Sisi lain Roku

1785 Kata
“2 minggu? Itu terlalu cepat, kau tak akan tau apa yang dihadapi adik mu sekarang!” ucap ku pada Roku yang sedari tadi menatap ku dengan tatapan memohon. “Aku tak bisa bertindak sendirian, hutan Grool bukanlah hutan biasa yang bisa ku masuki seenak hati!” jawab Roku sambil menundukkan kepalanya. “Ketua guild pun menyuruh ku untuk tidak bertindak gegabah!” tambahnya. Jika di pikirkan kembali memang semua itu adalah tindakan yang masuk akal menurut orang-orang yang tak memiliki hubungan spesial dengan korban. Namun hal itu tidak berlaku bagi saudara kandung yang telah melewati pahit manisnya kehidupan dengan selalu bersama-sama. Aku menjadi sedikit bersimpati pada kejadian yang dialami adik kandung dari Roku. “Jika memang begitu, lalu kenapa kau meminta bantuan pada ku,” ucap ku sambil menyilangkan tangan. “Jika kau memang petualang tingkat B yang sudah lama bekerja di guild ini, pastinya kau memiliki beberapa teman yang bisa kau percaya, sedangkan aku disini belum sampai 1 minggu, ini mengganggu ku!” tambah ku sambil berjalan sedikit menjauh dari Roku. Saat aku mengatakan ini Roku semakin menunjukkan rasa putus asanya pada ku, dia terlihat seperti pria yang tak memiliki semangat untuk menjalani hidupnya. “Aku dulu memang memiliki Kelompok, kami terdiri dari 6 orang yang saling mensupport satu sama lain ketika melakukan misi,” ucap Roku sambil menundukkan kepalanya. Dengan melihat ekspresi dari Roku, aku tau sepertinya akhir dari kelompok yang Roku miliki dulu. Namun untuk memastikan apa yang terjadi maka aku bertanya tentang apa yang terjadi pada mereka. “Lalu kemana mereka sekarang?” ucap ku. “Mereka sudah tak ada lagi di sini!” jawab Roku dengan menunjukkan mata yang ingin menumpahkan air matanya. “Kami saat itu sedang menjalani misi memburu peri pohon yang ada di sekitar hutan Grool, saat kami sudah hampir menyelesaikan misi itu, salah satu peri pohon masuk ke dalam hutan Grool,” lanjut Roku. “Karena kami ingin menyelesaikan misi ini dengan cepat agar bisa melakukan misi lainnya lagi, kami mengabaikan Rumor yang ada tentang hutan Grool dan memasukinya tanpa ragu,” terlihat mata Roku meneteskan air mata saat dia mengatakan hal ini. “Apa yang terjadi?” tanya ku pada Roku karena penasaran. “Kami terus mengejar peri pohon itu sampai akhirnya kami bertemu Monster Ogre api yang sangat besar. Peri pohon yang berlari dari kejaran kami langsung hangus terbakar saat dia mendekati ogre api itu,” jawab Roku. “Kami hanya bisa menahan kesadaran diri kami karena terkejut dan ketakutan saat melihat Monster ogre api yang membawa senjata di tangannya. Saat hendak melarikan diri bahkan belum menapakkan kaki untuk kabur dari monster ini, tiga kepala dari teman ku yang ada di depan sudah melayang ke hadapan ku dengan leher yang mengeluarkan darah dan di bekas potongannya masih mengeluarkan api,” lanjut Roku dengan tangan yang gemetaran. “Aku dan kedua teman ku lari tunggang langgang tak peduli dengan hasil buruan kami yang jatuh tercecer ke atas tanah. Namun hal itu tak berguna ketika salah satu teman ku melayang dengan dengan senjata dari ogre api itu yang menancap hingga menembus bagian perutnya, ogre itu berlari dengan kecepatan yang tak normal untuk mengambil senjatanya dari tubuh teman ku. Organ dalam yang terlihat ikut terangkat saat ogre api itu menarik paksa senjatanya, ogre api itu menuju ke arah ku dan langsung menebas ku dengan senjata yang di lapisi api yang terasa panas meskipun aku berada jauh darinya, aku bisa selamat karena teman ku yang terakhir mendorong ku ke arah depan dan mengorbankan dirinya demi keselamatan ku. Aku masih bisa melihat senyumnya dari tubuh yang terbelah