Cahaya yang berisi kekuatan

1604 Kata
Aku memasuki pintu ruangan dan menarub barang-barang ku di meja yang ada di dalam ruangan. Aku langsung morobohkan diri pada kasur yang ada di samping ku saat ini, tak butuh waktu lama aku pun terlelap karena rasa lelah dan penat akibat duel dengan Roku tadi pagi. Aku bermimpi aneh untuk kesekian kalinya, bukan bermimpi tentang pembantaian keluarga ku atau pun Naga Tiamat yang menyerang kerajaan tempat Varen tinggal, namun aku bermimpi tentang dimana aku sedang ada di ruangan yang gelap. Ruangan yang begitu besar namun tak ada apapun kecuali diri ku yang sedang berdiri di tengahnya. “Dimana ini?” ucap ku sambil menoleh di sekitar ku. Saat aku sedang dalam keadaan kebingungan dengan adanya tempat ini, sebuah cahaya hijau keputihan mulai muncul secara perlahan di hadapan ku saat ini. Cahaya yang tadinya hanya menggumpal membentuk bola lama kelamaan semakin besar dan berubah bentuk menjadi seperti seorang manusia, tidak cahaya itu berbentuk sama seperti ku kali ini. Dari rambut, tinggi badan dan keseluruhan detailnya sangat mirip dengan ku namun hanya dalam wujud cahaya. “Siapa kau? Apa kau Varen?” ucap ku bertanya pada cahaya itu. Namun cahaya itu hanya menggelengkan kepalanya dan mulai mendekat kepada ku. Karena tak merasakan adanya bahaya ataupun aura jahat yang cahaya itu keluarkan, maka aku hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa sambil memperhatikan cahaya itu. Cahaya itu mulai masuk ke dalam tubuh ku dengan perlahan, hangat dan menenangkan itulah hal yang kurasakan ketika cahaya hijau keputihan itu mulai memasuki tubuh ku. Aku mengingat sensasi dan kekuatan yang mengalir di tubuh ku saat ini, ini adalah kekuatan yang di berikan oleh Varen ketika kami bertemu untuk terakhir kalinya. Dia memberikan bola cahaya hijau keputihan yang sama dengan cahaya yang masuk pada tubuh ku saat ini. Cahaya ini sebenarnya ingin masuk kedalam tubuh ku saat berduel dengan Roku namun tak bisa karena konsentrasi ku yang terfokuskan pada mengeluarkan kekuatan bukan menyerapnya saat duel tadi. “Ahh maafkan aku membuat mu menunggu,” ucap ku pada cahaya yang mulai menyatu dengan ku saat ini. Aku menyadari bahwa cahaya hijau keputihan itu adalah salah satu bentuk dari kekuatan ku dan kekuatan Varen yang menyatu hingga menyebabkan adanya evolusi dari kekuatan itu, namun saat ini belum bisa ku gunakan karena aku masih terlalu lemah. Jika aku memaksakan menggunakan kekuatan baru ini maka bukan hal yang tidak mungkin nyawa ku akan melayang saat memaksa menggunakannya. Aku tersentak dari tidur ku saat cahaya itu bersatu sempurna dengan tubuh ku, aku membuka mata dan langsung bangun dari tempat tidur karena merasakan kekuatan ku meningkat drastis. Aku duduk bersila untuk berkonsentrasi terhadap penyaluran energi inti mana ku. Aku mengumpulkan seluruh energi mana ku di satu sisi, fluktuasi energi mana yang sebelumnya tidak terlalu kuat semakin meningkat dan semakin mudah untuk aku manfaatkan. Aku membuka mata ku dan melihat adanya api hitam yang menyala di beberapa bagian tubuh ku. Ini adalah salah satu fenomena dimana seseorang sudah naik tahap dalam kekuatan inti mana yang dimilikinya, dimana saat dia naik pada tahap Talisman biasanya elemen yang paling dominan akan keluar dengan sendirinya namun tak bisa melukai dirinya tapi bisa menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya. “Ini... tahap Talisman dan bukan hanya itu, aku langsung ke tingkat Defiance,” ucap ku sambil melihat api hitam yang menyala di tangan ku saat ini. Aku sangat senang karena bisa mencapai tahap Talisman defiance dengan sangat cepat, bahkan di guild ini hanya beberapa petualang yang mencapai tahap ini. Di umur semuda ini mungkin mencapai tahap Talisman defiance merupakan hal yang sangat menakjubkan namun aku bisa mencapai tahap ini dengan cepat mungkin karena skill bawaan ku dan cahaya hijau keputihan yang masuk ke dalam tubuh ku. Karena sedang asyik memandang api hitam yang keluar sendiri akibat kenaikan tahap milikku, aku jadi tidak sadar terhadap api hitam lainnya sedang membakar lantai ruangan dan kasur di ruangan ini. Dengan segera aku memadamkan api hitam ku yang membakar kasur dan lantai di ruangan ini. “Sepertinya aku harus menghentikan kebiasaan melamun ku,” ucap ku sambil menatap kasur yang sudah seperempat terbakar dan lantai yang gosong akibat terbakar oleh api hitam milik ku. *** Hari sudah gelap yang menandakan bahwa malam telah tiba. Aku berjalan keluar ruangan ku sambil membawa pedang dan kantong yang berisi beberapa keping koin perak dan emas. Aku berjalan menuruni tangga dan pergi ke meja resepsionis seperti biasanya ketika aku hendak keluar dari sini. Aku memberikan kunci ruangan ku dan meninggalkan 3 keping koin emas di meja resepsionis itu. “Ini untuk biaya ganti rugi dan ganti kasur di ruangan ku dengan yang lain!” ucap ku sambil menyodorkan koin emas itu kepada si resepsionis yang kebingungan dengan pemberian ku. “Ganti rugi untuk apa tuan?” tanya si resepsionis sambil melihat ke arah ku. “Aku tadi siang tak sengaja membakar lantai dan kasur yang ada di ruangan ku, jadi ink beberapa koin emas untuk ganti ruginya,” jawab ku. “Oh... aku bertanya-tanya kenapa ada bau seperti benda terbakar tadi siang dan ternyata itu di sebabkan oleh anda, baiklah kami terima koin emas ini” ucapnya sambil mengambil koin emas yang ku berikan. “ Jangan lupa untuk menggantinya” tambah ku sambil berjalan keluar dari penginapan ini. “Tentu saja tuan!” jawab resepsionis itu. Aku menutup pintu penginapan itu dan berada di jalan utama sekarang, lampu-lampu penerangan jalan yang ada di sisi jalan namun tak terletak berdekatan hingga menyebabkan ada beberapa bagian jalan yang gelap karena tak ada penerangan. Aku terus berjalan menuju bar di samping air mancur untuk menemui Roku. Sesampainya di air mancur, aku melihat sebuah tempat dengan papan nama yang bertuliskan Stancu, karena ini Roku hanya memberi tahu ku tentang bertemu di bar yang ada di samping air mancur, maka aku berpikir bar ini adalah tempatnya. Aku memutuskan untuk berjalan ke arah bar itu dan memasukinya. Kriiieeet.... brak ( suara derit dari pintu yang terbuat dari kayu ) Suasana ramai langsung ku rasakan saat telah berada di dalam tempat ini, beberapa orang yang mabuk di meja tengah padahal ini baru saja malam, ada beberapa yang berbicara dengan nada lumayan tinggi sambil memegang gelas di tangannya. Aku mencari di mana keberadaan dari batang batang hidung Roku di setiap meja yang ada di bar ini. Seorang pria yang tak lain adalah Roku, sedang duduk di pojokan bar ini sambil melambaikan tangannya ke arah ku. Gelas yang masih setengah kosong di tangannya dan satu buah gelas kosong di depannya sebagai tanda bahwa bahwa dia belum lama sampai di sini. Aku berjalan menghampirinya dengan melewati suasana keramaian yang ada di bar ini. “Yo Clay...dari mana saja kau?” sapa Roki begitu aku sampai ke meja di mana dia berada. “Kau brengsek... kau tak mengatakan nama bar nya,” ucap ku sambil duduk di kursi yang ada di samping meja itu. “Hahahaha salah ku.... ayo pesan minum biar aku yang traktir!” jawab Roku sambil tertawa terbahak-bahak. “Sudahlah selain itu mari kita ke topik utamanya,” ucap ku pada Roku. “Ah baiklah!” ucap Roku sambil menaruh minuman yang sedari tadi berada di tangannya. “Aku sudah mengatakan pada mu tadi pagi bahwa aku ingin meminta bantuan mu untuk menyelamatkan adikku yang tertangkap oleh organisasi penyembah Dewa Camazot,” tambah Roku. “Sebelum itu, aku telah bertanya hal ini pada mu sebelumnya, kenapa kau tak meminta bantuan dari petualang yang tingkatnya lebih tinggi, kau bisa memberi mereka imbalan yang besar sebagai iming-iming agar mereka melakukannya,” ucap ku pada Roku. Meskipun Roku sudah mengetahui mengenai fakta bahwa aku bisa masuk dan keluar dari hutan Groll seorang diri bahkan mengalahkan ogre api yang telah lama mendiami hutan itu. Tindakannya dari Roku sama sekali tidak masuk akal bagi ku di mana dia meminta tolong pada seseorang yang belum genap seminggu menjadi petualang di desa ini. “Aku meminta bantuan mu salah satu alasannya adalah kemampuan mu. Dan mengesampingkan hal kau bisa masuk ke hutan Grool ataupun bisa mengalahkan ogre api, namun yang terpenting adalah kau tidak memiliki hubungan dengan penyembah Camazot,” ucap Roku sambil menatap ku. “Apa yang membuat mu yakin bahwa aku tak memiliki hubungan dengan mereka?” tanya ku pada Roku. “Kau tau... panah yang menancap di tubuh mu itu adalah milik salah satu anggota penyembah Camazot namun bukan hanya itu, ternyata panah itu adalah milik dari salah satu petinggi di organisasi itu” jawab Roku sambil kembali meminum minumannya. “Itu membuktikan bahwa kau tidak memiliki hubungan dengan mereka, atau bisa kubilang kau memiliki konflik dengan mereka. Itulah alasan ku meminta bantuan mu, aku sempat berpikiran untuk meminta bantuan petualang di sini namun aku menyadari beberapa dari mereka memiliki hubungan bahkan menjadi anggota dari organisasi itu” tambah dia. “Haaaahh... baiklah!” jawab ku sambil menghela nafas panjang. “Kalau begitu aku yang memimpin serangannya dan kau menjadi navigatornya, kita akan berangkat sehari sebelum ritual darah itu di lakukan!” tambah ku. “Tunggu dulu! Bukannya kau bilang sebelumnya bahwa kita harus menyelamatkannya sesegera mungkin?” ucap Roku dengan sedikit menaikkan nada sehingga ada beberapa orang yang melihat ke arah kami sekarang. “Bodoh kecilkan suara mu,” ucap ku pada Roku. “Ahh maaf untuk keributan nya,” ucap Roku sambil menundukkan kepalanya pada orang-orang yang menatapnya. “Memang sebelumnya aku berpikir begitu namun mengingat kejadian yang menimpa mereka sebelumnya maka tidak aneh bagi mereka untuk memperkuat penjagaan nya, jika kita berangkat sekarang maka kesempatan untuk menyelamatkan adik mu akan menjadi lebih rendah." Roku mendengarkan perkataan ku dengan menunjukkan ekspresi yang begitu tertekan, namun hal itu demi kebaikannya dan adiknya. Jika kami gegabah dan sembrono mengambil tindakan maka akan banyak kerugian yang akan menimpa kepada kami saat melakukan misi penyelamatan ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN