Suara teriakan, seruan, rasa sukur dan lain-lain diteriakkan oleh orang-orang yang berada di bawah altar di sana. Semua ini berlangsung lebih lama daripada saat pemimpin dari organisasi ini mengatakan tentang kelahiran dewa nya beberapa saat lalu, namun dia juga menikmati rasa kebahagiaan dari umat dewa Camazot di tandai dengan dia ikut meramaikan suasana.
Drap.. drap.. drap.. drap
Suara langkah kaki mulai terdengar menuruni tangga dan masuk ke ruangan bawah tanah ini. Jika berdasarkan bunyi langkah kakinya maka ada sekelompok orang yang sedang terburu-buru masuk ke ruangan ini. Dan benar saja para para penjaga yang kulihat berjaga di luar bangunan masuk dengan terburu-buru sambil melewati ku yang sedang bersembunyi di celah ruangan yang cukup gelap, dari sikap mereka yang terburu-buru berlari menuju ke bawah dan berjalan ke altar melewati para umat yang sedang ramai-ramainya dan pergi menemui pemimpin organisasi, sepertinya mereka telah mengetahui adanya penyusup yang masuk ke dalam sini.
“Berhenti!!” teriak pemimpin organisasi sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Semua keramaian yang sedari tadi memenuhi gendang telinga mulai meredam secara perlahan hingga sampai di titik hening tanpa suara. Aku bergegas pergi meninggalkan ruangan itu sebelum mereka tau kalau aku masih ada di ruangan yang sama dengan mereka.
“Ada penyusup yang masuk kesini, semua penjaga temukan dia dan berikan hukuman mati di tempat sekarang juga!!” lanjut pemimpin organisasi sambil berteriak dengan sekeras-kerasnya.
Para penjaga yang turun ke bawah dengan cepat berlari menuju tangga yang sedang aku naiki bersama dengan orang-orang yang memakai jubah berwarna kuning yang mungkin berjumlah sekitar dua puluhan. Aku yang telah dulu sampai ke koridor menutup pintu yang menuju ke ruangan bawah tanah dan menguncinya menggunakan tombak yang masih tersandar di dinding sedangkan dua penjaga yang kehilangan kesadaran dirinya sudah tak ada di koridor ini. Setelah mengunci pintu itu, aku berlari dengan cepat keluar dari bangunan dengan memfokuskan energi mana ku ke kedua kaki ku agar kecepatan berlari ku meningkat pesat. Dari luar terdengar begitu banyak langkah kaki yang kurasa datang untuk menangkap dan membunuh ku.
“Blast!” teriak seseorang dari dalam bangunan diikuti meledaknya pintu yang aku kunci.
Orang-orang yang tadinya mengejar ku dan terjebak di dalam tangga itu mulai berhamburan keluar sambil mengikuti ku yang berjarak sekitar dua puluh meter dari mereka. Dua orang bertombak mencoba menghadang ku dari arah depan dengan melancarkan serangan tajam yang mengarah ke leher dan dahi ku, namun semua itu bisa ku hindari dan menyerang balik mereka dengan memotong tubuh mereka menjadi tiga bagian dengan kepala mereka yang masih melayang dan melihat bagaimana tubuh mereka di tebas oleh ku. Aku terus berlari sambil menghindari anak panah yang mereka keluar kan dan menghindari sihir-sihir yang mereka rapalkan.
“Earth sand!” teriak salah satu orang mengarahkan sihirnya ke arah ku. Sihir itu membuat tanah yang aku lalui saat ini menjadi pasir hisap yang berusaha menenggelamkan ku ke dalamnya, namun karena kedua kaki ku telah di perkuat oleh energi mana sihir ini menjadi tak berguna karena tak berhasil menenggelamkan ku.
“Flame wave!” orang lain merapalkan sebuah rapalan sihir dan teriak dengan tiba-tiba karena persiapan nya telah selesai. Sihir api ini menyerang ku dengan serangan yang membabi buta ke arah ku sambil mempersempit jarak pandang ku.
“Fire fant!” ucap salah satu orang yang menggunakan jubah kuning yang berada tepat di belakang ku sedangkan sebagian temannya cukup jauh darinya.
Orang itu merapalkan sihir api yang membentuk dinding api untuk menghentikan ku. Api yang menjulang cukup tinggi dan membentang sekitar beberapa puluh meter menghalangi ku untuk berlari melewatinya, setidaknya itu yang mereka inginkan.
“Heh dasar amatir!” ucap ku dengan tersenyum dan menggenggam erat pedang ku.
Aku dengan cepat berbalik arah dan berbalik menyerang orang yang mengeluarkan sihir tadi. Orang itu terkejut dengan apa yang ku lakukan hingga hanya mampu merespon dengan melihat mata pedang yang telah berada tepat di depan lehernya.
Craaassshhhh....... dug dug
Suara dari aliran darah yang keluar dari pembuluh darah arteri karotis yang menyembur keluar bagaikan air mancur dengan ukuran kecil di lehernya, di ikuti dengan kepala orang itu yang jatuh menggelinding ke arah sihir apinya. Teman-teman dari orang yang ku bunuh terkejut akan hal itu dan menghentikan langkah mereka sejenak ketika melihat pemandangan kepala yang terbang akibat tertebas oleh pedang ku. Aku melanjutkan pelarian ku kembali dengan menerobos dinding api itu.
“Bahkan ketika orangnya sudah mati tapi sihirnya masih berlanjut?” ucap ku sambil berlari melintasi dinding api yang ternyata lumayan tebal. Aku menggunakan zirah api hitam ku seperti yang pernah Varen gunakan dulu untuk melawan Tiamat dan para bawahannya, aku menggunakan api ini untuk melewati dinding api ini. Api ini tak setara tingkatannya dengan api hitam ku hingga menyebabkan dinding api ini menjadi terbakar walaupun sesama api hingga meninggalkan lorong yang menjadi jalan kabur ku.
Orang-orang ini masih saja mengejar ku karena perintah dari pemimpin mereka dan juga amarah karena aku telah membunuh beberapa teman mereka di depan mata kepala mereka sendiri. Aku menggiring orang-orang ini kearah dimana berkumpul nya rusa-rusa darah. Sambil berlagak kelelahan agar orang-orang ini semakin bernafsu untuk mengejar ku dan benar saja mereka makin beringas untuk segera menghabisi ku. Saat aku sudah hampir sampai ke tempat dimana rusa darah berkumpul, aku menyerang rusa-rusa darah itu dengan menggunakan batu-batu kerikil yang aku terbangkan ke arah mereka dengan sihir. Para rusa darah ini menjadi marah dan berlarian ke arah ku. Saat kedua jenis makhluk hidup ini akan bertemu dengan aku sebagai pemicu nya, aku segera melompat ke atas pohon dan pergi menjauh dari tempat ini sebelum hal yang lebih mengerikan akan terjadi. Orang-orang yang mengejar ku di mangsa oleh rusa darah yang sedang dalam keadaan murka saat ini, badan mereka di cabik dengan buas ada juga beberapa tubuh dari anggota organisasi itu yang tertancap di tanduk rusa-rusa darah, namun ada juga beberapa yang peka terhadap bahaya yang menanti mereka dan memutuskan untuk kembali ke gereja tua itu. Saat berpikir sudah aman dari kejaran orang-orang penyembah dewa Camazot tiba-tiba sebuah panah melesat dan ter tancap di bahu kanan ku tepatnya rasa sakit ini berasal dari bahu kanan bagian belakang.
“Ah sial, aku lengah!” ucap ku sambil menahan rasa sakit dan pergi keluar dari hutan Grool ini.
“Astaga, orang-orang ini sungguh gila!” tambah ku.
Darah terasa membasahi baju ku secara perlahan-lahan, aku mencoba mengeluarkan anak panah ini namun tak bisa ku tarik dengan paksa karena rasa sakit yang kurasakan semakin perih kita aku sedikit saja menyentuh bagian gandar anak panah yang ter tancap. Aku memutuskan untuk mematahkannya sedikit agar bagian bulu dan ekor anak panah tak terlihat hingga hanya meninggalkan bagian gandar dan kepala anak panah yang masih ter tancap di bahu ku.
Aku sampai di luar hutan Grool sambil menahan sakit atas bahu ku. Letak matahari saat ini menunjukkan hari sudah hampir sore. Aku hanya memikirkan Systine yang akan mengerti dan dapat ku percaya saat ini. Aku berlari menuju pintu masuk desa Molin dengan mengalirkan seluruh energi mana ku ke seluruh tubuh agar bisa sedikit meringankan rasa sakit ini dan memperkuat fisik ku agar bisa lebih cepat sampai ke pintu masuk desa Molin. Setidaknya aku membutuhkan waktu setengah jam lebih lama dari pada saat aku berlari dari padang rumput tempat ku berburu landak besi pagi tadi dimana masih melewati gerbang masuk desa Molin baru setelahnya menuju ke hutan Grool sedangkan dari dari hutan Grool ke gerbang masuk desa Molin yang seharusnya tak memakan waktu lama mengingat jaraknya lebih pendek, namun karena berlari dalam keadaan terluka dan menahan sakit terus menerus, perjalanannya jadi membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Aku terlalu percaya diri dan kurang waspada,” ucap ku dengan nafas yang mulai tak teratur karena kelelahan.
Sesampainya di pintu masuk desa Molin, aku langsung di per bolehkan masuk oleh penjaga gerbang karena aku sudah terdaftar sebagai petualang di sini. Aku berlari kecil sambil merasakan sensasi basah karena darah yang masih terus keluar dari bahu ku, di sekujur punggung ku penuh dengan darah segar yang juga ikut menempel di pakaian ku, aku merasakan rasa sakit yang kian meningkat seiring semakin kelelahan nya diri ku. Aku langsung membuka pintu guild begitu sampai di sana, beruntungnya aku hanya ada 2 orang petualang baru yang aku pernah temui saat berburu landak besi tadi pagi. Aku langsung berlari ke arah Systine yang berada di meja resepsionis.
“Sysytine tolong aku,” ucap ku pada Systine.
“Hmm apa yang kau inginkan Clay?” ucapnya sambil mengerjakan beberapa tugasnya dan tak melihat ku.
"Kau cukup lama dalam menjalani misi pertama mu, apakah kau bermain-main saat menjalaninya?" tambahnya dengan tubuh yang masih membelakangi ku.
“Tolong bantu aku mengenai ini,” ucap ku sambil berbalik arah dan menunjukkan bahuku yang terluka.
Aku tak peduli lagi jika para resepsionis lainnya melihat luka ku saat ini karena kesadaran diri ku semakin susah aku pertahankan. Systine akhirnya melihat ke arah ku dan terkejut akan luka yang kualami.
“Astaga Clay, ada apa dengan mu!?” ucapnya sambil menutup mulutnya karena terkejut.
“Nanti akan ku jelaskan, tolong bantu aku sekarang!” jawab ku singkat.
“Masuklah ke ruangan itu, Ayo!” ucap Systine berlari kearah ku dan membantu menopang tubuh ku untuk berjalan menuju ruangan yang dia maksud.
Aku berjalan masuk ruangan yang di masud oleh Systine dengan sekuat tenaga mempertahankan kesadaran atas diri ku. Namun begitu aku memasuki ruangan itu, tak sampai pintu ruangan di tutup dan aku belum sampai tempat tidur yang di sediakan, tubuh ku mati rasa, pandangan ku mulai kabur dan menghitam, bunyi-bunyi yang terdengar saat ini mulai menggema dan teredam, kaki ku tak lagi bisa menopang badan ku untuk tetap berdiri hingga menyebabkan aku jatuh tersungkur di lantai ruangan itu.