Roku dan informasinya

1546 Kata
“Roku, kau lakukan hal seperti itu sekali lagi maka,” ucap ku pada Roku sambil memutar tubuh ku untuk menghadapnya. “Maka?” tanya Roku sambil memiringkan kepala. “Maka akan ku pastikan kau akan mati saat itu juga,” jawab ku sambil mengepalkan tangan. Kepribadian dari Roku kadang tak jelas dan kadang naik turun, kadang dia bisa sangat serius seperti orang yang sangat bijak dan pintar, kadang juga dia bersikap sangat konyol dan seenaknya. Wajahnya yang terlihat polos membuat ku kadang sangat kesal karena merasa tak bersalah setelah membuat orang marah. “Haha santailah teman kecil ku, kau tak perlu se murka itu,” ucap nya sambil tertawa dan mulai duduk di kursi samping ku. “Hei aku tak ingat sejak kapan kita menjadi teman?” lanjut ku sambil duduk kembali di kursi ku yang sebelumnya. "Jadi misi apa yang membuat mu menjadi babak belur kemarin?" tanya Roku sambil duduk di kursi yang berada di samping ku. "Aku hanya ceroboh dalam melakukan misi, jangan tanya itu lagi," jawab ku dengan singkat. "Hey ayolah, aku ini lebih senior dari pada kau, aku juga bekerja di sini, jadi bisakah kau beri tahu apa yang kau temukan di hutan Grool?" tanya dia kembali. "Kau akan tau ketika kau berada di sana wahai senior ku yang menjengkelkan," jawab ku karena terganggu dengan kehadirannya. “ lAyolah jangan bersikap sedingin itu, lagi pula aku punya informasi yang mungkin menarik perhatian mu teman kecil ku,” ucap Roku pada ku. Kepala ku bergidik saat Roku mengatakan itu, informasi tentang apa yang bisa di dapatkan oleh orang seperti dia, aku jadi merasa sedikit tertarik. Namun belum sempat aku bertanya tentang informasi yang di maksudkan oleh Roku, sarapan yang tadi ku pesan telah sampai di meja ku saat ini. Saat pelayan bar itu akan pergi, Roku memanggilnya. “Tunggu Vivi, bawakan aku segelas rum ke sini ya” ucapnya sambil melambaikan tangannya ke pelayan bar guild itu. “Kau... ku masukkan ke tagihan hutang mu atau kau akan bayar?” ucap pelayan itu. “Hehe teman kecil ku ini yang akan membayarnya,” ucap Roku sambil menunjuk kearah ku. “Huh... baiklah aku akan membayarnya,” ucap ku sambil menghela nafas. “Jika bukan karena informasi yang kau miliki, aku tak akan melakukannya!” tambah ku. “Kau memang yang terbaik kawan ku,” ucap nya. “Awas saja jika informasi mu tak berguna!” ucap ku sambil memakan makanan yang ada di hadapan ku sekarang. “Tenang saja teman kau pasti tak akan kecewa,” ucapnya sambil duduk dengan tenang. Beberapa saat kemudian pelayan bar membawa segelas besar minuman beralkohol yang jenisnya Rum. Roku dengan bersemangat menerima gelas itu dan kemudian menenggak Rum itu hingga tersisa setengah gelas. Aku hanya sedikit memperhatikan tingkahnya sambil menghabiskan makanan kh dengan tenang, namun ketenangan yang ku inginkan tak bisa aku dapat selama berada di sisi Roku. Setelah makanan di piring ku habis, aku berjalan ke meja tempat pelayan bar di guild menerima pesanan, sambil mengeluarkan koin perak sebanyak delapan keping dan menyerahkannya pada pelayan itu. “Ambil saja kembaliannya!” ucap ku sambil berjalan kembali ke meja yang aku tempati sebelumnya. Roku yang sedari tadi menikmati minumannya layaknya orang yang minum-minuman bersama teman-temannya selepas bekerja keras seharian. Aku duduk kembali di kursi yang aku tempati sebelumnya dan mulai berbicara pada Roku. “Baik ayo kita dengar apa informasi mu sebelum kau mabuk,” ucap ku. “Tenanglah kau teman kecil, aku tak akan mabuk hanya dengan segelas minuman,” ucap nya sambil meletakkan gelas minumannya ke meja dengan keras. “Terserah lah, aku ingin tahu apa informasinya?” ucap ku pada Roku. “Baiklah dengarkan dasar teman kecil yang tidak sabaran,” jawabnya. “Aku mendengar dari Systine bahwa kau menanyakan soal organisasi penyembah dewa Camazot,” lanjut dia. “Kau harus tau, kau tidak boleh menanyakan hal itu ke sembarangan orang karena itu bisa membahayakan nyawa mu,” tambah Roku dengan berbisik. “Kenapa begitu? Bukankah itu hanya organisasi keagamaan?” tanya ku kembali. “Memang, tapi semua hal berubah ketika Rasul dari organisasi itu mati dan di gantikan dengan Rasul yang baru,” jawab Roku. “Sebelumnya mereka jarang menampakkan diri di khalayak umum dan penduduk desa pun tak ada yang masalah dengan kehadiran mereka, namun saat Rasul yang lama mati dan di gantikan dengan yang baru, mereka mulai berani menampakkan diri bahkan banyak penduduk atau pun petualang yang memperoleh masalah dari mereka,” lanjut Roku. Aku mendengarkan dengan seksama tentang informasi yang Roku katakan pada ku yang mana sebenarnya aku telah mendengar sebagian besarnya saat di penginapan. “Sebenarnya apa mereka ingin lakukan?” tanya ku kembali. “Sebelum itu ayo pindah dari sini, di sini sudah semakin