menjadi dua karena tertebas oleh ogre itu,” tambah Roku sambil terus meneteskan air matanya. Aku mendengarkan dengan seksama apa yang di katakan oleh Roku, jika di lihat dari bagaimana dia mengatakan semua itu sepertinya dia tidak berbohong sama sekali. Roku terlihat sedang menangis terduduk saat dia telah selesai menceritakan tentang kelompoknya yang di bantai habis oleh Ogre api itu. Aku mendekat ke arahnya untuk menghiburnya namun aku sadar aku tak bisa melakukan apa-apa untuk menghiburnya yang sedang tenggelam dalam kesedihan. “Jika kau masih tak percaya maka lihatlah ini,” ucap Roku sambil berdiri membalikkan tubuhnya dan membuka baju yang dia pakai saat itu. Sebuah luka tebasan vertikal yang cukup besar dan panjang yang dengan luka yang terlihat bekas melepuh di setiap pinggir bekas luka itu. Ini mungkin di akibatkan oleh senjata tajam yang sangat panas dengan ketajaman yang tak terlalu tajam. “Aku tak bisa mengatakan bahwa aku selamat tanpa luka dari ogre api itu, luka ini adalah bentuk terima kasih ku yang paling dalam terhadap kelima teman ku yang menjadi korban dari keganasan ogre api itu,” ucapnya sambil menutup kembali punggungnya. “Lalu apa alasan mu untuk meminta bantuan ku menyelamatkan adik mu?” ucap ku. Roku pergi ke meja dimana tasnya berada dan mulai merogoh isi dalam tas itu untuk mencari sesuatu. Dia mengeluarkan anak panah yang tinggal bagian mata dan sedikit gagangnya, mata anak panah itu berbentuk aneh dengan bagian pinggir yang tajam bisa di tekuk. “Ini Alasan ku!” ucap Roku sambil memberikan anak panah itu pada ku. “Apa maksud mu?” tanya ku karena tak mengerti. “Jangan berpura-pura bodoh kawan kecil,” jawab Roku sambil kembali duduk. “Meskipun kau berkata begitu, aku tak tau panah apa ini?” ucap ku sambil melempar kembali panah itu pada Roku. Roku mengambil anak panah itu dan berkata. “Ini adalah anak panah yang di cabut dari tubuh mu kemarin!” jawab Roku sambil memain mainkan pinggiran mata anak panah yang bisa di tekuk. “Benarkah itu?” tanya ku kembali. “Tentu saja, kau bisa melihat bentuk mata panahnya yang aneh. Bentuk seperti itu akan mengurangi tekanan dari angin dan ketika tertancap di tubuh, maka akan sulit melepaskannya karena itu seperti tertanam. Dan meskipun kau bisa mencabutnya, maka itu akan membuat luka yang cukup besar dan menyakitkan!” jawab Roku. Aku mulai mengingat saat aku terkena panah saat melarikan diri dari pengikut dewa Camazot di hutan Grool. Aku menjadi sangat kesal saat mengingat kejadian itu dan bertekad untuk membalas mereka dengan berlipat-lipat. “Hanya organisasi penyembah dewa Camazot yang memiliki panah seperti ini, maka bisa ku simpul kan bahwa kau sudah tau dan masuk kedalam markas pengikut Dewa Camazot yang ada di tengah-tengah hutan Grool,” ucap Roku sambil menunjukkan senyumnya pada ku. Aku tak bisa berkata-kata saat Roku mengatakan Fakta yang jelas terjadi saat itu. Jika di izinkan, aku sangat ingin memukulnya hingga kepalanya terputus dari lehernya saat dia menunjukkan senyumnya pada ku. “Lalu inti mana yang kau berikan pada Systine untuk di jual kepada guild, itu bukanlah inti mana dari monster biasa. Meskipun aku tak bisa membayangkan dengan kepala ku kejadian yang sebenarnya, namun bisa ku pastikan itu adalah inti mana yang di dapatkan saat kau mengalahkan ogre api. Dan seingat ku hanya ada satu ogre api yang ada di desa ini karena desa maupun hutan-hutan atau pun wilayah di sekitarnya bukanlah teritorial ogre api,” lanjut Roku. “Kau mengalahkan ogre api yang ada di hutan Grool, bukan begitu?” tambah nya dengan menunjukkan senyum yang sama. Aku kurang teliti dan terlalu ceroboh untuk menyerahkan inti mana itu pada guild ini, jika ini masalah Roku mungkin masih tidak masalah, namun aku merasa akan ada hal yang merepotkan ku setelah hal ini. Dan benar saja saat Roku mengatakan hal yang merepotkan pada ku. “Jika Inti mana itu sampai di ketahui oleh Ketua guild, maka kau akan kehilangan kebebasan mu, dia akan memanfaatkan mu sebagai petualang yang berhasil mengalahkan ogre api yang menjadi masalah besar di guild ini” ucap Roku sambil mengacungkan tangannya. “Baiklah sebutkan harga mu!” ucap ku dengan nada kesal. “Nah... jika begitu, aku akan mengurus semua hal tentang inti mana itu agar tak merepotkan mu. Karena sudah semakin siang maka akan kita lanjutkan nanti malam,” ucap Roku sambil berdiri dan mengambil pedang baru di meja yang ada di samping arena. “Baiklah terserah kau!” jawab ku sambil mengambil barang-barang ku. “Temui aku di bar dekat air mancur nanti,” tambah Roku. Aku tak menjawab perkataannya dan bergegas pergi dari arena karena sudah ada beberapa orang yang masuk ke dalam arena untuk melaksanakan ujian untuk menjadi seorang petualang. Suasana guild yang tadinya sepi hanya terlihat beberapa orang petualang, sekarang menjadi lebih ramai dengan segala aktivitasnya masing-masing. Aku berjalan melewati kerumunan dan pergi untuk melihat papan untuk melihat misi yang tersedia sekarang, namun saat aku melewati meja resepsionis guild Systine memanggil ku dengan lembut. “Clay tolong kesini sebentar!” Aku berjalan mendekatinya melewati petualang yang ada di guild. “Ada apa? Aku ingin pergi ke penginapan dan istirahat sebentar” ucap ku pada Systine. “Kau melupakan bayaran untuk misi mu,” jawab Systine sambil mengambil kantung yang ada di bawah meja resepsionis. “Ini lima belas perak untuk misi mengalahkan landak besi dan ini 95 koin emas untuk inti mana dari ogre api, semuanya sudah kumasukkan ke kantong ini agar tak menarik perhatian dari pencuri,” ucap Systine dengan menunjukkan senyum hangatnya. Aku sedikit membuka kantung itu dan mengambil beberapa keping koin emas untuk di berikan pada Systine. “Ini untuk mu karena telah membantu ku saat itu dan untuk resepsionis yang lain agar mereka tutup mulut,” ucap ku sambil mengedipkan mata pada Systine. “Kau tau, itu semua adalah kewajiban kami membantu semua petualang di guild namun karena kau sudah berbaik hati maka akan kuterima dan aku berikan beberapa kepada teman sesama resepsionis ku,” ucapnya sambil mengambil koin yang aku berikan. Aku berjalan pergi meninggal kan guild dan menuju ke penginapan big bear untuk mengistirahatkan tubuh ku yang barusan kelelahan karena berduel dengan Roku. Namun Systine kembali memanggil ku. “Clay tunggu dulu!” “Apalagi sekarang?” jawab ku sambil menoleh. “Kau bilang kau akan menjelaskan apa yang terjadi pada mu saat itu,” ucap Systine sambil menatap kearah ku. “Ahh itu... kapan-kapan saja ya,” jawab ku sambil berjalan dengan cepat untuk meninggalkan guild dan kembali ke penginapan. Sesampainya di penginapan, aku di sambut dengan pelayan wanita yang tak pernah aku lihat sebelumnya di sini. Aku berjalan menuju meja resepsionis, dan sang resepsionis langsung mengambilkan kunci ruangan ku. “Selamat datang kembali Tuan Clay, ini kunci anda!” ucap resepsionis itu sambil menyerahkan kuncinya pada ku. Aku mengambil kunci itu dan meninggalkan satu koin perak di meja si resepsionis itu. “ Ini untukmu” ucap ku sambil berjalan menuju ruangan ku. “Terima kasih banyak Tuan!” jawab si resepsionis. Aku berjalan menaiki tangga yang menuju lantai dua dimana ruangan ku berada, sesampainya di depan pintu aku langsung memasukkan kunci dan membuka pintu dari ruangan yang bertuliskan angka 7 di tengahnya .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN