingin menolong seorang nenek yang hampir tertabrak mobil, aku merasa kasian padanya. Aku berjanji jika ingin membantu orang lain maka aku tidak akan membiarkan diriku terluka lagi jadi Ibu tidak usah khawatir." Ucap Kanaya meyakinkan ibunya dan menghapus air mata Anita.
"Ibu pegang janjimu ya, jika kau menolong orang lain kau juga harus mementingkan keselamatanmu juga, Ibu tidak mau kehilangan putri kesayangan Ibu ini" Ucap Anita sambil memeluk Kanaya.
"Apa aku tidak dipeluk juga?" Tanya Rafa yang merasa iri karena dari tadi ibunya sibuk memperhatikan kakaknya.
"Kemarilah mari kita saling berpelukan." Ucap Anita. Lalu mereka bertiga saling peluk untuk menciptakan sebuah keharmonisan dalam hubungan ibu dan anak. Setelah beberapa menit mereka melepaskan pelukannya.
"Yasudah kalian masuk kekamar kalian, Ibu akan memasak makanan dulu sebelum ayah kalian pulang." Ucap Anita.
"Baik Ibu." Ucap Kanaya dan Rafa.
•••
"Bagaimana Jaya, kamu sudah mendapatkan informasi mengenai gadis itu?" Tanya seorang nenek bernama Almera tersebut.
"Saya sudah mendapatkan informasinya nyonya, gadis yang menyelamatkan nyonya itu bernama Kanaya, anak dari pasangan Reno dan Anita. Mereka juga memiliki seorang putra bernama Rafa, mereka tinggal di daerah perumahan sederhana di Jogja. Menurut informasi yang saya dapat mereka adalah keluarga yang baik dan harmonis mereka juga suka membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan mereka." Ucap Jaya menjelaskan apa saja informasi yang ia dapatkan.
"Baiklah itu berarti gadis itu memang cocok sebagai menantu keluarga Atmaja selanjutnya, aku akan menjodohkan cucuku dengan gadis bernama Kanaya itu." Ucap Almera.
"Saya dengar gadis itu baru saja lulus dari sekolahnya dan bekerja di sebuah kedai kopi, sedangkan ayahnya adalah seorang buruh kebun disalah satu perkebunan di daerahnya." Tambah Jaya.
"Aku tidak perduli dengan latar belakang keluarga mereka,aku hanya ingin cucuku menikah dengan gadis baik-baik seperti Kanaya. Jika soal status bagiku semuanya sama dan aku tidak akan mempermasalahkan apa pekerjaan orang tua Kanaya." Ucap Almera tersebut.
"Baik nyonya saya akan mendukung nyonya dalam segala keputusan yang nyonya ambil." Ucap Jaya.
"Terimakasih Jaya, lalu dimana cucuku kenapa aku tidak melihatnya?" Tanya Almera pada Jaya.
"Tuan muda sedang pergi kekantor nyonya."Jawa Jaya.
"Astaga cucuku itu memang gila bekerja, apa dia tidak merasa bosan setiap hari hanya berkencan dengan berkas-berkasnya itu, sekali-kali seharusnya ia berkencan dengan wanita bukan dengan berkas-berkasnya saja." Gerutu Almera merasa keheranan dengan sifat cucunya itu.
"Mungkin jika tuan muda sudah memiliki pendamping sifatnya pasti tidak akan seperti itu lagi nyonya." Ucap Jaya.
"Kau benar sekali Jaya, semoga saja baik cucuku dan Kanaya mau menerima perjodohan ini nanti." Ucap Almera sambil tersenyum penuh harap cucunya akan menerima wanita pilihannya dan bahagia setelah menikah dengan gadis pilihannya itu.
"Baiklah Jaya, kalau begitu bisa kamu antarkan aku pulang ke Jakarta? Aku ingin menemui cucuku untuk membicarakan tentang perjodohan ini dengan cucu kurang ajar itu." Ucap Almera kepada Jaya.
"Dengan senang hati saya akan mengantarkan nyonya kembali ke Jakarta. Saya akan menyiapkan mobilnya dulu nyonya."
"Terimakasih Jaya, tolong awasi juga Kanaya ya. Aku tidak ingin calon istri cucuku kenapa-kenapa." Ucap Almera.
"Baik nyonya."