ramai, jika ada anggota mereka yang mendengar kita membicarakan hal ini maka kita akan dalam bahaya teman kecil,” jawabnya sambil berdiri dari kursi. “Ayo ke arena, ujian hari ini akan di mulai saat tengah hari jadi kita bisa menggunakannya saat ini,” tambah Roku sambil berjalan ke pintu yang menuju arena. Melihat dari gaya bicara dan sikap dari Roku aku menganggap informasi yang dia berikan bisa ku percaya “Kau sebelumnya bertanya apa yang sebenarnya yang ingin mereka lakukan kan,” ucap nya sambil mengambil pedang dan mengayunkan nya di tengah arena sedang kan aku hanya melihatnya dari pinggir arena. “Iya!” jawab ku singkat. “Aku mendengar desas-desus bahwa mereka ingin membangkitkan Dewa yang mereka sembah, dan masalah terburuk nya ada di bagian ini,” ucapnya sambil terus mengayunkan pedang. “Apa itu?” tanya ku karena bingung dengan apa yang Roku katakan. “Ada beberapa informan dari guild yang memperoleh informasi bahwa di butuhkan ritual pengorbanan darah dengan jumlah yang belum di ketahui,” jawab Roku. “Jika keamanan penduduk di sini menjadi terancam maka mau tidak mau guild Reistes harus turun tangan untuk mengatasinya, petualang-petualang dari tingkat rendah sampai tinggi harus ikut andil di dalamnya,” tambah Roku. Sebenarnya aku tak peduli dengan kebangkitan Dewa Camazot yang di rencanakan oleh hamba-hambanya, aku juga tak peduli dengan keamanan dari penduduk desa Molin ini. Yang aku pedulikan hanyalah tentang balas dendam ku, jika Dewa Camazot ini tidak memilik informasi apapun tentangnya maka aku tak akan melawannya atau pun mengalahkannya, namun jika dia mempunyai informasi tentang Tuhan, maka aku tidak akan segan membuat dia berbicara meskipun harus membunuhnya. “Aku punya pertanyaan!” ucap ku pada Roku yang sedari tadi terus bermain-main dengan pedang. “Apa itu teman kecil?” ucap Roku. Aku sedikit kesal dengan nama panggilan yang di ucapkan oleh Roku, namun aku menahan diri demi memperoleh informasi sebanyak mungkin. “Bagaimana kau tahu seseorang adalah pengikut Camazot atau bukan?” tanya ku pada Roku. “Oh kau belum tau itu, itu sungguh kesalahan fatal kawan kecil,” ucapnya sambil berjalan mendekat ke arah ku dengan memanggul pedang. “Semua pengikut Dewa Camazot di memiliki tanda di tangan sebelah kiri tepatnya di pemukaan permukaan punggung tangan yang berbentuk bulu yang menutupi matahari,” jawab Roku sambil menggambar lambang yang dia maksud. “Kadang kau juga bisa mengenali mereka dengan pakaian khas yang mereka kenakan, kau pasti telah sering melihat orang memakai jubah aneh berwarna merah,” tambahnya. “Iya saat pertama kali aku sampai di sini, aku banyak melihat orang memakai jubah merah,” ucap ku pada Roku. “Dari yang ku dengar dari informan guild warna dari jubah menandakan posisi mereka di sana,” ucap Roku. “Merah berarti hanya anggota, kuning emas berarti seorang petinggi di kumpulan anggota, hitam bercorak merah berarti seorang petarung dan yang terakhir hitam bercorak lingkaran kuning di tudungnya merupakan seorang pemimpin atau seorang Rasul,” tambahnya. Aku berusaha mengingat semua hal yang Roku katakan pada ku. Semua warna jubah dari pengikut dewa Camazot yang Roku katakan sudah pernah aku lihat kecuali yang memakai jubah hitam bercorak merah yaitu petarung. Aku merasa janggal dengan semua informasi yang tak biasa ini, informasi yang bernilai tinggi bahkan mungkin sangat bersifat rahasia. “Tunggu dulu, informasi mu terlalu banyak hanya untuk segelas Rum!” ucap ku pada Roku yang berjalan menjauh dari ku. “Apa yang sebenarnya kau ingin kan?” tanya ku pada Roku. “Hahaha... kau terlalu tajam kawan kecil,” ucapnya sambil tertawa. “Aku memang menginginkan sesuatu yang lebih sebagai bayaran untuk informasi ini,” tambahnya. “Huh apa itu?” tanya ku kembali pada Roku. “Sebelum itu kalahkan lah aku dalam duel,” ucapnya sambil mengacungkan pedangnya ke arah ku. “Huhhh... apa kau serius? Duel? Sekarang? Huhhhhh” ucap ku sambil menghela nafas panjang. “Tentu saja, informasi tadi hanya aku, kau dan ketua guild yang tau!” ucapnya sambil menunjukkan senyumnya yang terlihat bodoh. “Jika kau melibatkan ku ke masalah yang merepotkan, aku tak akan segan membunuh mu dan memberikan potongan daging mu ke binatang magis,” ucap ku sambil bangkit dari duduk ku. “Tenang saja, kau cukup percaya saja pada ku,” jawab nya dengan enteng. “Jangan pakai sihir untuk kali ini,” tambahnya. “Terserah kau sajalah b******n,” ucap ku sambil menarik pedang ku dari sarungnya. Aku berjalan mendekati Roku untuk bersiap duel dengannya. Aku masih tak bisa menebak apa tujuannya dengan memberikan ku informasi yang seharusnya orang lain tak tau tentang itu. Namun itu semua akan terungkap ketika duel ini selesai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN